Rabu, 21 Maret 2018

INGGRIS

KOLABORASI DEGUNG SUNDA-WAYANG BALI PUKAU WARGA INGGRIS

Oleh Zeynita Gibbons

    London, 10/3 (Antara) - Penampilan Kolaborasi angklung buncis dan kendang dibawakan para mahasiswa Jurusan Musik Royal Holloway University of London (RHUL) tergabung kelompok seni degung Sunda Puloganti memukau seratusan pengunjung yang ada di ruang Picture Gallery, Royal Holloway University of London (RHUL), London.
         Kelompok seni degung ini tampil menyajikan pementasan karya klasik degung Sunda yang bertajuk "Crossing Borders: Gamelan Puloganti" dibuka dengan lagu Jung Pung, dan diikuti lagu Tepang Asih, Lalayaran, Kapiraray, Sekar Manis, serta tak terlewat karya klasik Koko Koswara (Mang Koko) Karatagan Pahlawan.
         Atase Pendidikan dan kebudayaan (Atdikbud) KBRI London, E. Aminudin Aziz kepada Antara London, Sabtu menyatakan, karya seni kolaborasi musisi di Inggris ini sangat unik, dan menjadi kekuatan dalam menjaga nilai-nilai tradisi di satu sisi dan kemampuan berimajinasi dan menciptakan hal-hal baru.
         Simon Cook, guru musik Sunda yang lama menekuni kecapi, suling, dan degung menyatakan kombinasi pagelaran angklung, dan slendro memberikan keutuhan tentang musik Sunda kepada mahasiswa. Ia berharap mahasiswanya merasakan musik Sunda berasal dari satu akar dan kemudian bercabang.
         Selain pementasan degung dan angklung, pada pertunjukan di RHUL juga ditampilkan kolaboratif wayang Bali dengan dalang Sietske Rijkema, mahasiswa program doktoral Jurusan Drama RHUL, bekerja sama dengan Matthew Cohen, gurubesar teater di RHUL yang ahli wayang Cirebon dan I Nyoman Sedana, gurubesar teater tradisi ISI Denpasar.
         Bukan kali pertama Pusat Kajian Musik, Tari, dan Drama di RHUL ini menyajikan karya kolaboratif yang menggabungkan berbagai bentuk seni tradisional. Tahun 2017, Pusat kajian dipimpin Matthew Cohen  menampilkan pertunjukan kolaborasi seni Sunda, Jepang, Turki, India, dan Inggris.
         Pementasan wayang Bali di RHUL tidak terlepas dari adanya program residensi seniman tradisional yang dirancang di kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London. Setelah menuai sukses pada awal penyelenggaraan program residensi kantor Atdikbud KBRI London tahun 2017, dan program yang sama tahun 2018 diundang ahli drama dan wayang Bali, I Nyoman Sedana, guru besar drama di ISI Denpasar. IN Sedana memulai program ini sejak awal tahun 2018 dan bekerja sama dengan Jurusan Drama di Pusat Kajian Musik, Tari, dan Drama, RHUL.
         Dalam pandangan Sedana, program residensi seperti yang dijalaninya sampai akhir Maret 2018 merupakan bentuk dari penguatan terhadap keberadaan seni tradisional Indonesia yang lama dan banyak dipelajari warga Inggris khususnya.
         Diharapkan para seniman dan pelajar di mancanegara dapat terus belajar dari ahli-ahli dari daerah asalnya, sesuai dengan pakem-pakem yang melekat kepada seni itu sendiri. Kehadiran pakar drama seperti Sedana  mempunyai nilai tersendiri bagi pelajar dan dosen di Jurusan Drama RHUL.
         Sietske Rijkema yang menjadi dalang menuturkan belajar langsung dari ahlinya memberikan kesan dan nilai tersendiri, sebab bermain wayang bukan hanya urusan menggerakkan tokoh wayang untuk berpadu dengan musik pengiringnya, tapi juga  memaknai nilai-nilai budaya asli tempat bermulanya seni.

         Aminudin Aziz menyatakan dari program residensi seniman asal Indonesia memasuki tahun kedua ini selalu muncul hal baru yang di luar kebiasaan. Sehingga, seringkali materi pementasan menjadi sulit ditebak. (ZG) ***4****
(T.H-ZG/C/T. Susilo/T. Susilo) 10-03-2018 07:14:58h

Tidak ada komentar: