Senin, 19 Januari 2009

SONG FOR GAZA

KETIKA LAGU UNTUK GAZA BERGEMA

Oleh Zeynita Gibbon

London, 19/1 (ANTARA) - Lagu untuk Gaza, "We will not go down", yang dilantunkan Michael Heart di alun alun Trafalgar Square London, membuat Dian Neilson, ibu tiga anak di bawah 10 tahun, tak kuasa menahan tetesan air matanya.

Dian Neilson mengaku meninggalkan tiga putranya bersama sang suami di rumah mereka di daerah Enfield, pinggiran kota London, untuk ikut berdemo pada Sabtu siang, menentang serangan Israel atas Palestina di Gaza.

Kebrutalan Israel itu telah berlangsung sejak tiga pekan lalu, dan menewaskan lebih dari seribu warga sipil Palestina, terutama anak-anak dan kaum perempuan.
Demo yang digelar Palestine Solidarty Campaign bersama organisasi masyarakat di Kerajaan Inggeris lainnya seperti Muslim Council of Britain, Stop the War Coalition, Islamic Forum of Europe, British Muslim Initiative, Palestinian Forum in Britain itu, diisi dengan orasi oleh politisi, pimpinan masyarakat dan artis.

Selain itu, juga bergabung Islamic Human Right Commission, United Kingdom (UK) Islamic Mission, Palestinian Return Center, Friends of Al-Aqsa, Young Muslim Organisation UK, Council of Mosque, Respect dan Da'watul Islam UK dan Muslim Association of Britain.

Tidak ketinggalan pelajar yang tergabung dalam Federation of Student Islamic Association serta Sri Lanka Islamic Forum UK, World Ahlul- Bayt Islamic UK, British Muslim Forum, Al Khoel Foundation, BRIC UP, Council of European Jama'at, Islamic Society of Britain, Muslim Directory, dan Haldan Society.

Dan bahkan, orang Yahudi yang ada di London yang tergabung dalam "Jews for Justice for Palestine" juga ikut bergabung bersama masyarakat Indonesia yang tergabung dalam Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya dan Sekitarnya.

Pendemo membawa spanduk (banner) yang disediakan oleh panitia, yang antara lain bertuliskan "Free Palestine", "Stop Holocoust in Gaza", "Gaza stop the Massacre," dan bahkan ada yang membuat sendiri banner yang intinya menentang serangan Israel di Gaza.

Sejak pagi, pendemo memenuhi alun alun kota London di Trafalgar Square yang tidak jauh dari Istana Buckingham dan di depan The British National Gallery, dengan membawa berbagai atribut termasuk bendera Palestina warna merah, putih, hitam dan hijau.

Seorang ibu berusia 74 tahun yang datang dari Surrey, bersama sang suami pegawai di Amnesty Interntional, ikut berdemo dengan membawa banner dari rumah.

"Saya tahu Isreal...pada perang tahun 1948 begitu kejamnya dan membantai orang-orang Palestina, saya masih ingat," ujar si bapak yang mengaku selalu ikut bila ada demo anti-Israel dalam 20 tahun terakhir.

Di alun alun Trafalgar Square yang terdapat patung pahlawan Inggeris Neilson itu dipasang layar lebar yang menampilkan cuplikan berita dan juga pesan pesan dari anak anak yang menderita serta wanita yang berada di Gaza.

Usai medengarkan orasi dan sambutan serta pembacaan sajak dan lagu oleh artis dari Palestina, pendemo dengan tertib meninggalkan alun alun. Padahal, mereka sebelumnya berencana mendatangi kantor Perdana Menteri Inggeris di 10 Downing St, untuk menyerahkan surat.

Polisi pun berjaga jaga di sekitar alun alun dengan pasukan kuda, mengantisipasi terjadinya huru-hara, namun para pendemo dengan tertib pulang ke rumah dengan kereta api bawah tanah dan bus-bus.

Counsellor Pensosbud KBRI London, Herry Sudradjat, sebelumnya menyampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia yang ikut demo untuk tetap berhati-hati dan mematuhi hukum yang berlaku, serta menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan.

Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia UK, Nizma Agustjik, menyesalkan apa yang terjadi di Gaza dan mengutuk kebiadaban yang dilakukan Israel di Jalur Gaza selama ini.

"Saya sangat prihatin dan geram menyaksikan apa yang terjadi di Gaza. Kita semua mengutuk serangan israel. Hentikan pembunuhan masal, tarik tentara Israel dari Gaza. Bebaskan Gaza dan boikot Israel," ujarnya geram.
Sementara itu, Farida, mantan atlet senam Indonesia yang kini menetap di London mengungkapkan bahwa dirinya tidak bisa tidur setelah menyaksikan tayangan dari BBC yang memperlihatkan semua gedung, flat yang dibom Israel.

"Anak-anak lari sembari menangis. Sedih rasanya. Bayangkan kalau itu anak kita," ujar Farida, seraya menambahkan bahwa dari tayangan televisi bisa dilihat dengan jelas Israel menembakkan bom atau roket ke daratan Gaza.

Lord Kaufman di Parlemen Inggris, mengaku, ibunya pun pernah disiksa oleh Israel dan mati di "holocoust camp", namun dia tidak menyebutkan waktu persisnya.

Sumbangan untuk Gaza
Lagu "We will not go down" yang isinya sangat menyentuh seperti "In the night, without a fight, You can burn up our mosques and our homes and our schools, But our spirit will never die, We will not go down In Gaza tonight, terdengar sayup-sayup saat pendemo meninggalkan alun alun Trafalgar Square.

Michael Heart, penyanyi kelahiran Syria yang menetap di Los Angeles, Amerika, mengatakan dirinya merasa senang dan bahagia dengan album yang ditujukannya untuk anak anak Palestina tersebut.

Pria yang dibesarkan di Eropa khususnya di Swiss dan Austria itu merasa marah dan terharu melihat korban di sekolah PBB yang memberikan inspirasi baginya untuk mengarang lagu yang khusus ditujukan bagi korban Gaza.

Michael yang hidup dalam berbagai budaya itu mengratiskan lagunya untuk di-'download'. Hanya saja ia menyarankan kepada fansnya untuk memberi sumbangan ke Unicef atau ke organisasi yang berdidekasi untuk mengurangi penderitaan rakyat Palestina.

Michael yang belajar piano dan gitar di usia 10 tahun, dan mulai menulis lagu dan sempat melakukan rekaman setelah menyelesaikan pendidikan dari Full Sail (sekolah rekaman), akhirnya hijrah ke Los Angeles di tahun 1990.

Selama 18 tahun, Michael bekerja di studio lokal. Selain bermain gitar, dia pun bekerja sebagai 'recording engineer' untuk artis terkenal seperti Brandy, Will Smith, Toto, Natalie Cole, The Temptations, Phil Collins, Patty LaBelle, dan The Pointer Sisters.

Michael yang juga dikenal dengan nama "Annas Allaf", antara lain pernah membantu rekaman kelompok Earth Wind & Fire, Ricky Lee Jones, Lou Rawls, Jesse McCartney, Hillary Duff, Jessica Simpson, Jennifer Paige, Al Jarreau, K-Ci & Jojo, Deborah Cox, Monica, Taylor Dayne, Keiko Matsui, Steve Nieves, dan Luis Miguel and Tarkan.
Selain bekerja di studi rekaman, Mihael pun pernah melakukan tur di awal tahun 90, sebagai pemain gitas Flamenco bersama Juan Manuel Canizares, pada pembukaan konser Dire Straits.

Pada awal Januari 2009, Michael menulis dan sekaligus menyanyikan lagu yang menceritakan kepiluan masyarakat Palestina di Gaza akibat kebiadaban Israel, "We will not go down". Dan lagu itu pulalah yang membuat banyak pendengarnya meneteskan air mata. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/H-KWR/H-KWR) 19-01-2009 23:32:51

Tidak ada komentar: