Selasa, 20 Juli 2010

RAKYAT IRAK

RAKYAT IRAK MENYUKAI PRODUK INDONESIA

London, 21/7 (ANTARA) - Irak akan mengundang pengusaha Indonesia untuk membangun pabrik "furniture" di Erbil, Irak Utara, karena rakyat "Negeri Kisah 1001 Malam" ini menyukai produk dari negara kepulauan terbesar di dunia itu.

Konsul Jenderal Irak di Dubai, Hussein Sadiq Khalifa, juga memberi peluang importir asal Indonesia untuk mengimpor pakaian dan teh, demikian siaran pers Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Dubai yang diterima ANTARA, Rabu.

"Rakyat Irak menyukai berbagai produk Indonesia yang selama ini diimpor dari pihak ketiga," katanya dalam pertemuan antara Konsulat Jenderal Irak dan KJRI Dubai di Fairmont Hotel, kota setempat.

Dalam pertemuan tersebut, pihak Indonesia dipimpin Konsul Jenderal RI Dubai Mansyur Pangeran didampingi Counsellor Ekonomi Dede Ahmad Rifai, Nashiruddin Mawardi dari IKPT Overseas FZE, Jogindal (Yogi) B.M. dari Indowear Trading.

Selain itu, Gunawan dari Samudra Indonesia tampak hadir bersama Agung Udiyanto profesional Indonesia bekerja di SMOO Holdings, perusahaan milik keluarga penguasa Dubai Al Maktoum, M.N. Khan dari NAD Furniture (importir produk Olympic Indonesia), dan Ridwan Supriyadi dari KPB PTPN.

Dari kalangan pengusaha dipimpin Abdulla Fayez Al Gabour dan Dr. Ramzi Halasa, Direktur dan Development Manager Kantor Dr. Sheikh Sultan bin Khalifa Al Nahyan (anak penguasa UAE), Director General Zahrat Al Neel General Trading, Nyonya Ronak M. Kidhir, dan Al Olama Properties, Mark Boardman, perusahaan keluarga penguasa Dubai, dan Konjen Irak Dubai Hussein Sadiq Khalifa.

Konjen Hussein Sadiq Khalifa mengatakan bahwa Irak saat ini sedang mengalami masa transisi karena belum tercapainya konsensus politik dan belum terbentuknya pemerintah koalisi yang kokoh.

Di tengah situasi transisi tersebut, kata dia, Irak terus berupaya untuk memulihkan ekonomi dan mewujudkan stabilitas politik serta keamanan.

Dijelaskan upaya pemulihan ekonomi Irak tersebut ditopang oleh produksi minyak sebesar 2,5 juta barel per hari, dan diperkirakan tujuh tahun ke depan Irak menghasilkan 12 juta barel minyak/hari.

Adapun peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan pengusaha Indonesia, antara lain perluasan Bandara Internasional Baghdad yang akan dibangun tiga terminal baru, "business park" (kawasan bisnis), "cargo village" (perkampungan kargo), dan "free zone" (zona bebas) dengan biaya enam miliar dolar AS.

Konjen Irak menyebutkan pembangunan bandara baru di Karbala senilai satu miliar dolar AS dan perluasan Bandara Irbil senilai 250 juta dolar AS. Irak juga akan membenahi pelabuhan laut di Irak, yaitu Pelabuhan Faw di selatan Basra.

Di bidang pembangunan infrastuktur listrik, kata dia, saat ini Irak hanya mampu memproduksi listrik sebesar 7.000 megawatt, sementara itu kebutuhan listrik mencapai 13.000 MW.

Pembangunan stadion sepak bola di Basra yang berkapasitas 65.000 kursi dengan biaya 550 juta dolar AS, sedangkan "Basra Sport City" yang pembangunannya dimulai tahun lalu dengan biaya 450 juta dolar AS.

Dikemukakan pula, Irak juga akan membangun sedikitnya 3,5 juta rumah dalam jangka waktu 10 tahun, di samping pembangunan sektor industri Irak senilai 10 miliar dolar AS yang membutuhkan semen dan baja.

Konsorsium perusahaan Prancis dan Inggris sedang membangun pabrik semen di Karbala dengan kapasitas dua juta ton/tahun, dan pabrik semen berkapasitas 2,7 juta ton/tahun di Irak Utara.

Perusahaan baja Arcelor Mittal merencanakan untuk merenovasi pabrik baja di Basra dan bekerja sama dengan perusahaan Turki membangun pabrik baja di Sulaymaniyah, Irak Utara.

Pembangunan sektor pariwisata di Irak, khususnya kawasan pegunungan di Irak Utara dan pusat Shiah di Najef dan Karbala.

Perusahaan Inggris bekerja sama dengan perusahaan Abu Dhabi membangun hotel 650 kamar dengan biaya 110 juta dolar AS di Karbala. Sepanjang Sungai Tikirt dibangun kawasan pariwisata yang menarik minat perusahaan dari AS, Australia, Italia, Spanyol, dan Swedia.

Konjen RI di Dubai, Mansyur Pangeran mengimbau pengusaha Indonesia memanfaatkan Dubai sebagai pusat kegiatan berbisnis di Irak, mengingat ratusan pengusaha Irak tinggal di Dubai, adanya penerbangan langsung Dubai-Baghdad, dan dekatnya jarak Pelabuhan Jebel Ali, Dubai (PEA)-Basrah, Irak.

Irak Utara mendapatkan status otonomi khusus serupa Hong Kong dan proteksi dari Amerika Serikat dan sekutunya sejak era pemerintah Saddam Hussein sampai sekarang.

Di Irak Utara telah dibuka beberapa Konsulat Jenderal dari beberapa negara, seperti Turki, Iran, Amerika Serikat, Polandia, dan Inggris.
(Rw.ZG*D007)
(T.H-ZG/B/D007/D007) 21-07-2010 12:45:29

Tidak ada komentar: