Jumat, 20 Juni 2008

PTRI JENEWA GELAR DIALOG

PTRI JENEWA DAN SOUTH CENTRE GELAR DIALOG KRISIS PANGAN


London, 20/6 (ANTARA)- Perutusan Tetap RI (PTRI) Jenewa bekerjasama dengan South Centre mengelar dialog krisis pangan yang bertema "North-South Dialogue on Food and Energy Security", yang dibuka Kuasa Usaha Adinterim PTRI Jenewa, Duta Besar I Gusti Agung Wesaka Puja dan Direktur Eksekutif South Center, Dr.Yash Tandon di Jenewa.


Acara dialog diikuti wakil perutusan tetap dari negara maju dan berkembang di Jenewa, organisasi internasional, IGO dan sejumlah LSM internasional, demikian Sekretaris Pertama, PTRI Jenewa, Dinar Sinurat kepada ANTARA London, Jumat.


Dikatakannya pembicara dalam acara dialog tersebut yaitu Acting Deputi Sekjen UNCTAD dan Wakil Tetap Kuba di Jenewa sebagai Ketua Gerakan Non Blok serta wakil dari FAO, IPCC, Thailand, Senegal, Brazil, WTO, South Centre, Oxfam dan Institute for Agriculture and Trade Policy (IATPC).


Dialog tersebut merupakan upaya untuk memberikan masukan substantif bagi pembahasan isu krisis pangan dan krisis enerji yang sedang diupayakan Indonesia untuk diangkat sebagai tema dalam sesi khusus Majelis Umum PBB pada bulan September mendatang.


Dialog sehari ini membahas sumber utama penyebab krisis pangan, termasuk yang terkait dengan krisis enerji, dan mencari solusi upaya penanganan krisis pangan dan enerji.


Menurut Dinar Sinurat, dalam acara dialog tersebut diharapkan akan memperoleh berbagai pandangan mengenai krisis pangan dan krisis enerji dari organisasi internasional, "intergovernmental organizations", dan LSM yang berada di Jenewa.


Secara umum diskusi menyimpulkan bahwa krisis pangan merupakan "wake up call" dan kesempatan bagi negara berkembang untuk perbaikan sistem ekonomi, sistem pertanian dan strategi pembangunan global.

Faktor penyebab tingginya harga komoditi pangan bersifat multidimensi membutuhkan penanganan secara global.


Naiknya produksi komoditi pangan dianggap tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan tingginya harga bahan pangan selama harga enerji masih terus meningkat.


Harga bahan komoditi pangan akan terus tarik menarik antara kebutuhan konsumsi pangan dan produksi biofuels.


Keadaan ini diperburuk oleh adanya kondisi perubahan iklim yang berdampak pada berkurangnya produksi pertanian, meningkatnya spekulasi pasar komoditi, masalah distribusi dengan adanya kartel internasional yang dominan dan permasalahan sistem produksi pertanian di negara berkembang.


Sebagai saran solusi diskusi menekankan pentingnya penanganan global jangka pendek (food aid), perbaikan sektor produksi yang mencakup investasi, mobilisasi pendanaan, dan jangka menengah serta jangka panjang yang mencakup perbaikan sistem keuangan internasional, sistem perdagangan, perubahan iklim dan terutama menciptakan sistem ketahanan pangan global.

PBB berperan penting dalam penanganan krisis tersebut terutama untuk mendorong komitmen pada seluruh tingkatan, termasuk peran Dewan HAM guna menjamin perlindungan hak asasi atas pangan, demikian Dinar Sinurat. (U-ZG)

(T.H-ZG/B/Y006/B/Y006) 20-06-2008 14:19:32

Tidak ada komentar: