Minggu, 15 Agustus 2010

MUSLIM RUSIA

DUA JUTA UMAT MUSLIM RUSIA SAMBUT RAMADHAN

London, 14/8 (ANTARA) - Sekitar dua juta umat Muslim di Rusia menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh semangat di tengah-tengah udara kota Moskow yang mulai membaik, setelah asap menyelimuti lapangan merah.

"Umat muslim di Rusia bersama dengan kaum Muslim Indonesia melakukan Shalat Tarawih sejak Senin (12/8) pukul 22.45. Bulan puasa kali ini jatuh pada musim panas sehingga membuat jadwal Shalat Isya dimulai pukul 22.30 malam," ujar Konselor Pensosbud KBRI Moskow M Aji Surya kepada Antara London, Sabtu .

Menurut dia, walaupun kota Moskow hanya dihuni dua juta Muslim, yang merupakan kota Muslim terbesar di Eropa. Jumlah itu lebih signifikan nilainya karena umat Muslim di Rusia adalah penduduk asli, bukan imigran dan nenek moyang mereka telah mulai memeluk Islam sejak abad ke-8.

"Masyarakat Islam Rusia berjumlah 23 juta atau 18 persen dari penduduk secara keseluruhan dan menjadi mayoritas kedua setelah pemeluk Kristen Ortodoks," katanya.

Dalam beberapa waktu terakhir, kota Moskow diliputi udara panas dan asap akibat kebakaran hutan, namun suasana menghadapi bulan Ramadhan justru mulai kondusif meskipun tidak ada jaminan kedua masalah itu telah berlalu.
Bagi warga Moskow dianjurkan tetap berada di dalam ruangan dan tidak keluar rumah, sebab menghirup udara kotor tersebut sama dengan menyedot beberapa bungkus rokok dalam sehari.

"Repotnya, dalam rumah juga panas kalau jendela ditutup dan asap akan menyerbu bila dibuka. Ibarat buah simalakama," ujar Dodo Sudrajat, warga Indonesia yang sudah bermukim selama dua tahun di Moskow.
Kondisi diatas menjadi masalah bagi semua orang yang berdiam di Moskow, termasuk warga Indonesia yang kebanyakan bekerja di Kedutaan Besar RI.

Bahkan, sejumlah kedutaan besar seperti Austria, Kanada, dan Polandia tampak mengungsikan sebagian stafnya ke kota St. Petersburg atau tempat lain yang lebih aman, sedangkan kedutaan seperti Jerman dikabarkan lebih memilih tutup untuk sementara waktu.

Sudah dua minggu ini, kota ujung dunia sebelah utara bermuka muram. Kecantikan yang biasa ditebarkan kepada para pelancong telah hilang dalam sekejap. Jalanan yang sering macet, tiba-tiba sepi dan lengang.

Para turis tidak banyak bekeliaran, sedangkan penduduknya lebih senang tinggal di rumah. Banyak penerbangan mengalami penundaan. Mereka semua hanya menghindari dua hal yakni udara panas dan asap yang menyelimuti udara.

"Udara di musim panas kali ini memang jauh dari prediksi pengamat dan ahli," ujar M. Aji Surya yang lama menetap di Moskow.

Umumnya, setelah musim dingin yang akut seperti tahun lalu biasanya diikuti musim panas yang tidak biasa, namun panas kali ini di luar dugaan. Biasanya temperatur di kota Moskow berkisar 25 derajat Celcius, namun kali ini antara 36 sampai 41 derajat.
Akibatnya, semua orang tidak siap, karena umumnya gedung dan tempat kerja tidak memiliki alat pendingin atau air condisioner karena sejauh ini memang tidak berguna.

Pemerintah Rusia mengeluarkan aturan bila temperartur mencapai 30 derajat, pegawai boleh pulang jam 15.00 antara 31-33 derajat kembali pukul 14.00 dan bila diatas 36 derajat boleh pulang pukul 12.00.

"Ini memang tidak umum. Panas seperti ini kabarnya tejadi 100 tahun lalu," kata Lisa Blesnova, penduduk Moskow.


Lapangan Merah
Panas udara kota Moskow yang mengimbas sampai ke Lapangan Merah itu disebabkan kebarakan hutan yang kebetulan ada di dalam dan luar kota ibukota yang mengakibatkan munculnya masalah baru.

"Saat itu, asap pekat mengudara dan menyelimuti kota dengan jarak pandang hanya pada kisaran 25 meter. Rumah di seberang jalan juga sudah susah melihatnya," ujar M Aji Surya.

Kondisi udara yang menjadi sumber kehidupan memburuk pada kisaran lima kali dari ambang normal yang mengakibat kebakaran yang menjarah 600 titik dengan luas 150 ribu hektar.

Bahkan lebih 50 orang dikabarkan meninggal, menjadi korban kebakaran dengan kerugian mencapai 600 juta dolar AS. Hingga saat ini tidak ada korban diantara kebakaran dan asap tersebut warga Indonesia.

Pemerintah Moskow mengetahui temperatur udara dan asap tidak akan enyah dalam waktu singkat membuat ancang-ancang tentang kemungkinan mundurnya waktu belajar sekolah yang mestinya dimulai awal September. Hal ini mungkin sama dengan kota-kota di dunia yang meliburkan muridnya pada saat terjadinya badai salju.

Sejak dua minggu terakhir alat pendingin ruangan lenyap dari peredaran di semua toko di Moskow. Kalaupun ada harganya bisa dua hingga tiga kali lipat serta pemasangannya memerlukan waktu cukup lama.

"Kalau pesan AC sekarang, baru akan datang dua minggu, sedangkan pemasangannya menunggu dua bulan. Ini tidak masuk akal karena panas ini hanya akan berlangsung tidak maksimal sampai awal September," demikian Lisa Blesnova.

Meskipun menurut prediksi para ahli asap dan udara panas akan tetap menyelimuti Moskow dalam seminggu kedepan, namun sehari menjelang datangnya bulan suci Ramadhan keadan sudah sangat membaik.

Para pelancong juga mulai kelihatan berkeliaran di semua penjuru kota. Di Lapangan Merah Kremlin (red square) banyak orang mulai mengambil foto dengan background katedral tekenal St. Basil yang berkubah layaknya masjid di Indonesia.

Diprediksikan, sehari menjelang puasa ini tingkat kepekatan asap sudah sangat turun pada kisaran dua level diatas ambang batas dibandingkan beberapa waktu sebelumnya.

"Di sana-sini sudah jarang orang menggunakan masker. Kekalutan warga akibat masalah alam ini seudah berkurang jauh," demikian M Aji Surya. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/E011/E011) 14-08-2010 18:19:30

Tidak ada komentar: