Oleh Zeynita Gibbons
Jakarta, 7/2 (Antara) - Indonesia menekankan pentingnya itikad baik dalam pemanfaatan teknologi keantariksaan oleh semua negara dan alih teknologi keantariksaan untuk tujuan damai menunjang pembangunan berkelanjutan, khususnya di negara berkembang.
Hal itu diungkapkan Wakil Duta Besar/Dewatapri Wina, Febrian Ruddyard selaku Ketua Delegasi RI pada sidang ke-52 SubKomite untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknis, Komite PBB bagi Penggunaan Antariksa untuk Tujuan Damai yang dilaksanakan di Wina, Austria, demikian Counsellor/Kordinator Fungsi Pensosbud Protkons KBRI Wina, Dody Kusumonegoro kepada Antara, Sabtu.
Febrian Ruddyard menyampaikan tujuan pemanfaatan teknologi keantariksaan secara berkelanjutan tidak hanya dicapai melalui pengembangan teknologi semata, tetapi dilandasi itikad baik dan didasari prinsip keadilan, saling menguntungkan serta penghormatan atas integritas territorial dan kedaulatan negara.
Selain itu, ditekankan pula pentingnya alih teknologi, melalui bantuan teknis dan sumber daya yang memadai, bagi negara berkembang sebagai faktor penting untuk meningkatkan kapasitas negara-negara tersebut dalam mendukung upaya menuju space faring nations dalam kegiatan keantariksaan.
Pertemuan Sub-Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknis yang berlangsung hingga tanggal 13 Februari t dipimpin oleh Mr. Elöd Both (Hungaria) dan dihadiri oleh lebih dari 200 delegasi mewakili negara-negara pihak dan peninjau pada "Science and Technical Sub Committee of the United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space" (STCSC-UNCOPUOS).
Pertemuan membahas beberapa agenda utama, antara lain pemanfaatan teknologi ruang angkasa bagi pembangunan berkelanjutan, space debris, penggunaan sumber tenaga nuklir di antariksa dan kegiatan keantarikasaan secara berkelanjutan.
Fokus utama sesi ke-52 Sub-Komite ini terkait masa depan kegiatan keantariksaan, khususnya kerja sama internasional antara negara maju dan negara berkembang dalam pemanfaatan teknologi keantariksaan bagi kegiatan-kegiatan damai guna mendukung tujuan agenda pembangunan PBB paska 2015.
Sesi ini juga menandai 50 tahun perayaan space walk pertama oleh Kosmonot Rusia Alexey A Leonov dan 40 tahun perayaan Apollo-Soyuz Test Project, suatu kerja sama keantariksaan pertama yang dikembangkan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
UNCOPUOS dibentuk pada tahun 1959 sebagai forum multilateral dalam mendorong penelitian,pertukaran informasi serta perkembangan iptek dan hukum internasional di bidang keantariksaan. UNCOPUOS pada saat ini beranggotakan 77 negara anggota PBB termasukIndonesia
Pada forum tersebut, Indonesia yang telah menjadi anggota sejak tahun 1973senantiasa aktif dalam menyuarakan posisi, utamanya dalam mendorong pengembangan kapasitas melalui bantuan teknis dalam pengembangan teknologi keantariksaan, khususnyabagi negara-negara berkembang.
Bagi Indonesia akses berimbang dalam pengembangan kapasitas sangat penting guna menjembatani jurang teknologi yang saat ini masih terjadi serta meningkatkan kemampuan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dalam kegiatan keantariksaan.
Dalam hal ini, Indonesia juga menambahkan perlunya penghormatan integritas territorial dalam pemanfaatan antariksa untuk tujuan damai. ***2*** (ZG)
(T.H-ZG/B/S. Muryono/S. Muryono) 07-02-2015 20:09:38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar