Selasa, 03 Juni 2008

SUCIWATI TEMUI PARLEMEN INGGERIS

SUCIWATI TEMUI PARLEMEN INGGERIS

London, 3/6 (ANTARA) - Istri aktivis HAM Munir, Suciwati, bersama koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan (Kontras) Usman Hamid SH, menemui anggota Parlemen Inggris hari Selasa dalam upaya mencari dukungan penyelesaian kasus kematian Munir.

"Kedatangan kami di Inggris dalam upaya mendorong Pemerintah Inggris untuk memberikan dukungan yang jelas dalam kasus Munir," ujar Suciwati kepada Antara di London, Selasa.

Dikatakannya Komisi Uni Eropa sebelumnya telah mengeluarkan deklarasi dalam hal penyelesaian kasus Munir, dan Inggris sebagai salah satu anggota diharapkan juga memberikan dukungan yang jelas dan konkret dalam kasus ini.

Suciwati mengakui selama ini hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Inggris sangat baik yang mendorongnya untuk datang ke London.

"Inistaitif datang dari teman-teman untuk mempertemukan dirinya dengan Parlemen Inggris," kata wanita yang dinikahi Munir 7 Januari 1996 lalu.

Menurut Suciwati banyak negara, termasuk PBB, memberikan dukungan dan mendorong Pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan kasus pembunuhan Munir.

Dukungan antara lain datang dari Representatif Human Right Defender, Hina Jilani, Leondro Despovy dari Independency Judicial, Philips Alston untuk extra judicial killing dan Komisi Tinggi PBB Louise Arboar.

"Dukungan dari dunia Internasional sangat jelas dan bahkan dari Kongres Amerika baik dari Partai Demokrat maupun Republik memberikan dukungan dan mempertanyakan kasus Munir," ujarnya.

Atas nama Parlemen Uni Eropa yang berjumlah lebih dari 400 utusan juga telah memberikan dukungannya, ujar Suciwati yang baru kembali dari Jerman. "Dukungan yang sangat luar biasa," ujarnya.
Menurut Suciwati, masyarakat sipil sangat rindu kasus Munir segera diungkapkan hingga dalangnya diketahui, kata Suciwati yang mengakui bahwa Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono sepenuh hati dalam menangani kasus Munir.

Belum terlihat
Inggris yang memiliki potensi untuk dapat membantu menyelesaikan kasus Munir sampai saat ini dukungannya masih belum terlihat, ujar ibu dua putra yang masih balita itu.

Apalagi Inggris yang mendukung tinggi hak asasi manusia harusnya juga melihat kasus Munir yang sudah menjadi masalah dunia ini dapat memberikan dukungan secara konkrit, ujar alumnus Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia IKIP Negeri Malang itu.

Suciwati mengatakan Inggris mempunyai potensi untuk membantu menyelesaikan kasus Munir sebagai seorang pembela hak asasi manusia (human right defender).

"Munir sebagai human right defender dan seharusnya Inggris bisa bicara banyak," ujar Suciwati yang sempat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menambahkan bahwa ia akan mempertanyakan hal itu kepada Parlemen Inggris.

Diakuinya sebelum ke Inggris, Suciwati bersama Koordinator Kontras berkunjung ke Jerman dan mengadakan pertemuan dengan anggota parlemen yang menangani masalah hak asasi manusia dan akan memberikan dukungan langsung.

Suciwati mengakui belum pernah minta dukungan dari parlemen Inggris, karena selama ini negara itu luput dari perhatiannya.

Tetapi dengan kedatangannya ke Inggris, paling tidak negara itu bisa memberikan dukungan baik berupa bantuan teknik seperti yang dilakukan oleh Amerika, bidang otopsi maupun rekaman komunikasi antara dua tersangka, atau memberikan bantuan untuk mereformasi Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia, atau memberikan pelatihan kepada jaksa.

"Saya berharap Inggris bisa melakukan hal yang sama seperti negara lainnya," ujar Suciwati yang mengakui bahwa kasus kematian suaminya Munir sudah menjadi masalah dunia karena ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi dunia.

Munir dinyatakan tewas dalam pesawat terbang ketika dalam perjalanan dari Singapura ke Negeri Belanda pada tahun 2004. Polisi Belanda yang menyelidiki kasus itu mengungkapkan bahwa aktivis HAM itu tewas karena keracunan setelah menemukan arsenik dalam muntah yang dikeluarkan Munir. (U-ZG)(T.H-ZG/B/I011/I011) 03-06-2008 20:27:27

Tidak ada komentar: