Selasa, 23 Desember 2014

WAYANG

WAYANG KULIT "MUNYUK KOBONG" PUKAU PENONTON LONDON

Oleh Zeynita Gibbons

London, 15/12 (Antara) - Wayang kulit dengan lakon "Munyuk Kobong" atau "Hanoman Terbakar", dengan diiringi gamelan Southbank London memukau ratusan penonton sebagian besar masyarakat Inggris di Southbank Hall Festival London, akhir pekan.

"Keren bisa nonton wayang di London," ujar Al Hanif, mahasiswa Indonesia yang tengah belajar Human Right di Oriental and African Studies University of London kepada Antara London, Minggu.

Pagelaran Wayang Kulit dan Tarian Jawa yang digagas oleh Kelompok Gamelan di Southbank Centre tersebut, berhasil menarik perhatian ratusan orang yang datang, tidak hanya orang tua melainkan juga remaja dan anak-anak.

Acara yang dimulai sejak jam 1 siang sampai jam 7 malam waktu London itu, juga menampilkan Tarian Jawa yang dibawakan penari yang tergabung dalam Lila Bhawa, dengan penari Ni Made Pujawati bersama lima anggota Lila Bhawa di antaranya penari-penari bule yang berkolaborasi dengan warga negara Indonesia yang berdomisili di London.

Meskipun gerakan mereka tidak seluwes penari profesional, namun ratusan penonton yang hadir sangat antusias menikmati tarian yang dipadu dengan alunan musik gamelan.
Setelah pagelaran tari selesai dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Hanoman Terbakar, dengan dalang Sujarwo serta musisi dari ISI Surakarta yang ikut membantu penampilan gamelan Southbank.

Menurut Al Hanif, uniknya jika biasanya pertunjukan wayang kulit dilakukan semalam suntuk, kali ini cuma dilakukan selama dua jam mulai pukul lima sampai tujuh malam.

Selain itu, dialog juga disampaikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Sesekali penonton tertawa karena dalang membuat lelucon dalam bahasa Inggris.

"Sayangnya, tidak ada narasi dari pembawa acara mengenai lakon Hanoman Terbakar," ujar Al Hanif yang juga dosen di Universitas Jember .

Selain itu, juga tidak ada naskah maupun selebaran tertulis yang menarasikan alur cerita kepahlawanan Si Kera Putih dalam membumihanguskan Alengka yang menjadi Kerajaan Rahwana, ujarnya.

Menurut Hanif, penonton sebenarnya lebih menikmati alunan gamelan daripada melihat keahlian dalang dalam memainkan wayangnya.

Bahkan, dua mahasiswi dari Universitas Brighton yang duduk di bagian kursi paling depan sangat antusias mengikuti pertujukan wayang itu, namun sempat bertanya kepada Hanif dari mana musik gamelan yang menurut mereka sangat unik.

Hanif pun menjelaskan bahwa gamelan adalah musik tradisional dari Indonesia.

Lalu Pafa, salah satu mahasiswi tersebut berkata, "Aku sangat ingin pergi ke sana secepatnya untuk belajar bermain alat musik itu. I really want to visit this country so badly after listening to this music (gamelan)," ujarnya.

Hanif yang juga mengelola Wisma Merdeka bagi pelajar Indonesia yang menginap di London, menerangkan tentang peluang untuk belajar gamelan di Indonesia yang ditawarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui skema Beasiswa Darmasiswa.
Pafa menyatakan sangat antusias untuk mendaftar, agar bisa mewujudkan impiannya belajar Gamelan dan melihat keindahan ragam budaya Indonesia.***3***

Budisantoso Budiman

(T.ZG)(T.H-ZG/B/B. Budiman/B. Budiman) 15-12-2014 05:55:23

Tidak ada komentar: