Jumat, 28 Desember 2018

LONDON


WINTER WONDERLAND-LAMPU HIAS MERIAHKAN NATAL DI LONDON

 Oleh Zeynita Gibbons

London, 24/12 (Antara) - Suasana menjelang Natal di sepanjang jalan utama dan pusat perbelanjaan di London serta kota-kota lainnya meriah dengan berbagai lampu hias.

Hal demikian terlihat seperti di sepanjang Oxford Street yang berjarak sekitar dua kilometer di mana terdapat toko modern terkemuka, seperti Selfridges, House of Fraser, John Lewis, Debenham, dan toko musik HMV.

Lampu hias juga menjalar di sepanjang jalan Regent Street di mana terdapat toko mainan terkenal dan tertua di dunia, Hamley. Pada Desember, toko itu penuh pengunjung yang ingin membeli mainan untuk hadiah Natal bagi anak-anak mereka.

Selain di sepanjang jalan, pusat perkotaan di London dipasang lampu-lampu hias. Begitu pula di taman Hyde Park, sebagai taman bermain yang dikenal dengan nama Winter Wonderland. Di tempat itu banyak permainan untuk anak-anak, seperti komedi puter, rollercoaster, serta rumah hantu.

Winter Wonderland di London sebagai taman hiburan hanya ada selama Desember. Kehadirannya dinanti oleh anak-anak kecil karena Santa Claus akan datang ke tempat itu, memberikan kado Natal untuk mereka.

"Anak-anak senang bisa bermain di Winter Wonderland setahun sekali, mengajak mereka berlibur dan menikmati permainan," ujar Wati Halesworth yang mengajak kedua putranya, Alex dan William, buah perkawinan dengan Steve yang tinggal di Colchester ke tempat itu. Untuk menuju taman tersebut ditempuh waktu satu jam dengan kereta api ke London.

Menurut Wati, mengajak anak-anak berlibur ke Winter Wonderland sebagai "treat" bagi kedua putra mereka dalam musim libur akhir tahun yang cukup panjang, sekaligus liburan Natal, di mana masyarakat Inggris menyiapkan perayaan Natal seperti halnya di Indonesia dalam menghadapi Idul Fitri.

Masyarakat Inggris berlomba-lomba membeli hadiah Natal buat sanak saudara, khususnya anak-anak.

"Saya sekarang lebih senang belanja 'online', ujar Lorraine, perempuan Inggris yang bekerja di rumah jompo di Colchester.

Selain menyiapkan hadiah Natal, ibu-ibu rumah tangga juga sibuk belanja bahan makanan. Tidak beda seperti halnya Idul Fitri, toko swalayan pun diserbu masyarakat Inggris.

Hidangan wajib yang harus ada pada perayaan Natal, seperti lontong atau ketupat sayur, di Inggris tersedia berupa ayam Kalkun dipanggang yang disebut dengan nama "roast turkey" lengkap dengan kentang rebus dan wortel serta kol yang kecil-kecil yang disebut dengan "brussle sprouts". Biasanya hanya ada pada Desember.

Tidak ketinggalan, di setiap rumah warga Inggris dipasang pohon Natal lengkap dengan hiasan serta lampu kerlap-kerlip menghias ruangan keluarga. Bahkan, di luar rumah juga dipasang berbagai lampu hias. Entah berapa biaya listrik yang harus dibayar.

Perayaan Natal bagi masyarakat di Inggris lebih banyak dilihat dari segi komersial, sepertinya tidak ada hubungan dengan keagamaan meskipun ada beberapa gereja yang mengadakan kebaktian.

Tidak seperti di Indonesia, umat Nasrani pada malam Natal berbondong-bondong menuju gereja mengikuti kebaktian.


Pesta Pangan
Sebenarnya, ide untuk merayakan Natal pada 25 Desember berasal dari abad ke-4, di mana gereja Katolik ingin mengadakan perayaan pesta pangan yang dapat mengancam keberadaan agama Kristen.

Bangsa Romawi ingin merayakan hari ulang tahun Dewa Matahari mereka, Mithras. Para pemimpin gereja memutuskan untuk bersaing dengan perayaan kafir itu. Mereka membuat festival untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus.

Meskipun kelahiran Yesus sebenarnya terjadi pada musim semi, tanggal 25 Desember dipilih sebagai perayaan ulang tahun resmi Misa Kristus sehingga akan bersaing langsung dengan perayaan pagan. Natal di Amerika dianggap sebagai ritual pagan.

Hal itu diungkapkan Janet Smith, mentor yang mengajarkan bahasa Inggris untuk staf dan keluarga yang bekerja di Essex Universitas, yang disebut ECDIS (English Course for Dependant International Students and Staffs).

Sang guru Janet, menurut Nurisma Fira, istri Hadi Susanto, dosen Matematika di univesitas di Colchester, pada pertemuan terakhir sebelum libur Christmas-New Year, memberikan materi pelajaran seputar perayaan Christmas.

Nurisma Fira, ibu dua putra dan dua putri itu, menyebutkan pada sesi Reading, Janet Smith membagikan bahan bacaan yang berjudul "The Symbols and Traditions of Christmas". Pada bagian pertama berjudul "The Date of Christmas".

Dalam bacaan disebutkan berbagai ritual seputar perayaan Natal. Kegiatan itu sebenarnya diadakan oleh masyarakat sebagai perayaan Natal pada 25 Desember, untuk memperingati kelahiran Yesus yang sebenarnya terjadi pada musim semi dan tentunya bukan pada Desember.

Nurisma Fira mengatakan dari penjelasan semacam itu, perayaan Christmas murni buatan manusia, demi berusaha menyaingi ritual penyembahan Matahari.

Begitu pun tentang pohon Natal, Christmas Tree, berasal dari Jerman pada abad ke-16. Sudah biasa bagi orang Jerman menghiasi pohon cemara dengan mawar, apel, dan kertas berwarna.

Martin Luther, pembaru Protestan, adalah orang pertama menyalakan pohon Natal dengan lilin.

Saat pulang ke rumah pada satu malam musim dingin yang gelap di dekat Natal, ia dikejutkan dengan keindahan cahaya bintang yang menembus cabang-cabang pohon cemara kecil di luar rumahnya.

Tentunya adanya pohon Natal, bukan ajaran Kristen. Itu murni tradisi manusia.

Begitu juga sejarah Sinterklas yang konon berasal dari nama Santo Nicholaus yang dikenal sebagai Santa Clause. Ia sosok yang mengabdikan dirinya untuk agama Kristen dan sangat dermawan kepada rakyat miskin. Menurut kisah, orang Romawi menahan Santo Nicholaus. Dia dipenjara dan disiksa.

Sosok Sinterklas yang gendut dengan baju khas warna merah-putih yang biasa dikenal dengan ucapan, "Ho ho ho", ceritanya berasal dari Clement C. Moore.

Moore menulis puisi terkenal berjudul "A Visit from St. Nick" pada 1882. Puisi yang berjudul "The Night Before Christmas", di mana Moore dikreditkan menciptakan citra modern Santa Clause sebagai pria gemuk berbaju merah.

Fira pun mengaku semakin terbengong-bengong membaca sejarah daun Mistletoe dan daun Holly yang biasa digunakan sebagai dekorasi Christmas. 
Menurut bacaan yang diberikan Janet, gereja bahkan pernah melarang penggunaan daun Mistletoe karena berasal dari ritual pagan.

Konon, 200 tahun sebelum kelahiran Yesus, kaum pagan Druids menggunakan Mistletoe untuk merayakan kedatangan musim dingin.

Mereka menghias rumah dengan tanaman parasit ini, yang dipercaya memiliki banyak khasiat mulai dari menyembuhkan infertilitas sampai antikeracunan. ***4*** (ZG)
(T.H-ZG/B/M.H. Atmoko/M.H. Atmoko) 24-12-2018 07:40:13




Sent from Yahoo Mail for iPhone

Tidak ada komentar: