Selasa, 30 Oktober 2018

SWISS


Preview Foto
DUBES RI DI SWISS SAMPAIKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA  
Zeynita Gibbons

London, 25/10 (Antara) - Indonesia, salah satu sedikit negara yang memiliki ketahanan ekonomi dalam menghadapi krisis ekonomi global tahun 2008, yang tidak hanya melewati krisis dengan selamat dalam satu dekade pasca krisis.

Namun, pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia juga tertinggi ke-3 di antara negara anggota G-20 atau stabil di atas lima persen pertahun dan memiliki Gross Domestic Product (GDP) lebih dari 1 triliun dolar AS.

Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof Muliaman Hadad Ph.D, ketika memberikan kuliah umum berjudul "Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia's Experience" di World Trade Insitute (WTI) Universitas Bern, Swiss, demikian Pensosbud KBRI Bern dalam keterangannya kepada Antara London, Kamis.

Dubes Muliaman membeberkan respon Indonesia dalam menghadapi krisis global di hadapan sekitar 50 orang professor dan mahasiswa WTI.

"Krisis datang dan pergi tanpa kita undang. Pertanyaannya bagaimana kesiapan kita dalam menghadapi krisis yang masalahnya bisa bersumber dari faktor internal atau eksternal," kata Muliaman yang juga merupakan Guru Besar Ekonomi Universitas Diponegoro.

Setelah terjadinya Krisis Keuangan Global, G-20 meluncurkan program reformasi keuangan yang komprehensif untuk meningkatkan ketahanan Sistem Keuangan Global, pada saat yang sama juga menciptakan struktur pasar yang lebih terbuka dan terintegrasi.

Bagi Indonesia, menurut Dubes, pertumbuhan ekonomi negara berkembang membutuhkan dukungan stabilitas politik dan ekonomi. Di sektor keuangan, stabilitas tersebut sangat ditentukan oleh efektivitas supervisi, regulasi, dan koordinasi antara pemerintah dan para pelaku ekonomi.

Stabilitas menjadi persyaratan penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan penyederhanaan regulasi yang dapat menghambat efektivitas reformasi keuangan, ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (2012-2017) ini.

Selain itu, pengawasan dan koordinasi juga sangat penting, disamping penyederhanaan regulasi sektor keuangan.

Kuliah umum Dubes Muliaman tentang kesiapan Indonesia menghadapi krisis ekonomi global disambut dengan antusiasme yang tinggi dari para civitas akademika World Trade Insitute (WTI).

Direktur WTI, Prof Peter Van den Bossche menyampaikan apresiasi atas kesediaan Dubes Muliaman memberikan pencerahan dan perspektif lain tentang pemerintahan ekonomi dunia.

Pengalaman panjang Prof Muliaman di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, ditambah dengan pengalaman akademik, merupakan kehormatan sekaligus keuntungan bagi WTI mendengarkan ceramah langsung," ujar Bossche.

Ditambahkan Rebecca Gilgen, Koordinator Akademik WTI, bahwa antusiasme mahasiswa sangat tinggi sekali mendengarkan ceramah Prof Muliaman.

"Jarang sekali kita dapati seorang professor yang memiliki karir panjang di sektor keuangan dan juga seorang duta besar," ujarnya.

Kuliah umum "Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia's Experience" merupakan bagian dari rangkaian dari WTI Global Economic Governance Seminar Series.

World Trade Institute (WTI) salah satu institut terbaik di dunia yang berfokus pada penelitian, pendidikan, dan dukungan kebijakan di bidang tata kelola ekonomi global, hukum ekonomi internasional, dan keberlanjutan ekonomi internasional.

WTI mencetak alumni yang bekerja dan berkiprah di sektor pemerintahan, bisnis, dan penasehat hukum perdagangan internasional di World Trade Organization (WTO). ****3****
(ZG)
Edy Supriyadi
(T.H-ZG/B/E. Supriyadi/E. Supriyadi) 25-10-2018 18:31:35



Sent from Yahoo Mail for iPhone

Tidak ada komentar: