Jumat, 27 Mei 2011

SEMINAR ISLAM

KBRI BRATISLAVA GELAR SEMINAR ISLAM, GENDER DAN DEMOKRASI

London, 28/5 (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bratislava, Slovakia bekerja sama dengan Asosiasi Kebijakan Luar Negeri Slovakia (SFPA) menyelenggarakan seminar berjudul "Islam, Gender dan Demokratisasi di Indonesia" yang diadakan di Bratislava.

Pelaksana Fungsi Sosbudpar dan Media KBRI Bratislava, Meylia Wulandari kepada Antara London, Sabtu menyebutkan seminar berlangsung di kantor Kebijakan Luar Negeri Slovakia Asosiasi Perpustakaan terletak di Bratislava di Square, Hviezdoslavovo, Bratislava.

Meylia Wulandari menyebutkan dalam seminar dengan pembicara Dr Machya A. Dewi, M.Sc membahas Peran Perempuan Muslim dalam Proses Demokratisasi Indonesia serta "Peran perempuan Muslim dalam Proses Demokratisasi Indonesia" dan Demokratisasi di Indonesia: Perubahan dalam agenda kebijakan luar negeri".

Sementara itu pembicara lainnya Ludiro Madu, M.Sc. membahas Demokratisasi Indonesia: Perubahan dalam agenda kebijakan luar negeri, merupakan pengajar di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNVY).

Slowakia adalah sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah beragama Kristen sehingga seminar ini juga menciptakan kesempatan bagi orang untuk menjadi lebih akrab dengan cara Indonesia berpikir.

Peserta seminar mengakui dengan beberapa fakta seperti Demokrasi dan proses pemilihan umum di Indonesia. Misalnya negara dengan jumlah penduduk 240 juta menyelenggarakan pemilu setiap lima tahun.

Setidaknya satu pemilihan presiden yang dapat dihasilkan untuk dua pemilu dan satu pemilihan parlemen di 33 provinsi, 349 kabupaten, serta 91 kota .

Hal Ini berarti total 475 pemilihan dan ini adalah mengapa Indonesia kini diakui sebagai "ibu kota pemilu dunia!"
Fakta lain yang penting adalah Indonesia memiliki penduduk Muslim moderat terbesar yang merupakan "bukti hidup yang Demokrasi, Islam dan Modernitas dapat berjalan begandengan dengan harmonis".

Di Indonesia ada enam agama yang diakui: Islam (85 persen). Protestan (9), Katolik (3), Hindu (dua), Buddha (0,7), dan Khonghucu (Konfusianisme) 0,3 persen.

Setiap agama memiliki hak yang sama untuk memiliki hari libur
keagamaannya.

Fakta lain yang menarik bahwa orang yang tahu tentang seminar ini adalah bahwa sebagian orang percaya bahwa Islam tidak memberi ruang bagi partisipasi perempuan di ruang publik, termasuk partisipasi dalam lembaga-lembaga politik.

Akan tetapi ternyata pengalaman Indonesia justru berbeda. Para aktivis perempuan menjadi salah satu aktor utama mengkritik Soeharto dengan otoritarianisme selama era Orde Baru.

Di Indonesia, para perempuan Muslim berkampanye untuk kuota sebesar 30 persen kursi di parlemen untuk perempuan khususnya dalam pengambilan keputusan lembaga.

Perjuangan panjang diikuti oleh keberhasilan UU Pemilu 2008 yang bersikeras partai politik serius memberikan ruang 30 persen untuk kandidat perempuan dalam daftar kandidat mereka. Pemilu 2009 mengakibatkan peningkatan jumlah perempuan di parlemen nasional dan parlemen lokal.***6***
(ZG)/C/A011)
(T.H-ZG/C/A011/A011) 28-05-2011 08:43:13

Tidak ada komentar: