Kamis, 09 September 2010

DAYA SAING INDONESIA NAIK

PERINGKAT DAYA SAING INDONESIA NAIK

Jakarta, 9/9 (ANTARA) - World Economic Forum (WEF) mengumumkan peringkat Global Competitivenes Index (GCI) negara masing-masing yang dimuat dalam Global Competitiveness Report (GCR) untuk 2010-2011 yang diterbitkan hari ini,

Duta Besar / Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Dian Triansyah Djani, dalam keterangannya kepada Antara, Kamis, dalam GCI peringkat daya saing Indonesia mengalami kenaikan substansial yakni menempati peringkat ke-44 pada 2010 yang sebelumnya peringkat ke-54 pada tahun lalu.


Peringkat dikalkulasikan dari data terbuka dan survei komprehensif yang dilakukan di masing-masing negara. Penyusunan GCR 2010-2011 mencakup masukan dari WEF Advisory Board on Competitiveness, yang salah satu anggotanya adalah Menteri Perdagangan RI, Mari Elka Pengestu, PhD.


Lebih lanjut dubes mengatakan, kenaikan peringkat daya saing Indonesia terutama disebabkan oleh meningkatnya peringkat pada indikator "makroekonomi" dari peringkat 52 menjadi 34 dan kesehatan dan pendidikan dasar dari 82 menjadi 62.


Selain itu, juga pada kualitas prasarana keseluruhan dari 96 menjadi 90, proteksi properti intelektual dari 67 menjadi 58, "national savings rate" dari 40 menjadi 16, keefektifan kebijakan anti-monopoli dari 35 menjadi 30, dan "extent and effect of taxation" dari 22 menjadi 17.


Beberapa indikator pada pilar "business sophistication" juga meningkat, yaitu "local supplier quantity" dari 50 menjadi 43, "value chain breadth" dari 35 menjadi 26, "control of international distribution? dari 39 menjadi 33, dan ?production process sophistication? dari 60 menjadi 52.


Indonesia mengungguli peringkat daya saing Portugal (46), Italia (48), India (51), Afrika Selatan (54), Brazil (58), Turki (61), Rusia (63), Mexico (66), Mesir (81), Yunani (83), dan Argentina (87).

Di antara negara anggota ASEAN, Indonesia berada pada urutan ke-5 setelah Singapura (3), Malaysia (26), Brunei (28), Thailand (38), dan berada di atas peringkat Vietnam (59), Filipina (85), dan Kamboja (109).

"Hal yang menonjol pada Global Competitiveness Report 2010-2011 adalah adanya gambaran bahwa daya saing negara-negara maju dan berkembang semakin menuju titik konvergensi", ujar Dubes Djani.


Sebagai contoh, sejumlah negara Timur Tengah, Asia, dan Afrika Utara masuk dalam peringkat 50 besar yang dipimpin oleh Qatar (17) dan diikuti oleh Arab Saudi (21), Republik Korea (22), Israel (24), Uni Emirat Arab (25), Malaysia (26), China (27), Brunei (28), Tunisia (32), Oman (34), Kuwait (35), Bahrain (37), Thailand (38), dan Indonesia (44).


GCR 2010-2011 mencakup laporan mengenai daya saing di 139 negara/ ekonomi, meningkat dari 133 negara/ekonomi pada laporan tahun sebelumnya. GCI didasarkan pada 12 pilar daya saing, yaitu lembaga, prasarana, lingkungan ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar buruh, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan pembaruan.


"Peningkatan Indonesia yang cukup signifikan menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat dunia usaha terhadap upaya Pemerintah Indonesia dalam memperbaiki prasarana dan iklim usaha di Indonesia," ujarnya.


Ia juga menambahkan, kenaikan peringkat ini diharapkan akan mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia.

GCR merupakan publikasi tahunan unggulan WEF yang pertama diterbitkan 30 tahun yang lalu. CGR 2010-2011 diterbitkan di tengah-tengah situasi ekonomi global yang masih belum menentu dan pergeseran perimbangan kegiatan ekonomi dari ekonomi maju ke ekonomi berkembang.


Hal ini ditunjukkan antara lain dengan perekonomian negara-negara berkembang yang cukup handal dalam menghadapi krisis keuangan global dan semakin banyaknya negara berkembang yang masuk dalam 50 besar peringkat indeks daya saing.


Swiss menduduki peringkat pertama GCI tahun 2010. Amerika Serikat menurun dua peringkat ke peringkat 4, di bawah Swedia (2) dan Singapura (3).

Selain mengalami ketidakseimbangan makroekonomi, lembaga publik dan swasta Amerika Serikat juga melemah, sementara masih terdapat kekhawatiran pada kondisi pasar keuangan. Negara-negara Nordik tetap menduduki peringkat tinggi, selain Swedia, Finlandia (7), dan Denmark (9) berada pada peringkat 10 besar.

(U-ZG)

(T.H-ZG/B/M012/M012) 09-09-2010 17:37:23

Tidak ada komentar: