Kamis, 01 Januari 2009

TAHUN BARU DI INGGRIS

TAHUN BARU DI INGGRIS: RESESI DAN SATU DETIK LEBIH LAMBAT

London, 1/1 (ANTARA) - Pergantian tahun di Inggris yang dipusatkan di tepi sungai Thames, dekat atraksi Komoditi putar Rakrasa dikenal dengan "London Eyes", dilakukan ditengah tengah suhu udara nol derajat, resesi ekonomi global dan terlambat satu detik.

Jam gadang Big Ban yang satu kompleks dengan gedung Parlemen Inggeris Westminster itu, sebelumnya perlu dicocokan kembali karena jam yang menjadi "landmark" London, jarumnya sedikit longgar sehingga bergeser satu detik.

Petugas dari The International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) melakukan "leap second", atau mencocokan jarum jam dengan memajukan satu detik agar bisa mengikuti waktu internasional.

Peter Whibberley dari the National Physical Laboratory -yang oleh rekan rekannya dikenal sebagai "the Time Lord" mengatakan bahwa jam Big Ban perlu dicocokan kembali karena jarumnya sedikit longgar.

Pencocokan jam gadang Big Ban telah dilakukan sebanyak 23 kali dengan cara mengeser jarum.

Sekitar 700 warga Inggris yang datang dari berbagai wilayah termasuk masyarakat Indonesia yang berada di negeri Ratu Elizabeth ikut merayakan pergantian tahun ditengah tengah resesi yang melanda Britania Raya.

Cuaca dingin tidak menghalangin Atu Rosalia Sagita dan suami Agung Mandala yang tinggal di Colchester untuk bergabung dengan warga dunia menyambut tahun baru 2009 bersama Mayor London Boris Johnson.

"Kami turut merayakan tahun baru di London," ujar Atu Sagita pemain bulutangkis yang kini hijrah ke Inggris dan memperkuat salah klub bulutangkis di Perancis.

Sementara di KBRI London juga digelar pesta pergantian tahun dalam rangka mempererat silaturrahmi sesama warga Indonesia sambil memberi apresiasi seni dan budaya dari negeri sendiri.

Acara pergantian tahun di KBRI London juga dihadiri Dubes RI untuk Kerajaan Inggeris Raya dan Republik Irlandia Yuri Oktavian Thamrin bersama staff KBRI London mengharapkan adanya peningkatan tali silaturahmi diantara masyarakat Indonesia yang berada di London.

Selain itu Dubes juga berharap adanya peningkatakan kinerja jajaran KBRI London di tahun mendatang dan menyambut serta menghargai acara yang digelar dari dan oleh masyarakat Indonesia untuk masyarakat.

Saharman Gea salah seorang pengurus Wadah Indonesia, organisasi yang menjadi wadah masyarakat Indonesia di Inggris mengatakan acara menyambut tahun baru disi dengan tari tarian tradisional seperti tari Saman dari Aceh, Band, Modern Dance dan Dangdut.

Ia mengatakan acara yang digelar Wadah bekerjasama dengan KBRI London mengundang seluruh warga masyarakat Indonesia dalam acara Malam Gebyar Akhir Tahun 2008 dimulai pukul delapan malam berakhir hingga dini hari jam dua ditutup dengan hidangan bubur ayam.


Resesi berakhir
Pesta gembang api yang digelar di pinggiran sungai Thames itu diawali dengan sambutan Gubernur London, Boris Johnson yang mengatakan kepada seluruh masyarakat London berharap agar resesi akan berakhir.

"Suatu saat perang akan berakhir dan suatu saat resesi juga akan selesai," ujar Boris, Gubernur London yang dikenal dengan dandanan rambut yang awut awutan sambil mengutip omongan Kolonel Kilgore dalam film Apocalypse.
Ia mengatakan Inggris bisa meminimal dampak resesi jika masyarakat yang miskin dibantu dan pengusaha melakukan investasi dibidang yang sangat vital serta mengurangi kriminal.

"London akan menjadi tempat tinggal dan menjadi kota terbaik di dunia," katanya.

Sementara itu siaran televisi Inggeris seperti ITV maupun BBC London menayangkan acara yang sangat menarik bagi sebagian besar masyarakat yang merayakan tahun bersama keluarga di rumah.

Bahkan siaran langsung hiburan yang digelar dari tepian sungai Thames juga menjadi pilihan yang menampilkan penyanyi kondang seperti Rusel Watson maupun acara New Party bersama Elton Jhon di Stadium O2 yang melantumkan lagu The Candle of The Wind.

Dengan bunyi lonceng Big Ban pada 10 detik terakhir pesta kembang api pun dimulai dimana langit kota London terang benderang selama 10 menit dan lautan manusia di tepi sungai menikmati keindahan kembang api dengan membidikan kamera.

Guna mengantisipasi berbagai hal yang tidak diharapkan Superintendent Brian Pearce dari Polisi Metropolitan menurunkan sebanyak 3.300 polisi yang berjaga di tempat tempat trategis mengamankan acara pergantian tahun.

Brian mengatakan masalah utama adalah adanya lautan manusia yang pada saat bersamaan berbondong bondong ke jembatan Westminster, daerah sekitar London Eyes untuk menyaksikan kembang api.
Apalagi kereta api bawah tanah beroperasi sepanjang malam dan masyarakat akan berbondong bondong mengunakan angkutan yang sangat efektif dan cepat dengan berbagai jalur dan jurusan.

Kembang api seharga 500.000 poundsterling yang dirancang oleh Christophe Berthonneau, dimulai saat Big Ben menunjukkan angka 12 yang diikuti dengan lagu "Auld Lang Syne".

(T.H-ZG/B/T010/T010) 01-01-2009 21:05:36

Tidak ada komentar: