Senin, 29 Maret 2010

KBRI VATIKAN GELAR SEMINAR BERTEMA PANCASILA

KBRI VATIKAN GELAR SEMINAR BERTEMA PANCASILA

London, 28/3 (ANTARA) - KBRI Vatikan bekerja sama dengan Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Katolik Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA) menyelenggarakan Seminar Sehari bertema Pancasila sebagai Pandangan Hidup (Bangsa Indonesia).

Sekretaris III Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Vatikan, Bonifacius Riwi Wijayanto kepada koresponden ANTARA London, Minggu, mengatakan, seminar digelar dalam upaya mengkaji peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia di era globalisasi.

Dubes RI untuk Vatikan Suprapto Martosetomo, dan Markus Solo Kewuta SVD, pejabat Dewan Kepausan untuk Dialog antaragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue, serta Theodorus Asa Siri Pr. rohaniwan Indonesia yang menempuh pendidikan di Italia tampil sebagai pembicara.

Theodorus Asa Siri memaparkan mengenai Pancasila dari perfektif lingkungan yang memiliki karakteristik modernitas cair (liquid modernity).

Dikatakannya, karakter lingkungan seperti ini digambarkan dengan tingginya tingkat ketidak stabilan dan ketidak pastian seiring dengan makin berkembangnya dan pluralnya masyarakat sebagai akibat dari globalisasi.

Theodorus menyampaikan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup (way of life) dan berbeda dengan ideologi yang lain. Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang mati, melainkan akan terus berkembang.

Namun demikian, perkembangan dan soliditas Pancasila dalam menjawab tantangan dari lingkungan dan masyarakat semakin modern dan cair akan kembali pada manusia Pancasila itu sendiri.

Kepada peserta seminar, Theodorus melemparkan sebuah pertanyaan yakni apakah Pancasila sebuah ideologi yang cair.

Sementara itu, Dubes RI untuk Vatikan dalam paparannya menyampaikan di era globalisasi dimana tingkat ketidak pastian (uncertainty) serta makin tipisnya batas antarnegara, bangsa, kebudayaan dan agama, peran Pancasila akan lebih mengemuka.

Hal ini disebabkan karena Pancasila sebagai bentuk kristalisasi dari pluralitas norma, adat serta religi sejak lama mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul di masyarakat Indonesia.

Tidak hanya itu, Duta Besar juga mengemukakan bahwa sebagai ideologi negara, Pancasila telah terbukti mampu hadir di sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Namun demikian, Dubes mengaris bawahi perlu adanya kesinambungan kecintaan dan pengamalan Pancasila untuk menjamin Pancasila tetap relevan sebagai perekat keanekaragaman masyarakat.

Senada dengan Theodorus Asa Siri, Dubes RI juga menyampaikan bahwa kondisi tersebut akan tercipta apabila setiap individu masyarakat Indonesia secara sadar senantiasa mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dubes RI menyampaikan bahwa Pancasila bukan pilihan tapi kebutuhan bangsa Indonesia.

Sementara itu Markus Solo Kewuta membahas Pancasila sebagai bingkai masyarakat "Liquid Modernity" dan pluralitas mengatakan pluralitas masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal religi merupakan sejarah dan proses yang panjang mencapai ratusan ribu tahun.

Hal ini telah menyebabkan sangat menyatunya religiositas dengan masyarakat Indonesia. Selain sebuah hal yang positif, namun kondisi tersebut menyebabkan terlalu besarnya ruang gerak agama di ruang publik.

Dampaknya adalah justru munculnya kecenderungan terjadinya pelanggaran kebebasan beragama.


(U-ZG)
(T.H-ZG/B/Z002/Z002) 28-03-2010 07:51:57

Tidak ada komentar: