Sabtu, 05 Mei 2018

MARLINA

TMARLINA PICU DISKUSI GENDER DI BRISTOL

Oleh Zeynita Gibbons   

   London, 27/4 (Antara) - Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak dengan sutradara Mouly Surya yang mengangkat isu gender dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia menarik perhatian meski budayanya sangat beragam.
         Hal itu terungkap dalam diskusi dan pemutaran fillm Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak di Bristol, Inggris Raya yang menampilkan Hana Satriyo, narasumber ahli di bidang gender dan partisipasi wanita saat menjelaskan betapa sulitnya perempuan keluar dari situasi penuh tekanan dan kekerasan.
        Pensosbud KBRI London, Okky Diane Palma kepada Antara London, baru-baru ini mengatakan diskusi dan pemutaran film diadakan KBRI di London, bersama masyarakat dan Persatuan Pelajar Indonesia di Bristol dan Watershed. Sementara itu, bioskop arthouse di Bristol mengangkat isu gender dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
        Menurut Hana Satriyo, seringkali belenggunya tidak secara fisik, namun secara mental dan betapa sulitnya perempuan keluar dari situasi penuh tekanan dan kekerasan. "Apalagi jika dilakukan orang terdekat, seperti yang tergambar dalam salah satu tokoh di fillm Marlina," ujarnya.
        Meski budaya Indonesia sangat beragam, tidak dapat dipungkiri masih banyak yang hidup dalam sistem budaya patriarki yang kental.   
   Banyak penggambaran menarik di film Marlina yang membuka mata penonton warga Bristol terkait pentingnya pemahaman dan penerapan kebijakan berbasis gender, khususnya dalam memberdayakan perempuan.
        "Marlina berjuang untuk mempertahankan integritas, namun saat ia menyatakan diri bertanggungjawab atas perbuatannya, aparat setempat digambarkan tidak menangani kasusnya dengan baik," jelasnya.
        Menurut istri Dubes RI di London, Dr Rizal Sukma Hana, hal ini masih sering terjadi di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat terus menjalin kerja sama untuk memperbaiki penanganan kasus kekerasan pada perempuan.
        "Hingga di tingkat kabupaten, kini sudah memiliki meja khusus penanganan kekerasan pada perempuan,"katanya hingga banyak kasus dapat terselesaikan dengan baik.
        Sementara itu Ekky Imanjaya, Doktor di bidang Kajian Film dari Universitas East Anglia, menyebutkan film Marlina merupakan selebrasi dari pesatnya perkembangan industri film Indonesia, khususnya yang dimotori kaum perempuan.
        "Sebelum reformasi, hanya ada empat sutradara atau produser perempuan di industri film Indonesia," ujarnya. Kini, regenerasi pelaku industri film Indonesia perempuan terus bergulir dan Mouly Surya, sutradara film Marlina, adalah salah satunya.
        "Sangat menarik bagaimana kisah tentang perempuan, disutradarai oleh perempuan, namun menggunakan backdrop (latar) cerita ala "cowboy" yang kesannya sangat maskulin," ujar Ekky.
        Menurutnya, film ini merupakan bukti sang sutradara berani bereksperimen dan mengeksplorasi penyutradaraan hingga keluar dari imajinasi biasanya.
        Selama satu minggu, warga Bristol dapat menyaksikan film Marlina di layar lebar. "Di antara sekian banyak film, kami senang memutuskan untuk memutar film Marlina di sini,"ujar Tara Judah, Producer Watershed Cinema.    
    Menurutnya, tidak mungkin bioskop arthouse di Inggris Raya  melewatkan kesempatan  memutarkan Marlina. Filmnya sangat bagus dan menarik, ujarnya. Hal serupa disampaikan salah satu penonton saat pemutaran selesai.
        "Saya terkesima dengan sinematografinya dan ceritanya  sangat unik," ujarnya.
        Pada Februari lalu, film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak diputar pertama kalinya di Inggris Raya, yaitu di Glasgow Film Festival.

        Kemudian bulan April,  diputar di London,  di East End Film Festival dan di British Film Institute di mana sutradara Mouly Surya turut hadir. Sejak April, film Marlina diputar secara umum di bioskop di Inggris Raya dan Irlandia. (ZG)****4*****
(T.H-ZG/B/B. Purwanto/B. Purwanto) 30-04-2018 12:08:17

Tidak ada komentar: