Jumat, 22 Mei 2009

BISNIS KONVENSIONAL

DIAN; BISNIS KONVENSIONAL TAK TEPAT ATASI KRISIS

London, 21/5 (ANTARA) - Masyarakat madani internasional menyerukan perlunya aksi nyata untuk segera menangani masalah struktural tata ekonomi global yang mengakibatkan terjadinya ketidakadilan, ketidakseimbangan, dan krisis keuangan global.

"Business as usual(bisnis yang biasa, red) bukan merupakan jawaban bagi upaya menghadapi dampak krisis keuangan global," demikian salah satu kesimpulan yang disampaikan Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO dan Organisasi lainnya di Jenewa , Dubes Dian Triansyah Djani .

Councelor PTRI Jenewa Dinar Sinurat kepada koresponden Antara London, Kamis mengatakan Dubes Dian Triansyah Djani dalam kapasitas sebagai Presiden Trade and Development Board UNCTAD memimpin simposium Global Public on Global Economic Crisis and Development
"The Way Forward" di Gedung PBB Jenewa.

Menurut Dinar Sinurat, kesimpulan lain yang juga diserukan dalam simposium yaitu perlunya investasi untuk menciptakan lapangan kerja dan ODA sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Peningkatan daya tahan dalam ekonomi global harus dilakukan melalui sejumlah kebijakan baik pada tingkat nasional, regional dan internasional.

Untuk itu, adanya kebijaksanaan pada semua tingkatan akan memberikan ruang untuk mengatasi dampak krisis ekonomi dan keuangan, terutama bagi negara berkembang. Simposium juga menyerukan pentingnya proses inklusif dibawah kerangka PBB bagi penanganan krisis.

Simposium dibuka Sekjen UNCTAD, Dr. Supachai Panitchpakdi, menghadirkan Juan Somavia, Dirjen International Labour Office/ILO, Sha Zukang, Under-Secretary-General of the UN Department of Economic and Social Affairs/UN-DESA, Anders B. Johnson,
Selain itu juga hadir sebagai pembicara Sekjen Inter-Parliamentary Union/IPU, Guy Ryder, Sekjen International Trade Union Confederation/ITUC dan Celine Charveriat dari Oxfam International.

Pada acara pembukaan Dubes Triansyah Djani menekankan sudah waktunya pemerintah bersama dengan masyarakat madani untuk saling berbagi pandangan dalam mencari jalan keluar dari krisis keuangan yang dihadapi saat ini.

Hasil simposium diharapkan menjadi sumbangan penting bagi upaya global penanganan dampak krisis keuangan yang akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi PBB mengenai krisis ekonomi dan keuangan global berlangsung tanggal 1 ? 3 Juni di New York.

Sementara itu, Sekjen UNCTAD menyebutkan simposium dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyampaikan pandangan yang akan dapat diberikan kepada masyarakat madani internasional dalam menghadapi krisis keuangan dan ekonomi global saat ini.

Sebagai strategi penanganan krisis, sejumlah proposal yang dimunculkan masyarakat madani internasional antara lain perlunya koordinasi aksi atas paket stimulus, moratorium dan penghapusan utang, dibentuknya fasilitas kredit baru dengan berbagai persyaratan tidak mengikat ditingkat regional maupun internasional.

Selain itu, tinjauan bagi sistem cadangan devisa , perlunya regulasi keuangan yang tidak memberikan motivasi bagi carry trade dan short selling, dan upaya internasional bagi stabilisasi nilai tukar uang.

Konferensi di New York mendatang diharapkan dapat membentuk suatu satuan tugas guna menindaklanjuti proposal tersebut.

Simposium yang pertama kalinya diselenggarakan UNCTAD dipimpin Indonesia sebagai Presiden TDB merupakan tindak lanjut Accra Accord dan dihadiri 300 peserta melibatkan seluruh pemangku kepentingan terdiri atas wakil pemerintah, sektor swasta, LSM dan anggota masyarakat madani lainnya, demikian Dinar Sinurat. ***1***

ZG/C/A011
(T.H-ZG/C/A011/A011) 21-05-2009 07:45:39

Tidak ada komentar: