Sabtu, 10 September 2016

RUSIA

INDONESIAN HOUSE' KEDUA DIBUKA DI VLADIVOSTOK
     Zeynita Gibbons

    London,6/9 (Antara) - 'Indonesian House' kembali dibuka di Vladivostok, kota paling timur Rusia, dan kali ini menjajal potensi ekspor Indonesia untuk furnitur, barang antik serta kebutuhan interior hotel dan restoran.


         Menurut Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, dalam keterangannya kepada Antara, Selasa, pembukaan 'Indonesian House' dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Belarus, Wahid Supriyadi, di tengah perhelatan forum ekonomi terbesar kedua di Rusia, Eastern Economic Forum.      
    'Indonesian House' pertama di Vladivostok dibuka oleh duta besar RI untuk Rusia sebelumnya, Djauhari Oratmangun, pada 2015, yang saa itu memusatkan kopi sebagai produk potensi ekspor.  
    Seiring dengan pembukaan 'Indonesian House' kedua, Dubes Wahid melakukan pembicaraan dengan sekitar 20 pengusaha Rusia, baik yang sudah melakukan bisnis maupun tertarik untuk berbisnis dengan Indonesia.

         "Momentumnya sangat tepat. Setelah kunjungan Presiden Jokowi ke Sochi bulan Mei yang lalu, minat pengusaha di kedua negara untuk melakukan bisnis sangat tinggi," ujar Wahid, yang baru menjabat sebagai Dubes di Moskow selama lima bulan.
         Menurutnya, Festival Indonesia yang baru diselenggarakan Agustus lalu menunjukkan penguatan hubungan ekonomi kedua negara.
         Di tengah melemahnya perdagangan dunia, ujarnya, perdagangan Indonesia-Rusia pada kuartal pertama tahun ini justru meningkat sekitar 17 persen.
         Selain itu, tuturnya, kunjungan wisatawan asal Rusia selama Januari-Juni juga meningkat sebesar 17,5 persen.
         Presiden Rusia Vladimir Putin mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan Vladivostok sebagai pintu gerbang perdagangan Rusia dengan negara-negara Asia Pasifik.
         'Indonesian House', yang diprakarsai pengusaha Rusia, Olga G.Bagryantseva, sejak tahun 2015 telah mengimpor produk furnitur dan barang antik senilai sekitar 23 juta dolar AS dari Indonesia.
         'Indonesian House' yang pertama dikelola Konsul Kehormatan RI untuk Vladivostok, Maria Maksudinova.
         Maria mengungkapkan bahwa kopi asal Toraja, Jawa dan Sumatra sangat digemari di Rusia.
         Ia menyetujui usul Dubes agar juga mengimpor teh dari Indonesia, mengingat produk teh Indonesia juga sudah cukup dikenal di wilayah Rusia bagian barat.

    
    Blusukan
    Dubes Wahid, yang didampingi Minister Counsellor Pensosbud Darmawan Suparno, Minister Counsellor Ekonomi Kiki Tjahjo Kusprabowo dan Atase Perdagangan Heryono Hari Prasetyo, sempat melakukan 'blusukan'  ke restoran papan atas "Portcafe," yang hampir seluruh perabotan serta pernak-pernik desain interiornya berasal dari Indonesia.

         Salah seorang dari tiga pemilik restoran itu adalah pemain band rock asal Rusia, Edward.
         Edward mengungkapkan sekitar 80 persen perabotan dan ornamen interiornya berasal dari Indonesia.
         Dalam kunjungan rombongan Wahid ke restorannya, ia kemudian meminta saran menu apa yang sebaiknya disajikan di restoran tersebut, mengingat selama ini mereka hanya meyajikan masakan Eropa dan Asia lainnya.
         "Nasi goreng dan sate!," kata Dubes.

         Wahid menjelaskan bahwa, dalam suatu festival, dua jenis makan itulah yang paling diserbu masyarakat Rusia. Dia menjanjikan akan mendatangkan 'chef' dari Indonesia.      
     Selain membuka Indonesian House, Dubes melakukan kunjungan kehormatan kepada pejabat sementara Walikota Vladivostok,
Konstantin Loboda, dan berdiskusi soal upaya meningkatkan hubungan kedua negara.

          Loboda sepakat soal adanya peluang besar bagi kerja sama antara Indonesia dan Rusia, khususnya Vladivostok.
          Dalam pertemuan, Wahid mengingatkan bahwa jalur penerbangan Vladivostok-Bali akan dibuka oleh salah satu maskapai swasta Rusia dan karena itu kesempatan terbuka lebar bagi para wisatawan dari daerah Primorsky untuk berkunjung ke Indonesia.
          Dubes juga mengusulkan agar kota Vladivostok menjalin program 'sister city' dengan Surabaya, yang bisa diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kadin Vladivostok dengan Kadin Surabaya.
          Lobosa dikabarkan menyambut usulan tersebut dan berjanji akan menindaklanjutinya.
          Dubes Wahid juga melakukan pembicaraan dengan Wakil Rektor Far Eastern Federal University, Vladimir Kurilov, dan dengan Rektor Vladivostok State University of Economics and Service, Gennadiy Lazarev.
          Kedua Universitas ternama di Vladivostok itu berkeinginan untuk melakukan kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi di Surabaya, terutama Universitas Airlangga dan ITS.
          Wahid berjanji akan menghubungi kedua lembaga pendidikan tinggi di Surabaya itu untuk menindaklanjuti potensi kerja sama.
          Saat ini, tercatat 17 mahasiswa Indonesia belajar di beberapa universitas di Vladivostok.
         Selama kunjungan ke Vladivostok, Counsellor Protokol dan Konsuler, Sugihartono, memberikan pelayanan kekonsuleran kepada WNI yang tinggal di wilayah tersebut dan membantu menyelesaikan kasus delapan awak Indonesia yang ditangkap bersama kapal berbendera Tanzania karena memasuki perairan Rusia secara ilegal.

         Kedelapan ABK itu berhasil dipulangkan ke Indonesia pada 2 September.(ZG)****3****
(T.H-ZG/B/T. Mutiasari/T. Mutiasari) 06-09-2016 05:16:13

Tidak ada komentar: