Rabu, 09 Maret 2011

MASA DEPAN RI -EU

MEMBANGUN MASA DEPAN INDONESIA-UNI EROPA DENGAN KEMITRAAN STRATEGIS

Cambridge, 9/3 (ANTARA) - Sudah waktunya hubungan Indonesia dan Uni Eropa dibangun dalam bentuk kemitraan yang strategis.

Hal itu disampaikan Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa (UE), Arif Havas Oegrosono, dalam wawancara dengan koresponden Antara London, Rabu sehubungan dengan kehadirannya di Cambridge, Inggris.

Mantan Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri , lulusan Harvard Law School itu diundang forum Cambridge University Southeast Asian Forum (CUSEAF), sebuah perkumpulan mahasiswa Asia di St Catharine's College, University of Cambridge, Cambridge, Inggris ,untuk mepaparkan mengenai hubungan Indonesia dan Uni Eropa.

Dalam paparannya mengenai "Indonesia dan Uni Eropa pasca-Kemitraan dan Perjanjian Kerjasama (PCA) 2009", Dubes Arif Havas Oegrosono, menceritakan perkembangan hubungan Indonesia dan Uni Eropa yang terbagi dalam tiga fase yaitu yang dimulai dari tahun 1965 sampai 1998.

Menurut Havas, hubungan Indonesia dan Uni Eropa dalam fase 1998 itu banyak diwarnai oleh masalah hak azasi manusia, demokratisasi, keterbukaan dan Timor Timur dan hampir setiap sidang yang diadakan Uni Eropa selalu membicarakan masalah Timor Timur dan di Uni Eropa juga ada Portugal.

Dikatakan, pada masa itu Indonesia dipimpin oleh seorang pemimpin yang sangat kuat, dimana stabilitas dengan kekuatan serta hak-hak sipil masih dikesampingkan dan bahkan pada saat itu Indonesia dikenal sebagai "Macan Asia".

Pada fase kedua setelah tahun 1998 dimana Indonesia menjadi negara demokrasi, Uni Eropa mengubah posisi nya yaitu dengan dibentuknya EU Communications 2000: Indonesia Strategy Paper oleh Komisi untuk Dewan dan Parlemen, Uni Eropa yang menyebutkan hubungan dengan Indonesia perlu dikaji ulang dan direvisi lagi dan ditingkatkan dan harus ada penampilan yang segar dan baru.

Hal ini disebabkan karena mereka menilai Indonesia sudah berubah menjadi negara demokrasi dan Uni Eropa pun membentuk Country Strategy Paper (CSP) untuk Indonesia yang menjabarkan ruang lingkup kerja sama pembangunan bilateral antara Uni Eropa dan Indonesia selama periode 2007-2013.

Diakuinya, dalam CSP 2013 itu penilaian hubungan Indonesia dan Uni Eropa sangat positif dan lebih ditekankan pada perdagangan dan investasi, karena dari sisi politik pandangan Uni Eropa dan Indonesia sudah sama.

Puncaknya pada 2009 Indonesia dan Uni Eropa menandatangi PCA yaitu Indonesia dan Uni Eropa pasca-Kemitraan dan Perjanjian Kerja sama yang menjadi kerangka dasar dalam kerja sama Indonesia dan Uni Eropa yang menjadi dasar peningkatan hubungan Indonesia dan Uni Eropa yang lebih substantif.

Dibandingkan dengan China, di Uni Eropa yang mempunyai kelompok kerja sebanyak 27 dan India ada delapan, sementara Indonesia dapat mengembangkan pokja yang lebih substantif sesuai dengan PCA, ujarnya.

Menurut Dubes, Indonesia seharusnya melihat hubungannya dengan Uni Eropa yang lebih dalam lagi dan apa sudah waktunya dibentuk kemitraan yang strategis, karena ada yang menjadi mitra strategis Indonesia dan Uni Eropa yang sama.

Seperti halnya Uni Eropa di benua Amerika adalah antara lain Brazil dan di Eropa ada Rusia dan di Afrika ada Afrika Selatan dan di Asia ada india, China, Jepang dan Korea, Sementara Indonesia juga bermitra dengan Brazil di benua Amerika, Rusia dan Afrika Selatan, India dan Korea.

Kepada koresponden Antara London, Dubes Havas mengakui bahwa hal yang menarik Uni Eropa mempunyai mitra strategis yang sama dengan Indonesia.

Hal ini sangat jelas bila Indonesia juga membangun mitra strategis dengan Uni Eropa dan untuk itu perlu waktu lama dan juga dibutuhkan suara suara dari kalangan akademi dan tidak saja para pengambil keputusan di Brusel tetapi juga negara lainnya.

Menurut Dubes, kehadirannya di Cambridge University merupakan hal yang sangat tepat untuk tempat di Eropa dalam menempatkan peta Indonesia dikalangan sivitas academika, dan hal yang sama juga dilakukan Havas di berbagai universitas di Belgia.

Sementara itu, pembawa acara dalam diskusi forum Cambridge University Southeast Asian Forum (CUSEAF), Yvonne Tew, candidat doktor di St Catharine's College, University of Cambridge, mengatakan CUSEAF merupakan forum tukar pikirana mahasiswa dari Asia di Cambridge yang dalam pertemuannya menghadirkan tokoh-tokoh penting dari berbagai negara diantaranya Anwar Ibrahim dan Alex Bates.

(ZG)/B/A011)
(T.H-ZG/B/A011/A011) 09-03-2011 07:16:03

Tidak ada komentar: