Rabu, 29 Juni 2011

RARA MENDUT

SENDRATARI RARA MENDUT PUKAU MASYARAKAT JERMAN

Berlin, 29/6 (ANTARA) - Penampilan Sendratari Roro Mendut yang menceritakan kisah cinta Rara Mendut dan Pranacitra seperti halnya kisah sedih Romeo dan Juliet, memukau masyarakat Jerman.

Viviana Martinez Tosar, seniman Jerman kepada koresponden Antara London, usai menyaksikan sendratari yang ceritanya diambil dari Babad Tanah Jawi, di Admiralspalast, Berlin, Selasa (28/6) malam.

Pementasan sendratari oleh kelompok tari Padnecwara digelar dalam rangkaian "Jakarta Berlin Art Festival" selama dua malam,27-28 Juni 2011, menyentuh hati penonton yang sebagian besar masyarakat Jerman yang ada di Berlin.

"Ceritanya sangat menyentu hati saya," ujar Viviana Martinez.

Viviana mengakui bahwa Rara Mendut yang menceritakan kisah cinta itu sangat menyentuh hatinya yang dalam dan ceritanya bukan sekadar mengenai cinta tetapi mengandung berbagai aspek kehidupan.

Pemberontakan seorang wanita yang berani menolak keinginan Raja yaitu Tumenggung Wiraguna yang ingin memilikinya. Bahkan Rara Mendut berani menunjukkan kecintaannya kepada pemuda lain pilihannya, Pranacitra.

Dalam pementasan selama 100 menit itu, sekitar 100 penonton lebih terpaku dengan kepiawaian para seniman yang tergabung dalam Padnecwara pimpinan Retno Maruti, penari kawakan Indonesia yang ikut berperan sebagai Nyai Tumenggung Wiraguna.
Usai pementasan, Retno Maruti kepada Antara London, mengakui bahwa ia merasa senang bisa ikut berpartisipasi dalam acara festival budaya Indonesia Jerman dengan menampilkan sendratari Rara Mendut.

"Saya meliat antusiasme penonton yang memberikan apresiasinya pada kami," ujar Retno Maruti yang mengakui bahwa pementasan Rara Mendut merupakan kali pertama di Eropa.

Sendratari Rara Mendut yang dibawakan Noirury Nostalgia sebagai Rara Mendut dan Agus Prasetyo sebagai Pronocitro sang kekasih Roro Mendut.

Sementara yang menjadi sang penguasa Tumenggung Wiroguno, diperankan Wahyu Santoso Prabowo dan sementara Nyai Temengung diperanankan oleh dirinya sendiri dan Adipati Pragolo II oleh Widaru Krefianto Darmawan, sedangkan penata music atau composer dilakukan Blacius Subono dan penata tari dilakukan oleh Rury Nostalgia yang dibantu para penari laki-laki.

Menurut Retno Maruti, sejak ia diminta untuk tampil dalam Jakarta Berlin Art Festival persiapan yang dilakukan selama tiga bulan, karena sebelumnya ia juga pernah mementaskan Rara Mendut pada tahun 1979 dan tahun 1980-an.

Menurut Retno Maruti, kehadirannya di Festival Budaya Jakarta Berlin tidak lepas jasa baik Agus Sarjono yang telah mengenal lama grup tarinya dan memberikan rekomendasi kepada kurator dari panitia Jakarta Berlin Art Festival.

Retno Maruti mengatakan bahwa ia mengajukan beberapa judul cerita, hanya saja curator memilih kisah Rara Mendut utuk tampil dalam dua malam di acara Festival Budaya Jakarta Berlin itu.

Diakuinya cerita Rara Mendut memang sangat dekat dengan kisah kasih di manca Negara mengenai kisah cinta seperti Romeo dan Juliet versi Jawa.

Sementara itu Noirury Norlagia yang memerankan Rara Mendut mengakui bahwa ia senang bisa menjadi pemeran utama dalam cerita Rara Mendut.

Para penari yang tampil dalam Sandratari Rara Mendut yang ditampilkan grup tari Padnecwara itu terdiri dari Noirury Nostalgia yang menjadi Rara Mendut merangkap manajer, serta koreografer Retno Maruti.

Kisah Rara Mendut tidak sekedar mengisahkkan kisah cinta anak manusia tetapi juga kekuasaan tetapi juga emansipasi wanita.


Emansipasi Wanita
Kisah Rara Mendut tidak sekadar mengisahkan kisah cinta anak manusia tetapi juga kekuasaan dan kehidupan manusia serta emansipasi wanita dibawakan dengan apik oleh kelompok Padnecwara yang tampil dengan profesional dan menarik.

Hal itu diakui oleh Viviana Martinez Tosar, meskipun ia tidak mengerti bahasa yang digunakan tetapi dari jalan cerita yang disaksikannya kisah Rara Mendut, tidak saja sekadar kisah cita tetapi juga pelajaran hidup.

"Saya sampai tidak bisa bergerak dan bernafas karena konsentrasi saya begitu penuh kepada jalan cerita yang ditampilkan dengan sangat apik oleh para pemain," ujarnya.
Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukkan oleh kekuasaan Mataram, simbol kerajaan dan budaya pedalaman, yang agraris dan cenderung otoritarian.

Para ahli sastra, sarjana dan sastrawan sepakat Mendut adalah pejuang emansipasi perempuan yang berani menolak hasrat berahi seorang Panglima.

Walaupun dia harus menanggung resiko membayar pajak upeti seperti layaknya sebuah daerah ataupun orang-orang yang takluk oleh kekuasaan Mataram.

Mendut hanyalah seorang anak nelayan dari desa Teluk Cikal yang kebetulan hidup dalam kekuasaan Adipati Pragolo II, sang keris penguasa Kadipaten Pathi.

Dan sebelum jatuh ke tangan Tumenggung Wiroguno, Mendut diculik oleh prajurit Adipati Pragolo II, saat sedang asyik-asyiknya membantu pamannya di pesisir pantai.

Mendut dibawa begitu saja karena kecantikannya. Keceriaan remajanya dirampas dan dipingit dalam Puri Kadipaten Pathi.

Tapi sebelum keremajaannya dinodai Adipati Pragolo II, Kadipaten Pathi, keraton serta purinya habis dirangsek oleh Tumenggung
Wiroguno, utusan Kerajaan Mataram.

Kadipaten Pathi memberontak terhadap kekuasaan besar Kerajaan Mataram, dengan mencoba memerdekakan diri dan enggan membayar upeti menghadap Istana Mataram di Karta.

Pementasan Sandratari Rara Mendut, kembali ditampilkan ditempat yang sama di Theatre Admiralspalast, gedung pertunjukan megah yang berada di tengah Kota Berlin. ***6***
(H-ZG/B/A041)

(T.H-ZG/B/A041/A041) 29-06-2011 17:10:41

Tidak ada komentar: