Sabtu, 22 Oktober 2016

MEDSOS

PENGGIAT MEDSOS: PILKADA AJANG UNJUK KEKUATAN MEDSOS 
     Oleh Zeynita Gibbons

     London, 21/10 (Antara) -Penggiat Media Sosial, Ulin Yusron mengatakan Pilkada DKI Jakarta adalah ajang unjuk kekuatan pengaruh media sosial pada pemilih dan calon pemilih.
          "Tidak heran pertarungan yang terjadi sedemikian keras sejak empat bulan terakhir dan tiga bulan yang akan datang," ucap Ulin Yusron kepada Antara London, Kamis malam.
          Pensosbud KBRI London Thomas Siregar kepada Antara, Kamis malam mengatakan kehadiran Ulin Yusron di London dalam rangka menjadi pembicara  dalam diskusi yang diadakan KBRI London yang berjudul
Bagaimana Mengelola Isu Media Sosial¿ yang juga dihadiri Dubes RI di London, Dr Risal Sukma yang di adakan di KBRI London, Kamis
      Ulil Yusron mengatakan
informasi yang disampaikan melalui media sosial perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya akurasi dalam hal isi atau pesan yang disampaikan, menggunakan judul dan bahasa yang komunikatif dan menarik serta ditampilkan pada waktu yang tepat (real time).

            Menurut Ulin  dalam konteks
pemerintahan, media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mensosialisasikan kebijakan sekaligus mendapatkan masukan atau respon terhadap kebijakan. Apabila digunakan secara tepat dan proporsional, media sosial dapat berfungsi sebagai kontrol sosial.

           Hal itu bisa dipahami karena 55-65 persen pemilih terhubung dengan media online dan media sosial.
         Selain itu berdasarkan banyak lembaga survei menyebutkan masih ada 11-15 persen pemilih DKI Jakarta yang belum menentukan pilihan. Tentu saja ini ceruk yang bisa jadi akan menentukan.
          Ulil Yusron menyebutkan
alasan lain kenapa media sosial menjadi medium kampanye yang efektif adalah karena berdasarkan pengalaman Pilkada DKI Jakarta 2012, Pilpres 2014 dan Pilkada di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa jawara di media sosial juga menjadi jawara Pilkada. Kalau berdasar riset Politicawave kandidat yang jumlah percakapannya terbanyak dan yang sentimen negatifnya paling sedikit maka akan menjadi pemenang Pilkada.

           Mobilisasi kekuatan pengaruh di media sosial ditandai dengan banjirnya konten baik teks, meme, infografis maupun video yang diamplifikasi para pendukung ketiga calon (Ahok, Anies, Agus).
          Di kubu Ahok penyebaran informasi prestasi, kinerja dan pencapain Ahok Djarot terus diproduksi. Sementara Anies dan Agus memperbanyak konten yang mempertanyakan konsep pembangunan dan capaian petahana. Dua kandidat ini juga turun memproduksi konten dengan cara turun ke lapangan bertemu warga, tokoh kunci.
            Fenomena lain adalah penggunaan isu SARA yang dilakukan kelompok Islam garis keras untuk mendelegitimasi petahana. Konten SARA ini diyakini kelompok ini masih efektif menurunkan elektabilitas petahana. Sayang mereka lupa kalau penyebarluasan konten yang sarat kebencian ini akan merusak keragaman dan masa depan persatuan Indonesia.
          Netizen sebaiknya berhati-hati dalam menyebarluaskan konten selama Pilkada. Bukan soal ketakutan pada hukum pasal ujaran kebencian atau bahkan UU ITE sekalipun tapi seharusnya tahu diri bahwa Pilkada bukanlah akhir segalanya.
          Selain Pilkada masih ada maqam lebih tinggi yang harus dihormati yakni persahabatan, perkawanan dan kemanusiaan. Pilkada bisa jadi fana, tapi kemanusiaan, tolong menolong itu langgeng. Media sosial yang dipenuhi "content war" justru menjauhkan dari kegembiraan, dimikian Ulin Yusron.
    ****2***
(T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 21-10-2016 06:22:50

Tidak ada komentar: