Sabtu, 05 Mei 2018

PRANCIS

PENELITI MUDA INDONESIA DAPAT PENGHARGAAN DARI PRANCIS

Oleh Zeynita Gibbons

    London, 5/5 (Antara) - Tiga peneliti muda Indonesia bidang sains yang tengah menyelesaikan disertasinya di Prancis mendapat penghargaan Prix Mahar Schützenberger dari Asosiasi Franco-Indonesia untuk Pengembangan Sains (AFIDES) di Balai Budaya KBRI Paris, Kamis, (3/5).
         Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Paris, Surya Rosa Putra kepada Antara London, Jumat mengatakan, ketiga peneliti tersebut adalah Arief Wicaksana dari Departemen TIMA (Teknik Informatika dan Mikroelektronika untuk Arsitektur) Universitas Grenoble-Alpen, Rifan Hardian dari program Kimia, Universitas Aix-Marseille, dan Vinsensia Ade Sugiawati juga dari departemen Kimia, Universitas Aix Marseille - Marseille.
         Menurut Surya Rosa Putra, ketiga pemenang diseleksi dari 12 kandidat berasal dari mahasiswa tahun kedua program doktoral. Jumlah mahasiswa program doktoral asal Indonesia tercatat di Kementerian Pendidikan Nasional Prancis tahun 2018 sebanyak 118 orang.
         Pemberian penghargaan dihadiri Presiden AFIDES, Hélène Schützenberger, Kuasa Usaha AdInterim KBRI Paris, Agung Kurniadi, para juri, perwakilan dari Kementerian Pendidikan Nasional Prancis, beberapa peneliti dari perguruan tinggi Prancis, mahasiswa Indonesia di negara tersebut, serta staf KBRI Paris.
         Penghargaan Mahar Schützenberger lahir dari gagasan Profesor Marcel-Paul Schützenberger pada tahun 1988, saat dia diangkat sebagai anggota Académie des Sciences Perancis (organisasi elite ilmuwan Prancis yang setara dengan Royal Society of London, Inggris).
         Pemberian penghargaan itu bertujuan untuk mempererat hubungan dengan Indonesia yang dijalin Profesor Schützenberger sejak tahun 1951, ketika dia mengikuti misi WHO untuk pemberantasan penyakit infeksi kronis tropis. Nama Mahar Schützenberger yang digunakan di sini diambil dari nama putranya yang meninggal dunia saat menempuh pendidikan di Ecole Polytéchnique Paris tahun 1980.
         Hélène Schützenberger, yang juga putri dari Profesor Marcel-Paul, menyampaikan penganugerahan Prix Mahar Schützenberger dilangsungkan sejak tahun 1991 sebagai bentuk kepedulian AFIDES terhadap pengembangan sains Indonesia.
         Kepada pemenang, AFIDES memberikan penghargaan berupa uang dan piagam. Selain itu, AFIDES juga memberikan medali unik yang menggambarkan gedung Academie des Sciences Prancis di satu sisi dan gambar wajah Supartinah Pakasi, salah satu tokoh pendidikan Indonesia, yang juga kakak dari istri Profesor Marcel-Paul Schützenberger.
         KUAI KBRI Paris, Agung Kurniadi, menyampaikan terima kasih dan apresiasi pemerintah Indonesia terhadap inisiatif dan dedikasi AFIDES untuk pengembangan sains Indonesia. Dikatakannya kegiatan AFIDES ini adalah salah satu kerja sama bilateral nyata antara Indonesia-Prancis dan berharap akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Selain itu, Agung berpesan kepada pemenang untuk menjadikan penghargaan ini sebagai motivasi dalam menjadi peneliti unggulan Indonesia di masa datang.
         Puncak pemberian penghargaan adalah presentasi hasil riset dari ketiga pemenang. Arief Wicaksana menampilkan riset terbaru untuk meningkatkan kinerja mikroprosesor FPGA (Field-Programmable Gate Array). Sementara, Rifan Hardian mempresentasikan hasil penelitian dalam upaya membuat material baru yang lebih efisien, efektif dan aman, untuk menangkap, memisahkan, dan menyimpan gas sekaligus. Senada dengan Rifan, Vinsensia yang berasal dari laboratorium yang sama mengembangkan material komposit untuk keperluan baterai mikro.
         Apa yang dilakukan ketiga pemenang menggambarkan riset unggulan utama Prancis. Diluar kimia dan material komposit, Prancis sangat kuat di bidang transportasi, ekoteknologi dan nanoteknologi. Acara pemberian penghargaan diselingi dengan dua tarian nusantara dan ditutup dengan makan malam bersama. (ZG) **4***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 05-05-2018 05:39:05

Tidak ada komentar: