Senin, 28 Desember 2015

BELANDA

Toleransi warnai Perayaan Natal di Belanda

 - 5.875 Views
Pewarta: 
Toleransi warnai Perayaan Natal di Belanda
Dokumentasi umat Katolik yang mengenakan pakaian adat Betawi mengikuti misa Natal 2015, di Gereja Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/12). Perayaan Natal secara adat tradisi Betawi tersebut sudah dimulai sejak 1896. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
London (ANTARA News) - Pesan toleransi yang penuh kedamaian disampaikan Kuasa Usaha ad interim Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag, Ibnu Wahyutomo, pada Perayaan Natal bagi masyarakat Indonesia di Belanda, di Event Plaza, Rijswijk, Sabtu.

Mengambil tema Hidup Bersama Dalam Keluarga Allah perayaan Natal dihadiri ratusan masyarakat Indonesia yang tinggal di negeri Kincir Angin, demikian Minister Counsellor Pensosbud Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag, Azis Nurwahyudi, kepada koresponden ANTARA di London, Minggu.

Perayaan Natal diawali ibadah pagi bagi umat Kristiani yang dipimpin Pendeta Dr Jakoep Ezra yang sengaja didatangkan dari Jakarta. Dalam kotbahnya, Ezra menyampaikan pesan memuliakan Natal melalui hidup bersama secara damai.

Selepas ibadah secara oikumenis itu, masyarakat Indonesia merayakan Natal dengan suka cita. Acara diawali penyalaan lilin perdamaian oleh para tokoh agama Kristen, Katolik, Hindu dan Islam bersama Wahyutomo.

Mengingat perayaan Natal tahun ini berdekatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, Wahyutomo dalam menyampaikan sambutan mengutip pernyataaan Prof Dr Komarudin Hidayat, Yesus Kristus maupun Muhammad SAW keduanya sebagai juru selamat, tapi dalam konsep dan formula yang berbeda. 

Yesus Kristus dalam dogma agama Kristen, adalah Allah Putra yang diberikan Allah Bapa ke dunia agar rencana keselamatan-Nya bisa berjalan sesuai rencana-Nya. Penyebutan "putra" dan "bapa" bukan dalam tataran biologis sebagaimana dikenal manusia, namun dalam tataran religi kepada Sang Illahi. 

Keduanya instrumen Allah untuk melakukan misi keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia.

Kepada seluruh masyarakat Indonesia, Wahyutomo berpesan agar toleransi antar umat beragama yang selama ini tumbuh diantara masyarakat Indonesia di Belanda harus terus dikembangkan.

Berbagai elemen masyarakat memeriahkan perayaan Natal. Tidak saja lagu rohani yang dilantumkam berbagai kelompok masyarakat, acara juga dimeriahkan penampilan angklung dan lagu-lagu berirama nasyid dari Persatuan Pemuda Muslim Eropa. 

Mahasiswa Indonesia yang belajar di kota Wageningen menampilkan tari Kalimantan, Mandau Bawi.
Kemeriahan Natal diakhiri dengan poco-poco yang ditarikan para hadirin mengikuti lagu-lagu yang dimainkan oleh kelompok musik Nightbrakers.

Tidak ada komentar: