Selasa, 20 Juli 2010

"HALLSWORTH FELLOWSHIP AWARD"

AKADEMISI INDONESIA TERIMA "HALLSWORTH FELLOWSHIP AWARD"

London, 20/7 (ANTARA) - Akademisi asal Indonesia Dr. Yanuar Nugroho, peneliti di Institut Kajian Riset di Manchester Business School, Universitas Manchester, mendapatkan salah satu fellowship internasional paling bergengsi di bidang Ekonomi-Politik, "Hallsworth Fellowship Award", di Inggris.

Dr Yanuar Nugroho dalam keterangannya kepada koresponden ANTARA London, Selasa, mengatakan "Hallsworth Fellowship" merupakan skema penghargaan dan pengakuan atas capaian akademik yang dirintis Profesor H M Hallsworth tahun 1944 untuk mengembangkan studi Ekonomi-Politik.

Bagi Dr. Nugroho penghargaan itu adalah pengakuan dari komunitas akademik atas apa yang dikerjakan selama ini.

"Apa yang saya teliti, saya tulis, saya sampaikan, dan saya bicarakan dalam berbagai kesempatan --termasuk di Indonesia-- adalah sesuatu yang penting tak hanya secara kontekstual, namun juga secara teoretis. Semoga ini menjadi inspirasi dan semangat juga bagi para peneliti Indonesia lainnya," ujar Nugroho.
Pengembangan studi ekonomi-politik, menurut dia, memiliki dampak besar dalam perkembangan masyarakat karena menyangkut, bagaimana ekonomi bekerja, konsekuensi sosial dari aktivitas ekonomi, bagaimana tindakan pemerintah mempengaruhi kinerja ekonomi dan struktur institusional dari pemerintah.

"Hallsworth Fellowship" selama lebih dari dua dasawarsa terakhir telah menjadi salah satu fellowship internasional yang cukup bergengsi di dunia. Fellowship itu menarik minat para peneliti dari berbagai bidang di seluruh dunia, namun yang menerimanya harus melakukan penelitiannya di Universitas Manchester, Inggris.

Kajian Dr. Yanuar Nugroho tentang inovasi di "sektor ketiga" (non-pemerintah, non-bisnis) yang dilakukannya di Manchester Business School dipandang oleh Komite Hallsworth mempunyai dampak besar terhadap ekonomi-politik di negara berkembang maupun di negara maju.

Nugroho merintis kajian inovasi "sektor ketiga" sejak ia mengerjakan disertasi doktoralnya pada 2004 mengenai bagaimana organisasi masyarakat sipil di Indonesia berinovasi dalam gerakannya melalui penggunaan internet untuk demokratisasi.

Intisari gagasan penelitian itu diteruskan hingga saat ini. Ia mengkaji tak hanya "sektor ketiga" di Indonesia, melainkan juga di Eropa.

Nugroho menggagas "penanaman kembali inovasi pada konteks sosial yang konkrit" (re-embedding innovation into its real societal contexts).

Pada penelitian itu, ia menunjukkan kepada Komite Hallsworth bahwa studi inovasi yang umumnya dilihat dan dikaji secara sangat teknis dan terbatas dari kacamata studi sains dan teknologi, ekonomi dan sosiologi, ternyata punya implikasi ekonomi-politik yang sedemikian luas.

Penelitian dan kajian akademik di bidang itu juga membuat Nugroho mendapatkan penghargaan sebagai staf akademik terbaik di Manchester Business School, akhir 2009.

Selama di Manchester, Nugroho juga terlibat dalam lebih dari 17 penelitian yang didanai Dewan Riset Eropa, Dewan Riset Inggris, dan Dirjen Riset Uni Eropa.

Kajian Nugroho pada umumnya berfokus pada bidang inovasi dan keberlanjutan (Innovation and Sustainability). Beberapa tahun terakhir ini, ia juga ditunjuk menjadi fasilitator dalam perumusan kebijakan sains dan teknologi di beberapa negara anggota Uni Eropa. Ia telah memublikasikan gagasannya di sejumlah jurnal internasional, menyampaikan presentasi di berbagai konferensi internasional dan menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi bergengsi seperti di Oxford dan Cambridge.

Menurut catatan Universitas Manchester, Nugroho adalah warga Asia Tenggara pertama yang menerima "fellowship" ini sejak diberikan pertamakali tahun 1944.

Tahun ini, ada lebih dari 400 kandidat dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di Eropa termasuk Inggris.

Pada umumnya, penerima award ini berasal dari negara-negara maju dan baru pada tahun ini award ini jatuh ke tangan seorang peneliti dari negara berkembang.

Nugroho lahir dan besar di Solo, Jawa Tengah. Lulus dari SMA Negeri 3 Solo, ia meneruskan pendidikan S1-nya di ITB (1990-1994), S2 di UMIST Manchester (2000-2001), PhD di Universitas Manchester (2004-2007), Pascadoktoral di Universitas Manchester (2007-2008).

Selama di Indonesia, dalam kurun 1994-2004, ia aktif di sejumlah LSM dan organisasi masyarakat sipil seperti ELSPPAT (Bogor), Uni Sosial Demokrat (Jakarta), dan Business Watch Indonesia (Solo).

Sejak 2008 ia menjadi peneliti di Manchester. Karena ia bekerja di Univ Manchester, Fellowship ini memberinya kenaikan pangkat luarbiasa dari level "Associate" ke level "Fellow". Ia juga akan menggunakan dana riset dari "Fellowship" itu untuk meneruskan penelitian yang sudah dimulainya dan dikerjakannya selama ini.

***4***
(T.H-ZG/B/T010/T010) 20-07-2010 13:38:33

Tidak ada komentar: