Selasa, 07 Juli 2009

INDONESIA di KTT G-8 DI ITALIA

INDONESIA BERPARTISIPASI DALAM KTT G-8 DI ITALIA

London, 7/7 (ANTARA) - Indonesia diwakili Utusan Khusus Presiden RI yang juga Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu dan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar akan mengikuti rangkaian pertemuan KTT G-8 yang diadakan di L'Aquila, Italia pada 8-10 Juli 209.

Counsellor Pensobub KBRI Roma, Musurifun Lajawa kepada korespodnen ANTARA London, Selasa mengatakan, kehadiran kedua menteri memenuhi undangan Presiden Italia sebagai Ketua G-8 periode tahun 2009.

Indonesia akan berpartisipasi untuk kedua kalinya dalam rangkaian KTT G-8 yang kali ini membahas isu strategis, yaitu perdagangan, energi dan lingkungan hidup pada pertemuan Major Economies Forum yang diadakan 9 Juli.

Sementara pembahasan mengenai isu ketahanan pangan yang akan diikuti seluruh peserta rangkaian KTT G-8 tanggal 10 Juli mendatang.
Musurifun Lajawa mengatakan, target utama dari pembahasan di bidang energi dan perubahan iklim adanya kesepakatan bersama dalam deklarasi pemimpin yang tergabung dalam Major Economies Forum, untuk mengambil langkah guna mengatasi persoalan kelangkaan energi dan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca.

Isu perubahan iklim merupakan tantangan nyata bagi komunitas global. Dari pembahasan isu ini, diharapkan adanya penguatan komitmen bersama bagi pembangunan berkelanjutan dengan teknologi ramah lingkungan.

Tujuannya adalah kegiatan ekonomi dengan tingkat emisi karbon rendah, berdasarkan prinsip-prinsip yang disepakati dalam kerangka UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan keputusan pada pertemuan UNFCCC di Bali 2007.

Salah satu elemen penting sebagai hasil konkrit yang diharapkan dari pembahasan isu energi dan iklim adalah peningkatan pendanaan dan ketersediaan sumber daya untuk mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim, terutama bagi negara-negara berkembang.

Selain itu, diharapkan pula kemitraan strategis antara pemerintah, organisasi internasional, kalangan swasta dan non pemerintah dapat terus diperkuat.

Di sisi lain, target utama dari pembahasan di bidang ketahanan pangan adalah adanya suatu pernyataan bersama mengenai inisiatif ketahanan pangan global.

Bagi Indonesia, isu ketahanan pangan merupakan isu krusial karena langsung menyentuh kehidupan masyarakat di semua kalangan, terutama petani kecil di pedesaan. Walaupun harga komoditas pangan telah turun dari puncaknya pada krisis pangan tahun 2008 yang lalu, harga tersebut masih relatif tinggi dibandingkan dengan sebelum krisis.

Selain itu, komoditas pangan masih sangat rentan akan perubahan harga. Hal ini dapat memicu meningkatnya ketidakpastian dan mempengaruhi ketahanan pangan nasional maupun global.

Diharapkan melalui pertemuan KTT G-88 ini, katanya, pemimpin dunia dapat memperkuat komitmen untuk tetap menjadikan isu ketahanan pangan termasuk pertanian, pembangunan pedesaan dan pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian bersama, baik di tingkat nasional, regional maupun di tingkat internasional, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait.

Dalam kaitan ini, sistem perdagangan bebas juga perlu berperan positif dalam memperkuat dan memberikan manfaat bagi ketahanan pangan, khususnya di negara berkembang.

Pemimpin dunia diharapkan pula akan memperkuat komitmennya untuk menolak proteksionisme dan faktor-faktor lain yang dapat merugikan akses pasar, khususnya bagi produk negara berkembang, dan kestabilan pasar komoditas pangan dunia.

Lebih jauh lagi, komitmen bersama itu diharapkan dapat diterjemahkan secara konkret menjadi aksi nyata yang komprehensif dalam bentuk koordinasi yang efektif, dukungan atas proses/inisiatif nasional dan peningkatan pendanaan serta investasi di bidang pertanian. (U-ZG) ***3***
(T.H-ZG/B/S023/S023) 07-07-2009 19:58:10

Tidak ada komentar: