Rabu, 20 Juni 2018

LONDON

D0130618000644  13-JUN-18  SPK  JKT
KALA WNI DI INGGRIS MUDIK KE TANAH AIR oleh Zeynita Gibbons
Warga Indonesia yang tinggal  di Inggris dan Irlandia pun ikut ramai-ramai mudik Lebaran 2018. Kalau mudik di Indonesia paling jauh hanya lintas pulau, maka para WNI ini harus lintas benua untuk mudik yakni dari Inggris di Eropa ke Indonesia di Asia bagian tenggara.
         Bahkan ada yang sudah  berangkat mudik sebelum bulan suci Ramadhan.
          "Saya mudik ke Tanah Air tahun ini lebih awal karena saya akan ke Aceh ingin memastikan proyek Gampung Aneuk Shaleh yang kami bangun dengan bantuan masyarakat Inggris berjalan lancar," ujar Nizma Agustjik kepada Antara di Jakarta, Rabu.
          Nizma  yang menetap lama di Kerajaan Inggris memiliki proyek Gampung Aneuk  Shaleh yang menampung anak-anak korban tsunami dengan mendirikan asrama sekolah dan masjid.
         "Kami masih membutuhkan dana untuk membangun menara dan tangki air serta  toilet," ujarnya.
         Untungnya, Nizma menemukan  sumber air yang berada di sekitar asrama dan airnya sangat bersih. Penggalian sumur sudah dimulai sedalam lima meter. Proyek air ini tentu saja membutuhkan biaya sekitar  Rp32 juta.
         Dua tangki air dibutuhkan untuk keperluan  mandi, wudhu dan  dapur. Sementara sembilan  toilet dan bak mandi sedang dibangun dan sudah mencapai 65 persen atas  bantuan dari dermawan  dari Malaysia.
          Menurut ibu dua putri yang berangkat dewasa ini, santri  yang  dari berbagai kota kawasan Aceh berjumlah kurang lebih 90 orang yang juga mendapatkan pelajaran kurukulum national.
         Pesantren itu terletak di Gunung Paroy, Kecamatan Lhoong atau 1,5 jam dari Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh.
         Pesantren ini awalnya dibangun pada tahun 2007 pascatsunami sebagai rumah singgah anak yatim tsunami. Kini,  pesantren ini diubah  menjadi Pesantren Tahfiz.
         Para santri  pun menghafal Al Quran dan  ada sekitar  19 santri  yang melanjutkan studinya ke beberapa universitas di Surabaya dan Malang dan kota-kota lainnya.
         Sementara itu, Muhammad Marsid yang juga menetap lama di London tahun ini berbahagia bisa berkumpul bersama keluarga di Malang untuk merayakan hari raya Idul Fitri.
          Menurut karyawan Bank Indonesia,  keluarga besarnya  di Indonesia, sehingga  libur panjang seperti tahun ini mesti dimanfaatkan  bersama keluarga.
        Suami Yunni Marsid yang memberikan dua putri dan satu putra mengatakan Lebaran tahun ini mendapat libur gratis selama tujuh hari kerja dan delapan hari cuti bersama sehingga jumlahnya menjadi  tiga minggu, ujarnya.
           Marsid bekerja di instansi pemerintah Indonesia yang otomatis mendapatkan izin cuti bersama pula.
         "Alhamdulillah. Saya berharap libur seperti ini tidak hanya untuk tahun 2018 saja tapi berlaku juga untuk tahun depan dan seterusnya," katanya,
    Marsid yang menetap di London  Inggris selama 23 tahun dan baru bekerja di BI  sejak Februari 2007 karena  sebelumnya  kerja di KBRI selama 12 tahun.
          Lain lagi dengan Yanti Mariyah yang mudik dengan mengunakan maskapai penerbangan pesawat Garuda Indonesia dua minggu sebelum hari raya bersama sang putra dan telah menetap di Irlandia lebih dari 18 tahun.
         "Senang pastinya bisa mudik Lebaran ke Bali. Enaknya terbang dengan Garuda dari London langsung ke Jakarta tidak perlu transit segala," ujarnya.
         Sebagai masyarakat yang cukup lama berdomisili di luar negeri selama 27 tahun menetap di UK, tentunya sangat merindukan untuk bisa berlebaran di tanah air Indonesia.
         Hal ini diungkapkan Dimas Darsono yang bekerja sebagai lokal staf pada Kedutaan Besar RI di London untuk sekian lama belum pernah pulang kampung berlebaran di Indonesia.    
    Kesan pertama pulang kampung dan suasana berpuasa sangat menyenangkan mengingat suasana berbuka banyak menu yang tersedia dan siap saji, walaupun bisa didapatkan juga ketika ikut berbuka puasa bersama masyarakat pengajian di London dan sekitarnya yang  diadakan di gedung KBRI London dan di Wisma Nusantara kediaman Duta Besar RI di London yang selalu mengundang masyarakat untuk berbuka puasa bersama.      
       Menurut Dimas, waktu berpuasa di London bisa sampai 18-19 jam dan waktu berbuka pukul 21.05.
         Jika ingin ikut shalat tarawih maka  akan lebih panjang lagi karena masjid tidak ada yang dekat dengan kediaman.
         Sekalipun banyak masjid terpusat di tengah kota London namun mereka harus berbaur bersama masyarakat dari berbagai penjuru dunia.
         Ini yang membedakan  dengan di Indonesia khususnya Jakarta tempat Dimas berdomisili karena semua berdekatan tidak perlu menggunakan transportasi. Cukup berjalan kaki kalau mau ke Mesjid.
          Kenikmatan yang Dimas  alami dari pulang kampung adalah bisa berpuasa dan ikut taraweh bersama masyarakat yang selama ini tidak pernah didapatkan selama 27 tahun tinggal di London.  
    Sekalipun dia cukup  sering ke Indonesia namun tidak pernah merasakan  berpuasa dan taraweh apalagi Shoalat Idul Fitri yang Insya Allah semoga bisa saya lakukan jika diberikan panjang umur oleh Allah  SWT," kata  Dimas Darsono.
    ***4***
(T.H-ZG/B/Santoso/Santoso) 13-06-2018 12:04:24

Tidak ada komentar: