Selasa, 05 Desember 2017

VATIKAN

KBRI VATIKAN GELAR DIALOG ANTARAGAMA DI NAPOLI  
     Zeynita Gibbons

  London 19/11 (Antara) - KBRI Vatikan mengadakan dialog Islam-Katolik yang bertema "Memperkuat Kerukunan Umat Muslim dan Katolik di Indonesia," sebagai usaha menjembatani perbedaan sekaligus membangun kerukunan antaragama,di Aula Basilica del Buonconsiglio, Napoli, Italia, Sabtu.
          Dialog diikuti sekitar 100 peserta yang umumnya biarawan dan biarawati Katolik dibuka Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono dihadiri Uskup Napoli, Kardinal Crescenzio Sepe, demikian penjelasan Pensosbud KBRI Vatikan Wanry Wabang  kepada Antara London, Minggu.
            Dubes Antonius Agus Sriyono, dalam pembukaan menekankan pentingnya dialog Islam-Katolik karena dengan acara semacam ini diharapkan akan tumbuh saling pengertian dan saling menghormati
antarpemeluk agama sehingga harmoni dan kerukunan beragama dapat terwujud di Indonesia.
         Pembicara dalam dialog adalah Direktur Komunitas Sant Egidio, Valeria Martano, dan dosen  Institut Agama Islam Negeri  Surakarta, Zaenal Muttaqin, yang sedang melanjutkan studi doktoralnya di Inggris.        
   Kardinal Sepe yang menyempatkan hadir menyatakan harapannya dialog antaragama ini dapat terus berlanjut. Diharapkan bukan hanya dialog, tapi juga dapat diadakan berbagai kegiatan yang melibatkan kelompok masyarakat luas yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda.
         Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar telah menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengelola keberagaman, ujarnya.
         Dalam paparannya, dosen IAIN Surakarta, Zaenal Muttaqin menitikberatkan pada bagaimana Islam memandang pluralisme di  Indonesia.
      "Dalam Al-Qur'an disebutkan Tuhan menciptakan manusia  berbeda-beda dan Islam  tidak melarang berbuat baik kepada sesama," kata Muttaqin.
         Dikatakan, terdapat tiga  metode untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama, yakni dialog teologis terkait dengan saling belajar bagaimana keyakinan orang lain terhadap agamanya, bukan dari perspektif agama melainkan bagaimana pemeluk agama lain meyakini agamanya.
        Dialog sosiologis, yaitu  bagaimana pergaulan di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk membina kerukunan dengan melibatkan warga lintas agama.
      Selain kerja sama lintas agama dalam bentuk kolaborasi di lapangan untuk mencari solusi persoalan kemanusiaan seperti pendidikan, kemiskinan, ketimpangan sosial dan ekonomi, kekerasan, dan sebagainya.
      Sementara itu, Valeria Martano menekankan  Indonesia adalah contoh sebagai negara dimana rakyatnya dapat hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, terutama dalam perbedaan agama.
       Dikatakannya, negara Eropa tidak memiliki banyak perbedaan seperti Indonesia.
       "Bahkan kita sering merasa takut dengan adanya banyak perbedaan. Untuk itu, tantangan utama adalah dialog. Paus mengatakan  dialog akan membantu orang  saling mengenal".

            Dialog merupakan tanda cinta kasih. Gereja Katolik di Indonesia yang  banyak terlibat dalam mengadakan berbagai dialog  dapat membuka diri, memberikan kesaksian tentang cinta kasih, tidak hanya kepada sesama pemeluk Kristiani, tetapi juga semua yang membutuhkan, dengan segala perbedaan¿, ujar Martano.     
     Sebelum acara dialog juga diadakan  pameran foto karya fotografer Italia, Carmen Mastello, yang memamerkan 30 foto menggambarkan bagaimana potret kerukunan beragama di Indonesia, seperti warga Mu
  "Saya berharap melalui karya saya ini, para  pengunjung dapat mendapatkan gambaran tentang keindahan dan kerukunan beragama di Indonesia, demikian Carmen. (***4****
ZG/b/a011
(T.H-ZG/B/A.F. Firman/A.F. Firman) 19-11-2017 19:51:10

Tidak ada komentar: