Selasa, 02 Maret 2010

PENELITI JERMAN TERKESAN KEHIDUPAN SUKU DI PAPUA

PENELITI JERMAN TERKESAN KEHIDUPAN SUKU DI PAPUA

London, 3/3 (ANTARA) - Peneliti dari Max Planck Institute Jerman, Prof Dr Wulf Schiefenhovel sangat terkesan dengan kehidupan masyarakat Papua yang dinilainya semakin maju.

Hal itu disampaikannya dalam acara sarasehan yang diselenggarakan KBRI Berlin, ujar Fungsi Sosbud KBRI Berlin, Agus Priono kepada koresponden ANTARA London, Rabu.

Ia menuturkan, sekitar 75 warga Jerman dengan antusias mengikuti presentasi yang disampaikan Prof Dr Wulf Schiefenhovel dari Max Planck Institute, salah satu institut kenamaan di Jerman.

Sarasehan bulanan diselenggarakan KBRI Berlin dengan tema yang beragam, seperti perkembangan poleksosbud terkini di Indonesia.

Menurut Agus Priono, acara tersebut merupakan implementasi dari "second track diplomacy" KBRI Berlin mengingat peserta tidak hanya terdiri dari "friends of Indonesia", tetapi juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang kritis terhadap Indonesia seperti Watch Indonesia.

Ia menjelaskan, beberapa pihak di Jerman, termasuk Kementerian Luar Negeri menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan acara yang disampaikan secara obyektif oleh para pakar bangsa Jerman yang mempunyai pengalaman langsung menangani proyek di Indonesia.

Sehingga, informasi yang yang disampaikan secara obyektif dan transparan, akhirnya dapat memberikan masukan konstruktif bagi kemajuan Indonesia, ujarnya.

Banyak kemajuan
Prof Dr Wulf memimpin proyek penelitian tentang masyarakat Papua, khususnya suku Eipo di Lereng Gunung Jaya Wijaya tahun 1970-an bekerja sama dengan LIPI dan Lembaga Riset Jerman/DFG "Deutsche Forschungsgemmeinschaft".

Fokus penelitian mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain musik etnhnologi, kedokteran, geologi, pertanian, bahasa (dialek) dan lain-lain.

Bersama timnya, profesor hidup bersama masyarakat Eipo dan belajar tentang kehidupan mereka mulai cara bercocok tanam, upacara adat, pembangunan rumah, pengobatan tradisional, kepercayaan yang dianut dan berkomunikasi dengan dialek lokal.

Pada Agustus tahun lalu, Prof Wulf kembali mengunjungi masyarakat Eipo dan menemukan banyak kemajuan yang luar biasa, seperti munculnya kesadaran membuka diri terhadap masyarakat di luar desanya.

Ia sangat terkesan dengan masyarakat Eipo dalam beberapa aspek kehidupan dan pemahaman akan lingkungan dan pengetahuan mengenai struktur tanaman, serta kemampuan membangun rumah tinggal secara gotong royong.

Wulf menyampaikan kekagumannya atas kemajuan yang ditunjukkan masyarakat Eipo. Rumah yang dibangun menggunakan "solar panel" (tenaga surya) itu memungkinkan warga menikmati listrik.

Kesadaran akan tingkat kepadatan penduduk dengan tingkat kelahiran yang cukup tinggi, masyarakat juga memikirkan perlunya program keluarga berencana, paparnya.

Profesor Wulf menyampaikan apresiasi pada pemerintah Indonesia yang telah membantu pembangunan rumah, sekolah dan puskesmas.

Ia sangat terkesan dan bangga dengan masyarakat Eipo yang menikmati pendidikan dan sebagian di antaranya menempuh pendidikan di Universitas Cenderawasih.

Profesor Wulf yang melihat kehidupan di asrama mahasiswa Eipo mengatakan, kondisinya sangat sederhana, untuk itu ia berusaha menggalang dana dari masyarakat Jerman membangun pemondokan (asrama) dan pusat tradisi dan transisi budaya Eipo.

Antusias
Para peserta sarasehan terdiri dari akademisi, pimpinan/perwakilan museum Ethnologi, LSM dan "friends of Indonesia" terlihat sangat antusias menyampaikan penghargaan atas penyelenggaraan sarasehan dengan topik yang sangat menarik.
Pertanyaan yang disampaikan para peserta pada umumnya mengenai apakah pengaruh kehidupan masyarakat modern terhadap tradisi dan adat istiadat serta kehidupan mereka yang sederhana.

Profesor Schiefenhovel mengatakan, mereka menjalin hubungan dengan dunia luar tentunya pengaruh itu akan selalu ada.

"Siapapun tidak memiliki hak untuk melarang penduduk tersebut untuk keluar dari kehidupannya yang tradisional menuju suatu kehidupan yang lebih berkembang," ujarnya menegaskan.

KBRI Berlin memanfaatkan sarasehan tersebut untuk memasyarakatkan berbagai aspek budaya Indonesia melalui berbagai topik bahasan, dan sekaligus melakukan promosi seni tari tradisional dengan menampilkan tari-tarian dari Minangkabau, serta promosi kuliner Indonesia. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/C004/C004) 03-03-2010 07:39:45

Tidak ada komentar: