Jumat, 12 November 2010

KBRI MOSKOW

KBRI MOSKOW BEBASKAN DUA WARIA DARI MUCIKARI

London, 12/11 (ANTARA) - Sebanyak dua waria yang mengaku sedang tamasya di kota Moskow tergiur tawaran untuk menjadi pekerja prostitusi transeksual Rusia, , namun ternyata mereka masuk jaring mafia lalu disekap dan dijajakan secara profesional tanpa imbalan.

KBRI Moskow yang mengendus masalah ini bergerak cepat dan berhasil membebaskan keduanya, ujar Counsellor Penerangan dan Pendidikan KBRI Moskow M. Aji Surya dalam keterangannya yang diterima Antara London, Jumat.

Menurut M Aji Surya, semua itu berawal dari dering telepon yang tidak berhenti di KBRI Moskow pada Senin, 8 November dinihari. Ketika diangkat, petugas jaga langsung mendapatkan bisikan bahwa beberapa warga negara Indonesia sedang disekap selama sebulan di sebuah apartemen di salah satu sisi kota Moskow.

"Mereka tidak boleh meninggalkan tempat dan diharuskan melayani para hidung belang tanpa bayaran.Bantulah kami keluar dari tempat ini," suara wanita yang mengaku berinisial S lirih memelas," ujarnya.

Dubes Hamid Awaludin segera memerintahkan stafnya untuk mengontak Kemlu dan kantor polisi.

"Jangan pernah ditunda," ujar Aji Surya mengutip perintah Dubes Hamid Awaluddin.


Hubungi polisi Rusia
Tim protokol dan konsuler dibawah pimpinan Minister Counsellor Hari Tjahjono segera mengambil tindakan . Pagi itu, ia langsung melakukan konsultasi dengan Kementerian Luar Negeri Rusia yang selanjutnya disarankan untuk melaporkan dan bekerja sama dengan polisi setempat dalam membebaskan tiga waria tersebut.

Tepat di tengah hari, tim KBRI sudah langsung bergandengan tangan dengan unit polisi untuk menyusun strategi "penggerebegan", ujar M Aji Surya.

Malam harinya, razia bersama dilancarkan dengan metode penyamaran. Ketika transaksi berhasil dilaksanakan, sekejap mata tempat prostitusi itu dikepung dan digeledah secara paksa. Dua waria Indonesia berinisial S dan E ditemukan, sedangkan satu lainnya yang kabarnya berinisial N telah raib.

Dari operasi itu berhasil diamankan setidaknya dua orang pengelola kegiatan" esek-esek "yang langsung digelandang ke kantor polisi untuk dimintai pertanggungjawabannya. Sedangkan sang mucikari sampai kini masih dalam pengejaran pihak berwajib.

Di kantor polisi inilah kedua WNI tersebut mengaku bahwa dirinya adalah waria (wanita pria) yang telah melakukan operasi plastik. Mereka awalnya tergiur izin kerja dan uang namun yang terjadi justru paspor mereka dirampas oleh sang mucikari lalu disekap dalam rumah untuk melayani nafsu birahi tanpa menerima imbalan yang dijanjikan.

Berkas perkara kedua waria yang ditampung di KBRI Moskow itu telah rampung dan dalam waktu yang tidak terlalu lama dilimpahkan ke pengadilan. Tim KBRI mendampingi keduanya selama dua hari dua malam untuk urusan pemberkasan perkara.

"Kita sudah kangen deh sama kampung halaman," ujar E yang bertubuh jangkung berkali-kali.

Menurut S alias Z (26), mereka berdua telah datang di Rusia pada tanggal 1 Agustus 2010 untuk melancong selama seminggu. Begitu tiba waktunya pulang, mereka ditawari kerja dengan imbalan separuh dari pendapatan plus diuruskan izin kerja dan izin tinggal mereka.

Sampai pertengahan Oktober mereka menempati sebuah apartemen yang cukup bagus dengan kebebasan yang terkontrol. Hanya saja, imbalan yang dijanjikan tidak pernah diberikan meskipun dirinya laris manis.

"Mungkin karena cerewet, maka kami dipindah dan disekap di apartemen lainnya," kata S yang sebelum ke Rusia bekerja di Kuta, Bali.


Stres
Sementara itu E alias R (24) mengaku sangat stres selama penyekapan. Walaupun bebas didalam rumah, praktis tidak bisa keluar rumah. Selain jendela pintu dikunci rapat, petugas keamanan swasta senantiasa mengawasi dan siap menyundut keduanya dengan peralatan sengatan listrik bila dianggap melawan.

Dalam sehari, ia biasa melayani lima sampai enam tamu yang tiap orang membayar 5000 rubel atau 166 dolar AS. Bahkan, kabarnya, bila dipanggil ke rumah maka traksaksi per-jamnya 20 ribu rubel (666 dolar), diluar tip dan uang transpor.

Kedua waria Indonesia itu selama tiga bulan dalam genggaman mucikari hanya menikmati uang tip yang biasa diberikan oleh para pelanggan. Tidak jarang, bila servis mereka dianggap bagus maka seorang pelanggan bersedia merogoh kantong lebih dalam sampai 1500 rubel, atau setara 50 dolar AS.

Ketika mereka berdua dibebaskan masih sempat menggenggam uang pada kisaran 20 ribu rubel sekitar 667 dolar AS.

Berkat pelanggan yang "baik hati" mereka dibantu mendapatkan nomor telepon KBRI Moskow. Secara diam-diam mereka mengontak perwakilan RI di Moskow berkali-kali sampai kemudian dibebaskan oleh tim KBRI dan Polisi setempat.

Saat ini KBRI Moskow cukup lega meskipun proses hukum kedua waria masih harus dilalui.

"Apa pun profesi warga negara kita disini, KBRI akan memberikan perlindungan penuh. Tetapi, kejadian ini tentu harus menjadi pelajaran bagi siapa pun agar tidak mudah tergiur pekerjaan yang mudah mendatangkan uang tanpa bekerja keras. Dimana pun juga, apalagi di Rusia," tuturnya dengan tegas . ***1***

(ZG)/B/A011)
(T.H-ZG/B/A011/A011) 12-11-2010 14:01:08

Tidak ada komentar: