Minggu, 21 Oktober 2012

LEWAT JAM MALAM

               
FILM KARYA USMAR ISMAIL DIGEMARI DI LONDON

         Film klasik "Lewat Djam Malam" arahan sutradara Usmar Ismail digemari penonton di Inggris dalam acara London Film Festival  ke-56 yang diadakan British Film Institute (BFI) di Southbank, London, Jumat.

        "Proses restorasi film 'Lewat Djam Malam' yang dalam bahasa Inggris After the Curfew sangat bagus, apalagi menelan biaya yang tidak sedikit" ujar Prof Matthew Isaac Cohen dari Royal Holloway, University of London kepada ANTARA London, Jumat malam.

        Lebih dari 100 pengemar film di London menikmati film terbaik pada Festival Film Indonesia  tahun 1955 yang telah mengalami proses restorasi di Laboratorium L'Immagine Ritrovata, Bologna, Italia dalam London Film Festival yang  menampilkan film terbaik dari berbagai negara berlangsung dari tanggal 10-21 Oktober 2012.

        Film menampilkan aktor bernama AN Alcaff dan aktris Netty Herawati sebagai pemeran utama dan  bintang yang terkenal saat itu, Bambang Hermanto sebagai salah satu pemeran pendukung aktris bernama Dhalia berhasil direstorasi oleh World Cinema Foundation (WCF) yayasan milik sutradara Martin Scorsese bekerjasama dengan National Museum of Singapore (NMS).

        Menurut Matthew,  Usmar Ismail itu belajar tentang film di Amerika yang menjadi kiblat dalam industry film dunia, tidak heran film hasil karyanya sangat menyentuh.

        Istri Matthew Isaac Cohen, Aviva Kartiningsih, mengatakn film Lewat Jam Malam yang diputar hanya sekali di Southbank London lebih bagus ketimbang waktu ditayangkan di televisi di tanah air tahun 80 an.

        "Saya ingat dulu waktu nonton film diputar masih  banyak garis garis," ujar ibu satu putri.

        Untuk biayai proses restorasi film Lewat Jam Malam yang dibintangi A.N. Alcaff yang berhasil terpilih sebagai aktor terbaik pada tahun 1955 membutuhkan dana yang tidak sedikit.

        NMS mengeluarkan biaya mencapai 200.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 1,4 miliar.

        Sementara World Cinema Foundation, yaitu lembaga yang juga fokus pada pelestarian film dunia, menyumbang sekitar 50.000 euro atau sekitar Rp700 juta dalam proses restorasi film yang berlangsung antara Agustus 2011 sampai beberapa bulan sebelum premier di tahun 2012 dan melibatkan Kineforum, Konfiden, dan Sinematek Indonesia.

        Setelah proses restorasi film karya bapak perfilman Indonesia ini kembali diputar di bioskop di Jakarta dan Bandung pada bulan  Juni lalu.

        Sebelumnya, film ini juga diputar di National Museum of Singapore, dan di sesi Cannes Classics di Festival Film Cannes, Perancis, pada bulan Mei lalu.

        Naskah cerita dan skenario film ini ditulis Asrul Sani, yang di kemudian hari dikenal sebagai filmmaker dan sastrawan besar dengan latar ceritanya mengambil lokasi di Bandung, sepuluh tahun setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaan dikala itu, situasi sosial dan politik masih tidak menentu, dan tentara memberlakukan aturan jam malam.

   
          Jalan cerita
   Dengan gaya yang mengingatkan pada film-film noir yang kelam, 'Lewat Djam Malam' dibuka dengan langkah kaki di jalanan yang basah oleh sisa air hujan.

        Sepasang kaki itu awalnya melangkah perlahan , namun lama-lama semakin cepat.

        Kamera lalu menyorot wajah pemilik sepasang kaki itu, seorang lelaki muda yang kusut dan letih.

        Lelaki itu mempercepat langkahnya karena ada serombongan tentara yang mengejar.

        Rupanya, waktu sudah melewati batas jam malam. Orang tidak boleh berada di luar rumah.

        Namun, lelaki itu berhasil meloloskan diri dari kejaran tentara, dan masuk ke sebuah rumah besar dengan selamat. Di rumah itu, ia disambut seorang perempuan yang telah menunggunya dengan cemas.

        Lelaki itu bernama Iskandar (diperankan AN Aclaff), dan baru pulang dari medan perang. Ia meninggalkan ketentaraan untuk "kembali ke masyarakat".

        Ia pulang ke rumah pacarnya, Norma (Netty Herawaty). Keesokan harinya, sang calon mertua mencarikannya pekerjaan di kantor gubernur di Gedung Sate, namun hari itu juga ia dipecat.

        Iskandar pun kemudian menemui teman seperjuangannya, Gafar (Awaludin) yang kini jadi pemborong bangunan. Namun, dengan Gafar ia juga merasa tak cocok. Lalu, ia menemui Gunawan (Rd Ismail), bekas komadannya.

        Hasilnya malah lebih buruk, Iskandar muak melihat Gunawan yang kini telah jadi bos perusahaan.

        Kegalauan Iskandar akhirnya bermuara pada pertemuannya dengan Pujo (Bambang Hermanto), bekas anak buahnya. Pujo kini menjadi centeng di rumah bordil, dan itu mempertemukan Iskandar dengan pelacur bernama Laila (Dhalia).

        Pertemuan-pertemuan itu menguak luka lama dari medan perang. Iskandar ternyata masih dibayangi rasa bersalah atas salah satu pembunuh yang pernah dilakukannya pada sebuah keluarga borjuis, atas perintah atasannya, dan atas nama revolusi.

        Sementara, pada saat yang sama, Norma sibuk belanja kue di Jalan Braga untuk pesta menyambut kembalinya Iskandar.

        Tapi, di manakah dia, sampai malam tak kunjung muncul di arena dansa?
   Di rumah bordil bersama Laila, atau membuat perhitungan dengan orang-orang dari masalalu yang kini memberinya kenyataan lain yang menyakitkan?
   Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921 ¿ meninggal 2 Januari 1971 pada umur 49 tahun adalah sutradara Indonesia yang berhasil menelurkan karya terbaik seperti  Darah dan Doa,   Enam Djam di Djogja , Tiga Dara,   Asrama Dara,  Pahlawan Bandung Selatan,  Anak Perawan di Sarang Penjamun dan   Ananda .

        Karier Usmar ismail yang diawali sebagai asisten sutradara di Perfini yang didirikan pada tahun 1950 mengenyam pendidikan di Amerika pada tahun 1952 sampai 1953 di Universitas Los Angeles jurusan film dan mendapatkan gelar Bachelor of Arts, meninggal dunia pada 2 Januari 1971, karena stroke. 
***3***

Tidak ada komentar: