Rabu, 19 Desember 2012

PPI BELANDA





PPI BELANDA BAHAS KEBIJAKAN TEKNOLOGI INDONESIA

London, 15/12 (ANTARA) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda menggelar seminar "Evaluasi Kebijakan Teknologi Indonesia", bertujuan untuk membangun hasrat intelektual di kalangan pelajar Indonesia di Belanda.

Seminar yang diadakan di ITC International Hotel-Globe Room, Kota Enschede, Belanda, diikuti sekitar 50 pelajar Indonesia dari berbagai kota di Belanda, kata Sekretaris Jenderal PPI Belanda Ridwansyah Yusuf Achmad kepada ANTARA London, Jumat, Sabtu.

Seminar menampilkan pembicara Andri Setiawan, kandidat Ph.D TU Delft dan kandidat Ph.D University of Twente, Bayu Rahayudi,
dan narasumber melalui teleconference, Dosen dan Peneliti di ITB Brian Yuliarto, Ph.D.

Menurut Yusuf, seminar bertujuan untuk membuka wacana mengenai posisi Indonesia dalam daya saing teknologi, dan bagaimana "best practice" dari negara teknologi maju lainnya diadakan PPI Belanda bekerjasama dengan PPI Enschede, juga diluncurkan dua program unggulan PPI Belanda yaitu Bank Thesis dan Cerita Meneer dan Mevrow.

Dalam paparan Andri Setiawan, mengajak peserta berdiskusi mengenai tantangan dan peluang pengembangan teknologi di Indonesia. Tantangan daya saing yang menjadi titik tekan dari diskusi perlu di sikapi dengan mendorong keunggulan kompetitif dari sumber daya Indonesia.

Dikatakannya dengan teknologi, pemanfaatan akan sumber daya alam dapat lebih bernilai tambah, dan inilah yang seharusnya menjadi kepedulian pemerintah dan penggiat teknologi di Indonesia.

"Bagaimana mestinya kebijakan pengembangan dan penerapan teknologi di Indonesia? Di mana gap-nya berada, apakah di konsep atau kebijakannya atau kah di implementasinya? Dan bagaimana kita bisa memperbaiki hal ini,", ujar Andri Setiawan.

Sementara itu Brian Yuliarto, menjadi pembicara kedua melalui teleconference mengungkapkan data dan fakta negara teknologi berkembang seperti Korea Selatan dan Taiwan, dan mengatakan `Dalam era golablisasi Iptek tumbuh dengan sangat pesat.

Jarak antara penemuan ilmiah dengan teknologi yang bermuara pada produk industri baru menjadi sangat dekat. Daur hidup produk industri hasil olah Iptek semakin pendek.Akhirnya, memicu persaingan atas kualitas dan ide kreatif, ujarnya.

Brian Yulianto memberi contoh tentang Taiwan, negara dengan populasi dan luas wilayah kecil ini memiliki sembilan zona teknologi yang tersebar di berbagai titik strategisi Taiwan. Selain itu mereka fokus ke beberapa produk teknologi, khsusunya semi-konduktor dan perangkat telekomunikasi.

Taiwan saat ini mengelola 121 Research and Development Centre yang masing-masing memiliki fokus inovasi tertentu. Sementara Korea Selatan, menurut Brian Yuliarto, menjadikan pertarungan dalam teknologi ini sebagai pertarungan harga diri.

"Mereka lelah selalu tertinggal dari Jepang dan Cina, dan mereka mempertaruhkan harga diri bangsanya dengan berjuang keras mengejar teknologi. Kini produk Korea Selatan seperti Samsung dan Hyundai menjadi produk andalan dari pasar dunia," ujarnya.

Sementara itu Bayu Rahayudi, pembicara terakhir menyampaikan praktek risetnya mengenai interaksi manusia dengan komputer. Mengilustrasikan tentang sistem permodelan yang bisa digunakan dalam berbagai hal, termasuk pengambilan kebijakan.

Bayu Rahayudi menyampaikan kritiknya kepada pemerintah Indonesia yang kurang memanfaatkan penggunaan data mapping, permodalan, dan proyeksi melalui trend dalam pengambilan kebijakan strategis untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Sebagai contoh, Bayu Rahayudi memaparkan model ketinggal air pada wilayah tertentu. Permodelan ini bisa menjadi pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait banjir atau pengelolaan sungai.

Ia membandingkan dengan Belanda, yang menggunakan sistem permodelan dengan baik, dan dengan data yang valid, Belanda bisa mengatur secara otomatis sistem perbendungan dan pengelolaan tinggi air di negeri yang dikenal berada di bawah permukaan laut ini.

Program Unggulan
Usai sesi diskusi dan tanya jawab, PPI Belanda meluncurkan dua program unggulannya, yaitu Bank Thesis dan Cerita Meneer dan Mevrow.

Sekjen PPI Belanda Ridwansyah Yusuf Achmad mengatakan Bank Thesis merupakan upaya PPI Belanda untuk mendokumentasikan Abstraksi Thesis dan Disertasi dari pelajar Indonesia di Belanda.

Kumpulan abstraksi ini kemudian akan digabungkan dalam sebuah direktori yang ditata dengan baik sehingga mudah untuk diakses oleh pelajar lain yang membutuhkan. Bersama dengan asbtraksi yang ada, informasi mengenai penulis dan link untuk mengakses full paper dari thesis atau disertasi akan diberikan, ujarnya.

PPI Belanda mengangkat Triadimas Arief Satria sebagai Direktur Bank Thesis, yang diharapkan melalui Bank Thesis ini, karya pelajar Indonesia di Belanda bisa terdokumentasi dengan baik dan bisa memberikan kebermanfaatan bagi kemajuan keilmuan Indonesia.

Sementara itu mengenai Cerita Meneer dan Mevrow adalah sebuah video pendek 4-7 menit yang disutradarai dan produser Ryvo Octaviano berisikan paparan secara inspiratif dan menarik dari mahasiswa Ph.D Indonesia di Belanda.

Dalam episode pertama Cerita Meneer dan Mevrow, Reyhan Zanis, kandidat Ph.D di Electrical Engineering Department, TU Eindhoven menyampaikan penelitianya tentang Inovasi Motor Listrik.

***1***
(T.H-ZG/B/M019/M019) 15-12-2012 06:39:13

Tidak ada komentar: