Kamis, 22 Oktober 2015

BOOKFAIR

DIAN PELANGI DAN ASMA NADYA KENALKAN JILBAB

     Oleh Zeynita Gibbons

   Frankfurt, 17/10 (Antara) - Disainer busana Muslim, Dian Pelangi dan penulis buku, Asma Nadya memperkenalkan tentang pemakaian hijab atau jilbab di arena "Frankfurt Book Fair" yang berlangsung di gedung pameram Frankfurt Messe, Jumat waktu setempat.

        Dalam acara "Beuty and Belief"  di Paviliun Indonesia pada "Frankfurt Book Fair", Asma mengaku mulai mengenakan jilbab pada usia 15 tahun meskipun ibunya sempat tidak setuju.

        Asma mengatakan ibunya menentang keras pemakaian jilbab. Ibunya menilai wanita berjibab itu tidak menarik lagi apalagi ibunya berencana mendaftarkan Asma untuk mengikuti kompetisi cover girl.

        Asma Nadia merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman yang berasal dari Aceh dan Maria Eri Susanti yang merupakan mualaf keturunan Tionghoa dari Medan.

        Dia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa, dan  adik  Aeron Tomino. Mereka bertiga menekuni minat sebagai penulis.

        Menurut Asma, ibunya menilai anak gadis akan mendapat kesulitan dalam mencari pekerjaan bila berhijab dan bahkan mencari suami sekalipun.

        Istri Isa Alamsyah dan ibu dari Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra mengatakan saat ini perempuan perhijab dapat ditemui di mana-mana, lowongan terbuka luas bagi perempuan berjilbab, banyak artis kini juga berjilbab bahkan polisi pun sudah diperkenankan mengenakan jilbab.

        Penggunaan jilbab itu membuat buku tentang cara berhijab juga laku keras. Suatu hal yang wajar setiap wanita ingin terliat cantik, ujar Asma.

        Sementara itu, Dian Pelangi yang lahir di Palembang 1991 dengan nama lengkap Dian Wahyu Utami mengenakan jilbab sejak kelas 5 sekolah dasar.

        Dian memulai menjadi desainer junior pada "Jakarta Fashion Week 2009" yang memperkenalkan rancangan pakaian muslimah yang bergaya  dan trendi.

        Ajang itu menjadi momentum yang paling menentukan dalam karier sebagai desainer.

        Dian terinspirasi akan pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya Indonesia seperti kain songket yang indah, sampai batik yang mewah.

        Popularitas Dian melejit setelah diwawancarai stasiun televisi CNN  tahun 2010 dan namanya langsung menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia.

        Bahkan sampai ke negara tetangga Singapura dan Malaysia  buku dan nama Dian  Pelangi sudah dikenal dikalangan remaja di Negeri Jiran itu.

        "Dian menjadi panutan para remaja di Malaysia," ujar salah satu peserta diskusi yang digelar di ruang eksibisi Indonesia.

         Begitupun nama Asma Nadia yang sejak awal tahun 2009, merintis penerbitan dengan nama Asma Nadia Publishing House yang menerbitkan sebanyak 50 buku dan beberapa bukunya diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamualaikum Beijing.

    ***1***
(T.H-ZG/B/Santoso/Santoso) 17-10-2015 08:10:40

Tidak ada komentar: