Selasa, 25 Mei 2010

KESENIAN DAPAT MENJADI TONTONAN KOMERSIAL

KESENIAN DAPAT MENJADI TONTONAN KOMERSIAL

Moskow, 26/5 (ANTARA) - Kesenian tidak hanya menjadi khasanah kekayaan budaya suatu bangsa, melainkan juga dapat dipentaskan secara komersial dengan kemasan menarik yang pada akhirnya dapat mendatangkan devisa negara.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman kepada koresponden ANTARA London, Selasa malam, usai pagelaran Festival Budaya Indonesia dalam rangkaian peringatan 60 tahun hubungan Indonesia-Rusia.

Festival Budaya Indonesia yang tampil memukau publik di Moskow digelar di "Concert Hall MIR", Moskow, selama dua malam 24 dan 25 Mei itu, merupakan rangkaian pertunjukan kesenian Indonesia di tiga kota di Rusia yang berakhir hingga 31 Mei mendatang.

Tim kesenian DKI Jakarta dengan koordinator Nungki Kusumastuti juga membawa None dan Abang Jakarta 2009, Ayudya Ananda Putri dan Armanda Geraldy Amiarso serta 10 penari dan lima pemusik.

Selama pementasan di tiga kota di Rusia, Tim Kesenian DKI Jakarta menampilkan tarian Lenggang Betawi, Kembang Topeng, Zapin, Tari Saman dan Tari Kontemporer.
Menurut Arie Budhiman, keikutsertaan Tim Kesenian DKI Jakarta dalam festival budaya Indonesia merupakan kunjungan balasan setelah pada tahun lalu tim kesenian Rusia tampil di Gedung Kesenian Jakarta dan melakukan pameran foto di Pusat Perfilman Usmar Ismal Jakarta.

Diharapkannya, melalui kegiatan ini masyarakat Rusia semakin mengenal lebih dekat lagi Indonesia, khususnya Jakarta sebagai salah satu sotu tujuan wisata di Indonesia yang memiliki keragaman budaya.
Arie Budhiman menurutkan, tim kesenian dari DKI Jakarta merasa beruntung dapat menjadi bagian dari sejarah peringatan 60 tahun perayaan hubungan Persahabatan Indonesia-Rusia.

Untuk itu, Pemerintah DKI Jakarta perlu memberikan dukungan yang seoptimal mungkin dan tampil semaksimal mungkin dalam meningkatkan citra bangsa dimata dunia internasional khususnya Rusia, ujarnya.

Sementara itu, Nungki Kusumastuti menuturkan apa yang ditampilkan dalam acara festival Budaya Indonesia memperingati perayaan 60 tahun hubungan Indonesia-Rusia baru merupakan miniatur dari keanekaragaman seni di Indonesia, khususnya "perform art" musik dan tari.

Wanita kelahiran Banda Aceh, Desember 1958 ini mengatakan bahwa misi kesenian Indonesia kali ini masih sangat terbatas, padahal banyak garapan baru seperti apa yang ditampikannya pada malam pertama Tari kontemporer berjudul "Saat Membuka Saat menutup'.

Menurut dosen di Institut Kesenian Jakarta ini, tarian kontemporer yang dibawakannya merupakan transformasi manusia yang mengunakan topeng dan bila dibuka akan terliat manusia itu sesungguhnya karena dunia dinilai penuh dengann peperangan kebencian dan amarah untuk itu perlu di transpormasikan.

Tim delegasi budaya DKI Jakarta ke Rusia dengan 20 orang yang terdiri dari penari dari Sanggar Tari Ayub Zyura dan dari Institut Kesenian Jakarta serta pemain musik juga didukung Syahril Andika, anggota Komisi 8 DPRD DKI Jakarta, Kepala Bidang Promosi Sri Juniarty, Kepala Seksi Promosi Luar Negeri Hari Wibowo dan kepala sekretariat Jaman Subiyanto. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/C004/C004) 26-05-2010 08:01:40

Tidak ada komentar: