Sabtu, 05 Maret 2011

PERAN STRATEGIS

EROPA PERLU SADARI PERAN STRATEGIS INDONESIA DI PERAIRAN ASIA

London, 5/3 (ANTARA) - Peranan Eropa terhadap pengelolaan Selat Malaka masih jauh di bawah negara-negara lain seperti Jepang, China, dan Uni Emirat Arab walaupun jumlah kapal yang menggunakan Selat Malaka untuk memfasilitasi perdagangan Eropa-Asia sangat signifikan.

Hal itu disampaikan Dubes RI Brussel, Arif Havas Oegroseno dalam paparannya mengenai "Managing Strategic Waters in Southeast Asia Roundtable Discussion" yang diselenggarakan European Institue for Asian Studies (EIAS), lembaga pemikir atau think-tank berbasis di Brussel yang memfokuskan pada isu-isu di Asia.

Sekretaris Tiga KBRI Brusel Royhan N. Wahab dalam keterangan persnya yang diterima Antara London, Sabtu menyebutkan diskusi berlangsung hangat dengan adanya pujian terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Dalam paparannya didampingi pejabat Komisi Eropa dari Directorate General for Maritime Affairs and Fisheries, Daniela Chitu, dan pakar Hubungan Internasional dari Universite Catholique de Louvain, Prof. Tanguy Struye, Dubes Arif Havas Oegroseno menyebutkan bahwa jumlah kapal asing memasuki kawasan perairan tersebut dari waktu ke waktu akan semakin meningkat.

Menurut Dubes, Eropa perlu menyadari peran strategis Indonesia di perairan Asia, karena sebanyak 71,359 kapal menjadikan Selat Malaka sebagai salah satu jalur navigasi yang sangat strategis bagi jalur perdagangan dunia.

Dikatakannya pada tahun 2009 tercatat 370 juta ton barang dari Asia Timur dan Tenggara yang diturunkan di pelabuhan-pelabuhan di Uni Eropa yang mencapai 557 miliar dollar AS.

Kapal tersebut menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan ke Uni Eropa dari dan ke Asia Tenggara dan Timur.

Diperkirakan kapal yang menggunakan Selat Malaka sebagai salah satu jalur pelayaran yang saat ini dinilai paling efisien tersebut, dan akan meningkat sampai ribuan kapal pada tahun 2015.

Kapal-kapal yang melewati perairan tersebut adalah kapal-kapal yang membawa energi dari Afrika dan Timur Tengah ke Asia Timur dan juga yang membawa berbagai produk perdagangan dari Asia ke Eropa dan sebaliknya.

Karena jalur perairan tersebut sangat strategis, maka keselamatan navigasi (safety of navigation) di wilayah perairan tersebut dikelola bersama-sama di antara para negara pengguna dan para pemangku kepentingan lainnya, demikian Dubes RI Brussel.

Dikatakannya pengelolaan keselamatan navigasi yang dilakukan di wilayah perairan tersebut saat ini dikelola secara trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Dalam perdebatan terlihat adanya apresiasi yang tinggi terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Pandangan bahwa Eropa perlu meningkatkan peranannya dalam pengelolaan keselamatan navigasi di kawasan tersebut merupakan bentuk positif apresiasi terhadap upaya negara-negara pantai dalam mengelola Selat Malaka dan Selat Singapura.

(ZG)/C/A011)
(T.H-ZG/C/A011/A011) 05-03-2011 09:55:04

Tidak ada komentar: