Jumat, 07 Juni 2013

NORWEGIA


KBRI: MASYARAKAT NORWEGIA KAGUMI TARIAN ANAK INDONESIA

Ooleh Zeynita Gibbons
Hamar, Norwegia, 3/6 (ANTARA) - Tari Merak yang ditarikan Yunisa Anggi dan Cynthia Muljono dari kelompok tari Anak Indonesia binaan KBRI Oslo asuhan Ossy Riviani Ivarson berhasil mempesona sekitar 2.000 masyarakat Norwegia.

Penampilan anak-anak pada Festival Anak Internasional "Stoppested Verden (SVF)" itu diadakan di Kota Hamar, Norwegia, pada Sabtu (1/6) dan Minggu (2/6), kata Ossy Ivarson kepada Antara London.

"Kami bangga bisa mempersembahkan kesenian Indonesia dalam festival anak Stoppested Verden yang digelar untuk ke enam kalinya, ujar Ossy Ivarson," katanya usai menampilkan tarian yang mendapat sambutan dari masyarakat Norwegia memenuhi komplek museum kereta api di kota wisata Hamar, sekitar 120 km di utara Oslo, Norwegia.

Dikatakannya, suatu kehormatan bagi anak anak dari kelompok tari Anak Indonesia yang juga menampilkan Tari Yapong yang dibawakan Bianca Putri Kadarisman, Rahmatina Kostofani, dan Nuraisyah Muhadin kepada masyarakat Norwegia dalam acara festival yang diikuti berbagai negara di dunia, ujar Ossy Riviani Ivarson yang juga menampilkan Tari Renggong Manis.

Sementara itu, Koordinator Festival Andreas Roseth mengatakan kehadiran kelompok kesenian Indonesia di festival Stoppested Verden yang merupakan festival anak internasional terbesar di Norwegia mempunyai arti penting. "Indonesia sejak awal sudah berpartisipasi dalam acara festival anak Internasional," ujar Andreas menambahkan kesenian Indonesia terutama tari tariannya sangat memukau dan disukai oleh masyarakat.

Dikatakannya, tujuan digelarnya festival untuk keenam kalinya adalah membangun arena bagi anak anak melalui konser, workshop, kegiatan, pertunjukan dan pameran yang difokus pada pengetahuan dan pemahaman tentang keragaman multikultural bagi anak anak seluruh dunia.

"Melalui program ini kami berusaha memotivasi dan memicu minat anak anak dan pemahaman tentang nilai-nilai dalam banyak budaya dunia yang beragam," ujarnya menambahkan bahwa festival yang terletak di taman milik Railway Museum Norwegia dan kereta antik yang mengangkut anak-anak dan keluarga yang lelah melakukan berbagai kegiatan yang digelar berbagai negara.

Sementara itu, Dubes RI di Oslo Esti Andayani mengatakan bahwa partisipasi KBRI dalam festival ini merupakan cara paling efektif mengenalkan Indonesia di mancanegara, terlebih lagi diplomasi budaya yang ditujukan kepada anak-anak.

Hal ini merupakan salah satu diplomasi budaya yang sangat berarti di tengah upaya gencar Pemerintah Norwegia memajukan integrasi dalam masyarakatnya, ujarnya menambahkan meskipun festival ditujukan untuk anak anak, namun pastinya anak tidak datang sendiri mereka didampingi oleh kedua orang tua dan bahkan nenek dan kakek.

Dalam festival ini, KBRI Oslo menawarkan berbagai aktivitas anak-anak, antara lain workshop, batik jumputan, mini gamelan, dan berbagai permainan tradisional seperti congklak, gasing, dan permainan yoyo yang menarik perhatian anak anak dari berbagai bangsa.

Dalam festival yang diadakan panitia SVF bekerja sama dengan Musium Kereta Api di Hamar, Hamar Kommune dan berbagai institusi dan kelompok masyakarat di Norwegia, KBRI Oslo berupaya melancarkan diplomasi melalui anak-anak, katanya.

Selain itu, Stand Indonesia juga menampilkan workshop gamelan yang diikuti anak-anak Norwegia dan memperkenalkan kuliner berupa sate ayam lengkap dengan angkring sate untuk membakar sate ayam yang sangat digemari dan bahkan rela antri dan menunggu sate dipanggang.
Sebanyak 1000 tusuk sate ayam yang disediakan oleh Wisma Duta dan rempeyek kacang dalam upaya memperkenalkan kuliner Indonesia kepada masyarakat di Norwegia.

Workshop batik jumputan juga menjadi salah satu favorit anak-anak yang membuat batik jumputan dengan menggunakan teknologi yang berbeda dari batik yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia dengan mengunakan kain putih yang ikat kelereng dan dicelup dalam berbagai warna.

Festival Anak kali ini diramaikan oleh aneka kegiatan dan penampilan budaya dari berbagai institusi dan kelompok masyarakat di Norwegia, yang mewakili 38 kebudayaan dunia, termasuk dari Indonesia yang diwakili oleh KBRI Oslo.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Mocci Ryen mengatakan festival kali ini berbeda dengan festival lain pada umumnya karena konsep tidak hanya membuat orang datang, namun berupaya membuat konsep pengunjung berkelana ke suatu negara dan menjelajahi negara melalui para artis, aktivitas dan tradisi negara tersebut.

"Kami berbeda dari festival lain dan Stoppested Verden tempat berkumpul yang bagus bagi masyarakat," ujarnya menambahkan bahwa mereka lebih memilih bersekolah di festival school daripada belajar secara formal, belajar melalui pengalaman. Yang kedua adalah dengan salah satu sekolah di Hamar, kini 60 muridnya kini menjadi sukarelawan di festival ini.

Tujuan utaman digelarnya Festival Stoppested Verden bagi anak-anak dan remaja, itu untuk mengubah sikap dan pandangan dan membangun kepercayaan, keingintahuan, dan keterbukaan terhadap budaya baru dan orang-orang dari negara dan budaya lain. "Dengan budaya, diharapkan 'xenofobia' dan rasisme dapat dicegah," katanya.

Festival ini menyajikan budaya dari berbagai belahan dunia dan bangsa, yang memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keragaman budaya dunia. Melalui konser, workshop, aktivitas, pertunjukan dan eksebisi, festival ini berfokus untuk membangun jembatan antar budaya dan menjadi suatu tempat berkumpul bagi orang dari berbagai budaya berbeda.

Beberapa peserta, antara lain berasal dari Afghanistan, Australia, Brasil, Bulgaria, Burma, Burundi, Kolombia, Ethiopia, Philipina , Italia, India, Irak, Iran, Kurdistan, Latvia, Maroko, Meksiko, Nepal, Palestina, Persia, Polandia, Rumania, Serbia, Somalia, Sudan , Swedia, Thailand, Uganda, Vietnam, dan Norwegia sendiri. ***4***
(T.H-ZG/B/Farochah/Farochah) 03-06-2013 11:26:49

Tidak ada komentar: