Selasa, 15 September 2009

PENGUSAHA MAKANAN INDONESIA PENETRASI PASAR RUSIA

PENGUSAHA MAKANAN INDONESIA PENETRASI PASAR RUSIA

London, 16/9 (ANTARA) - Sebanyak 12 perusahaan Indonesia mencoba meraup pangsa pasar makanan di Rusia yang cukup besar dalam World Expo Moskow yang di adakan di Moskow yang berlangsung hingga 18 September mendatang.

"Kami memfasilitasi penyediakan lahan dalam pameran produk makanan yang disebut-sebut kedua terbesar di dunia dan digelar selama empat hari di jantung Rusia itu," demikian M. Aji Surya, Counsellor KBRI Moskow kepada koresponden Antara London, Selasa.

Dikatakannya, KBRI Moskow mencoba menfasilitasi pengusaha Indonesia yang berkeinginan untuk melakukan penetrasi kepasar Rusia dengan menyediakan lahan seluas 190 meter persegi.

Penanggungjawan Pameran dari KBRI Moskow, Suprianda Ruru, mengatakan sebanyak 23 perusahaan besar dan menengah Indonesia hadir di antara ratusan perusahaan dari banyak negara.

Mereka mempromosikan produk seperti kopi, teh, kakao, CPO, buah kalengan, herbal, frozen food hingga produk krupuk. "Ini kali kedua kita memberikan fasilitas lengkap kepada pengusaha kita agar meraih keuntungan di Rusia," ujarnya.

Menurut Yongky Cader dari PT. Indoglobal Commodity, berjualan di Rusia masih besar kesempatannya. Malah jauh lebih baik dibanding pasar Eropa Barat yang sudah penuh sesak. "Sayang banyak pengusaha kita yang tidak tahu," ujarnya.

Meski demikia, katanya, persaingan yang cukup ketat memang tidak bisa dihindarkan. Beberapa fakta memang menunjukkan bahwa pada tahun lalu produk makanan meliputi 40 persen produk consumer price index di Rusia.

Selain itu, hampir 90 persen produk konsumen yang dijual di Rusia saat ini merupakan produk impor dari luar negeri dan 35 persen di antaranya adalah produk makanan.

Ketergantungan pada impor bahan makanan ini telah berlangsung sejak lama dengan nilai impor sebesar 27 milyar dolar AS di tahun 2007 dan melonjak tajam menjadi 36 milyar dolar AS pada tahun lalu.

Beberapa analisa menyebutkan bahwa bila Rusia tidak mengubah food security-nya, maka bisa jadi pada 1-2 tahun mendatang akan menjadi net importer.

Menurut Dubes Hamid Awaludin, semua itu antara lain sebagai sebuah konsekuensi pasar bebas yang diberlakukan Rusia ditambah kebijakan pemerintah atas pertaniannya.

Negeri beruang putih itu hanya mensubsidi petaninya sebesar 6 persen dari nilai total produksinya dibandingkan dengan Amerika Serikat sebesar 16 persen dan Uni Eropa 32 persen.

"Berdasarkan sebuah riset, masyarakat Moskow menghabiskan 70 persen pendapatannya untuk konsumsi makanan. Bahkan ditengah maraknya hotel dan cafe, ditengarai hampir 90 persen bahan bakanan yang disajikan merupakan produk impor. Karenanya disini ada kesempatan emas," ujarnya.

Karena potesi itu, para pelaku bisnis Indonesia diharapkan tidak cepat bosan mengikuti pameran karena meyakinkan pasar memerlukan waktu dan kontinyuitas. "Silakan datang dan datang lagi. Pemerintah melalui KBRI Moskow akan setia menfasilitasi," katanya. ***2***
(U-ZG)
(T.H-ZG/B/A027/A027) 16-09-2009 01:15:29

Tidak ada komentar: