Senin, 21 Juli 2008

PERJALANAN DAUN EMAS DARI DELI KE BREMEN

PERJALANAN PANJANG DAUN EMAS DARI DELI KE BREMEN

Oleh Zeynita Gibbons

London, 18/7 (ANTARA) - Perjalanan panjang daun emas tembakau Deli dan tembakau Jawa sampai ke balai lelang tembakau di Bremen berlangsung sejak lama dan bahkan pernah mencapai kejayaannya satu bal tembakau setara dengan satu mobil Mercy.


Kota Bremen yang merupakan kota pelabuhan kedua terbesar setelah Hamburg berpenduduk 664.000 jiwa menjadi saksi kejayaan tembakau yang dihasilkan perkebunan milik PTPN II Medan dan PTPN 10 Surabaya -- memasuki tahun ke 50 justru mengalami penurunan dan bahkan bisa disebut kemunduran.


Lelang tembakau dilaksanakan Deutsch-Indonesische Tabak-Handelsgesellschaft (DITH) akhir bulan Juni lalu itu dikawal Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara II, Bhatara Moeda Nasution, dan Konjen KJRI Hamburg, Teuku Darmawan, sementara, Direktur PTPN X tidak hadir karena adanya kemelut yang terjadi pada perusahaan BUMN tersebut.


Bila tidak ada campur tangan pemerintah rasanya sulit bagi kedua perkebunan tembakau itu untuk mengangkat kembali kemasyuran tembakau Deli yang digunakan untuk membuat cerutu oleh perusahaan ternama di dunia.


Kemasyuran tembakau Indonesia diakui Wolfgang G. Koehne dari Deutsch-Indonesische Tabak-Handelsgesellschaft mbH & Co. KG dan Niels Leoni dari perusahaan Ermor Tabarama Tabacos do Brazil Ltda.


Daun tembakau Deli digunakan untuk pembungkus atau Deckblatt cerutu buatan Eropa yang memiliki cita rasa dan warna yang sangat khas sedangkan daun tembakau asal Jawa digunakan untuk mengisi cerutu yang disebut dengan filler.


?Sayangnya produksi tembakau dari perkebunan milik PTPN 2 Tanjung Muara Medan dan PTPN 10 Surabaya terus mengalami menurunan,? ujar Soedjai Kartasasmita, penasehat PT Perkebunan Nusantara II Medan pada acara perayaan 50 tahun lelang tembakau Bremen yang diselenggarakan sangat sederhana di kota Bremen.



Terus menurun


Produksi tembakau dari kedua perkebunan itu selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan baik dari segi jumlah maupun pendapatan.


Dari data yang ada Lelang tembakau Sumatera tahun 2004 yang berjumlah 1.803 bal menghasilkan 3.457.650 Euro, sementara tahun 2005 mengalami peningkatan yang tidak banyak menjadi 2.124 bal dengan nilai 4.585.000 Euro.


Pada tahun 2006 produksi kembali mengalami menurun sampai 2.082 bal dengan nilai lelang 3.950.000 Euro begitupun tahun 2007 juga mengalami penurun sampai 1.675 bal yang menghasilkan 3.892.264 Euro.


Untuk tahun 2008, yang merupakan lelang yang ke 50 itu , menurut panitia lelang Albertus P Dargo dari sebanyak 1964 bal tembakau Deli hanya dapat menghasilkan 3.500.000 Euro.


Begitupun pada tembakau Jawa yang juga mengalami pasang surut yang pada tahun 2004 dilelang sebanyak 1.008 bal menghasilkan 1.133.580 Euro, dan tahun 2005 produksi tembakau yang berjumlah 1.150 bal laku terjual 1.130.000 Euro, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan sampai 1.112 bal hanya menghasilkan 990.000 Euro.


Sementara pada tahun lalu 2007 hasil tembakau Jawa berjumlah 802 bal bernilai 805.774 Euro sedangkan tahun 2008 menurun menjadi 702 bal tembakau yang menghasilkan 840 ribu Euro.


Pengusaha cerutu dengan merek terkenal Henri Wintermans Cigars dan Nobel Cigars, dua nama cerutu yang diproduksi PT Cigar Group Holdong B.V dari Belanda sempat meragukan akan kemampuan kedua perkebunan Indonesia untuk dapat memasok daun tembakau.


Rod Zwarts, Direktur Utama PT Cigar Group Holding BV , khusus datang ke Medan untuk memastikan produksi Tembakau Jawa dan Tembakau Deli akan dapat memenuhi kebutuhan produksi cerutu yang diproduksi perusahaannya.


Menurut Soedjai Kartasasmita, banyak pengusaha carutu yang mulai melirik daun tembakau yang diproduksi oleh negara lainnya, apalagi bibit tembakau yang ditanam di Eguador maupun di Afrika berasal dari Sumatera.


Hal ini, ujar Presiden Komisaris Bakrie Sumatera Plantations karena kurangnya perhatian baik dari pemerintah maupun pengusaha akan tembakau. Bahkan lahan tembakau banyak beralih menjadi lapangan golf maupun perumahan.


Padahal Kepala Perwakilan KJRI Hamburg Teuku Darmawan mengatakan kontribusi tembakau asal kedua perkebunan itu menghasilkan lebih dari 1,4 miliar Euro dan sekitar dua juta bal tembakau asal Sumatera dan Jawa dijual melalui balai lelang Bremer Tabakborse.


Apalagi dengan dibentuknya DITH pada 1959 yang merupakan tonggak sejarah dari perdagangan internasional tembakau Jawa dan Sumatera di kota Bremen.


?Keberhasilan lelang tembakau selama 50 tahun di kota Bremen merupakan suatu kerjasama yang cukup panjang antara Balai lelang Bremen Tabakborse dengan para pengusaha tembakau dari Indonesia,? ujarnya.


Dari Belanda ke Bremen


Sebelum tahun 1959, pasar tembakau Indonesia dengan sistem lelang dilakukan di Rotherdam, Belanda, dengan terjadinya konfrontasi Indonesia dengan Belanda masalah Irian Barat tempat pelelangan tembakau pindah ke Bremen, Jerman.


Menurut Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara II, Bhatara Moeda Nasution, Belanda yang merupakan bagian dari Eropa bisa saja megajak seluruh negara Eropa untuk tidak membeli tembakau Indonesia.


?Tembakau Deli turut memberikan andil terhadap Kedaulatan Republik Indonesia,? ujar Bhatara Moeda menambahkan betapa hebatnya sebatang cerutu.


Diakuinya tembakau Deli membuat nama Indonesia dikenal dunia, dan pada saat itu Jerman mengambil timing yang tepat dengan memindahkan lelang tembakau dari Belanda ke Bremen di Jerman.


Menurut Bhatara, bisa saja Indonesia dikucilkan oleh negara negara di Eropa namun demi kepentingan terhadap sebatang cerutu, Jerman mau mengelar lelang tembakau Deli yang sangat terkenal di dunia.


?Sayangnya bangsa Indonesia tidak menyadari akan kemasyuran tembakau Deli yang diakui di dunia,? ujar Soedjai lagi.


Perusahaan-perusahaan pembuat cerutu terkemuka di Eropa seperti J. Cortez (Belgia), Royal Agio dan De Olifant (Belanda), Nobel Cigars dan Henri Wintermans (Belanda-Denmark) dan Viliger (Jerman-Swiss) setiap tahunnya mengikuti setiap pelelangan tembakau milik perkebunan PT PN II Medan PTPN 10 Surabaya.


Daun tembakau yang berhasil dilelang memang tidak langsung dibawa pembelinya tetapi disimpan di gudang milik perusahaan Joh.C.Henschen Gmbh &Co KG yang tidak seberapa jauh dari gedung Balai lelang Bremer Tabakborse yang didirikan tanggal 13 Juni 1961.


Menurut Klaus G Henschen, dalam penyimpanannya tembakau Deli dan tembakau Jawa mendapat perlakuan khusus beda dengan tembakau negara lainnya.


?Penyimpanan tembakau harus dalam suhu rendah dan terlindung dari sinar matahari,? ujarnya selain itu tembakau yang dibungkus dalam kemasan tikar itu tidak lebih dari tiga tumpuk.


?Justru makin lama tembakau disimpan citarasanya semakin enak,? ujar Klaus G Henschen lagi.


Semua mengakui kehebatan dan kemasyuran daun emas tembakau Deli dan tembakau Jawa, sementara di tanah air, ladang tembakau semakin menyempit dan bahkan berpindah fungsi. Masihkah kejayaan tembakau ini akan terus berlanjut, atau tinggal menjadi kenangan. (U-ZG)

(T.H-ZG/B/M009/M009) 18-07-2008 05:26:53

Tidak ada komentar: