Rabu, 16 Januari 2008

BANK SYARIAH INGGRIS

INDONESIA BELAJAR PERBANKAN SYARIAH DARI INGGRIS


London, 15/1 (ANTARA) - Kehadiran Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawarti di Kerajaan Inggris, tidak saja berhubungan dengan keinginan pemerintah Inggris agar Indonesia tetap berperan aktif dalam perubahan iklim, tetapi juga sebaliknya adanya keinginan Indonesia untuk belajar mengenai pengelolaan bank syariah dari Inggris.


Meskipun masyarakat Inggris mayoritas tidak beragama Islam, namun keberadaan bank syariah di negara Ratu Elizabeth ini sangat berkembang pesat, setelah di Timur Tengah dan Malaysia.


"Hal ini menjadi sangat relevan," ujar Sri Mulyani yang melakukan kunjungan selama tiga hari (13-15 Januari) di Inggris didampingi Kepala Badan Kebijaksanaan Fiskal Anggito Abimayu dan Kepala Pusat Analisa dan Kebijakan Depkeu Agus Supriyanto, dalam wawancara dengan ANTARA London, Senin malam.


Sri Mulyani yang terpilih sebagai menteri keuangan terbaik di Asia (The Best Finance Minister in Asia) dari Emerging Market Forum (EMF) mengatakan, baginya tidak menjadi masalah belajar di manapun termasuk keberhasilan Inggris dalam mengembangkan bank syariah.


Menurut Menkeu yang meraih Ph. D of Economics di University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A. (1990-1992) ini, London adalah salah satu pusat institusi keuangan dunia, maka menjadi sangat relevan bagi untuk belajar mengenai bank syariah di Inggris.


"Kita bisa belajar dari manapun, apalagi di Indonesia bank syariah belum berkembang," ujar penerima penghargaan dari majalah Euromoney sebagai "The Finance Minister of the Year in the World" ini.


Diakuinya keberadaan bank syariah di tanah air belum berkembang, namun kita tidak perlu menutup diri, apalagi adanya keinginan dari departemen keuangan Inggris untuk menerbitkan obligasi syariah.


Bahkan, menurut Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998 ini, Menteri Keuangan Inggris mengajak kerjasama untuk melakukan study komperatif mengenai obligasi syariah, ujarnya.


"Saya tidak merasa malu harus belajar mengenai bank syariah dari Inggris, bahkan banyak pengalaman yang sangat berguna yang mungkin bisa dipelajari oleh Indonesia," jelanya.


Apalagi, kata dia, adanya keinginan dari pemerintah Inggris untuk menerbitkan obligasi syariah untuk membiayai defisit Inggris yang lima persen, sementara Indonesia hanya 1,2 persen.


(T.H-ZG/B/A026/B/A026) 15-01-2008 10:21:09

Tidak ada komentar: