Minggu, 31 Maret 2019

MUNCHEN

PARIS

BERLIN

ASEAN

BRUSEL

MOSKOW

ATSIRI

MOSKOW

Pretoria

DIPLOMASI

RUSIA

Jumat, 29 Maret 2019

BRUSEL

RI tegaskan isu kelapa sawit kepada Uni Eropa
Rabu, 27 Maret 2019 19:07 WIB
EDAC191D-B136-44EF-BE9F-4C67DE0786BF.jpeg
Dubes RI untuk Belgia merangkap Uni Eropa (UE) dan Luksemburg, Yuri O. Thamrin, menekankan perlunya "win-win solution" dalam penyelesaian isu diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap minyak kelapa sawit pada Seminar bertema "ASEAN-EU Relations: Advancing a Partnership for Innovation and Sustainability" yang diselenggarakan di European Institute for Asian Studies (EIAS), think tank Uni Eropa berbasis di Brussels, Selasa (26/3)
London (ANTARA) - Indonesia kembali angkat isu diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap minyak kelapa sawit pada Seminar bertema "ASEAN-EU Relations: Advancing a Partnership for Innovation and Sustainability" yang diselenggarakan di European Institute for Asian Studies (EIAS), think tank Uni Eropa berbasis di Brussels, Selasa,

Dubes RI untuk Belgia merangkap Uni Eropa (UE) dan Luksemburg, Yuri O. Thamrin, menekankan perlunya "win-win solution" dalam penyelesaian isu ini, demikian Sekretaris Kedua Fungsi Ekonomi KBRI Brusel, Andi Sparringa kepada Antara London, Rabu.

Dubes Yuri mengatakan, diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap sawit akan berimplikasi negatif terhadap sedikitnya 17 juta orang yang terlibat dalam industri sawit.

Ia kembali menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus meningkatkan upayanya dalam menghasilkan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan (sustainable palm oil). Indonesia tidak akan membiarkan lahan hijaunya dirusak demi kelapa sawit. Oleh karena itu, Indonesia berkeberatan dengan kebijakan Uni Eropa melalui Delegated Act yang mengkategorikan sawit sebagai komoditi merusak lingkungan dan menyebabkan deforestasi.

Diskriminasi dan double standard yang diterapkan Uni Eropa dibenarkan oleh salah salah satu anggota Parlemen Eropa terkemuka, Dr. Werner Langen, yang merupakan Ketua DASE (Delegation for relations with the countries of Southeast Asia and ASEAN). Dalam surat terbukanya, Langen menyampaikan pandangannya bahwa minyak kelapa sawit yang diproduksi secara berkelanjutan seharusnya tidak masuk dalam kategori beresiko tinggi terhadap lingkungan (Indirect Land Use Change/ILUC high risk) dan kebijakan Delegated Act Komisi Eropa tersebut “pure protectionist and hypocritical”.

Menanggapi hal ini, Mr. David Daly dari European External Action Service (EEAS), EU Commission, menyampaikan pada dasarnya Uni Eropa tidak melarang sawit untuk masuk ke pasar Uni Eropa, hanya saja untuk memenuhi target Renewable Energy 2030, Uni Eropa berkomitmen untuk mengurangi penggunaan biofuel yang tidak ramah lingkungan. Untuk menjembatani hal ini, Uni Eropa siap berdialog dengan Indonesia dan negara produsen sawit lainnya.

Berbicara di depan sedikitnya 150 tamu undangan kebanyakan adalah peneliti dan think tank, Dubes Yuri juga menyampaikan kekhwatirannya mengenai meningkatnya Islamophobia dan "white supremacists" yang merupakan "social cancer" yang dapat menggerogoti nilai-nilai demokrasi, toleransi dan pluralisme yang selalu dijunjung tinggi oleh negara-negara Eropa.

Isu minyak kelapa sawit dan Islamophobia mendominasi diskusi mengenai upaya untuk memajukan kemitraan ASEAN dan EU yang juga dihadiri Duta Besar dari 10 negara ASEAN.

Pewarta: Zeynita Gibbons

Editor: Edy Supriyadi

DIPLOMASI

Capaian diplomasi Indonesia dipromosikan dalam Forum Demokrasi Bali
Kamis, 28 Maret 2019 13:45 WIB

4972AA80-7290-4040-93FA-A0C7730F3ED1.jpeg
Capaian diplomasi Indonesia dipromosikan kepada mahasiswa di Yogjakarta (ist)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri menggelar sosialisasi capaian diplomasi Indonesia dalam bentuk seminar dan simulasi sidang ke-11 Forum Demokrasi Bali (The 11th Bali Democracy Forum/BDF) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) selama dua hari, pada 26 dan 27 Maret 2019.

Direktur Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, Azis Nurwahyudi, kepada Antara, Kamis menyebutkan FDB merupakan salah satu kegiatan utama diplomasi publik Indonesia yang konsisten dilaksanakan sejak 2008.

FDB merupakan forum yang diinisiasi Indonesia untuk membentuk tata bangun demokrasi kawasan (democratic architecture), utamanya di kawasan Asia dan Pasifik.

FDB bertujuan untuk mengintensifkan dialog serta meningkatkan saling-pengertian dan penghargaan di antara bangsa-bangsa, utamanya di Asia.

Melalui aktifitas seminar dan simulasi sidang FDB ke-11 tersebut, Kementerian Luar Negeri memperkenalkan sekaligus mempromosikan demokrasi sebagai salah satu aset utama diplomasi publik Indonesia kepada lebih dari 100 mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UMY.

Kegiatan diawali dengan pemaparan mengenai diplomasi publik Indonesia dan penyampaian informasi mengenai FDB oleh Azis Nurwahyudi, Direktur Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri.

Dalam paparannya, Direktur Diplomasi Publik menyampaikan pentingnya pengelolaan berbagai aset diplomasi publik Indonesia (diantaranya demokrasi, keragaman budaya dan pluralitas agama) dengan baik agar dapat meningkatkan citra dan kepercayaan terhadap Indonesia di mata internasional.

Selain itu,ia juga menegaskan kembali pentingnya FDB sebagai salah satu capaian terbesar Indonesia di bidang diplomasi publik.

"Awalnya FDB hanya diikuti 40 negara peserta di 2008. Tapi pada akhir tahun itu juga jumlah partisipannya sudah mencapai 90 negara dari berbagai kawasan, tidak hanya Asia”, ujar Azis.

Peningkatan jumlah partisipan FDB tersebut mengindikasikan kepercayaan terhadap Indonesia yang kian meningkat di tingkat global.

Pada hari kedua, peserta mensimulasikan sidang ke-11 FDB dan berperan sebagai para diplomat dari negara peserta FDB ke-11. Berdasarkan penilaian terhadap peran, posisi dan opini disampaikan, dapat disimpulkan bahwa perannya sebagai wadah berbagi pengalaman dipahami dengan baik dan benar oleh peserta.

Dosen pengampu mata kuliah Praktik Diplomasi UMY, Ratih Herningtias menyampaikan bahwa kegiatan simulasi tersebut bermanfaat untuk membumikan teori, konsep atau perspektif HI yang selama ini terkesan abstrak dan di awang-awang menjadi sebuah aktivitas operasional dan praktikal.

Mahasiswa dapat merasakan bagaimana isu hubungan internasional adalah isu keseharian dalam kehidupan di sekitar mereka sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton, namun juga dapat mengambil bagian dalam berbagai aktivitasnya.



Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Edy Sujatmiko

ITALIA

Ini yang dipelajari mahasiswa sekolah mode Italia tentang Indonesia
Rabu, 27 Maret 2019 22:54 WIB

1AB22E70-0E76-49F1-B155-F77A2BF8A0F5.jpeg
Sejumlah 40 mahasiswa dan tenaga pengajar sekolah Mode KOEFIA di Roma mempelajari wastra Indonesia dan berkreasi membuat rancangan dengan menggunakan ragam wastra nusantara dan karya terpilih akan ditampilkan pada Rome Fashion Week / Altaroma Juli mendatang.
London (ANTARA) - Sejumlah 40 mahasiswa dan tenaga pengajar sekolah Mode KOEFIA di Roma mempelajari wastra Indonesia dan berkreasi membuat rancangan dengan menggunakan ragam wastra nusantara dan karya terpilih akan ditampilkan pada Rome Fashion Week/Altaroma Juli 2019.

Dalam acara yang diadakan di KBRI Roma, Italia pada hari Selasa (26/3) dibuka secara resmi Dubes Indonesia di Roma, Esti Andayani, demikian Pensosbud KBRI Roma ,Veronika Vonny kepada Antara London, Rabu.

Dalam sambutannya Dubes mengatakan kerja sama dengan KOEFIA kali ini sangat tepat waktu, seiring dengan momentum Peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia–Italia, dengan tema perayaan adalah promosi kerja sama industri kreatif dan UKM. “Fashion dan desain adalah salah satu elemen penting ekonomi kreatif, menjadi tema utama dari Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik RI–Italia tahun ini,” ujarnya.

Dubes berharap mahasiswa KOEFIA dapat terinspirasi dari acara ini untuk proses kreatif selanjutnya, menghadirkan interpretasi atas nilai dan warisan budaya kain Indonesia dalam rancangan busana.

Pada kesempatan ini, Wakil Kepala Perwakilan RI, J.S. George Lantu mempresentasikan beragam wastra Indonesia termasuk batik, tenun, dan ikat. Ia menyebutkan sejarah, jenis, arti dan nilai-nilai penting dari wastra Indonesia dan mahasiswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang dan mencermati berbagai wastra yang tersedia.

Sementara demo membatik dilakukan Ranty Yustina Dewi, mahasiswi program Master dari Universitas Calabria.

Para mahasiswa antusias mencoba membuat gambar dengan canting dan malam di atas sehelai kain. “Menakjubkan sekali mempelajari pembuatan batik, cara pemakaian, serta arti yang berbeda dari berbagai motif.” ujar Caterina, salah seorang mahasiswa.

Sementara Adna, siswa lainnya mengakui belajar membatik ternyata sangat menyenangkan, batik penuh dengan warna dan keindahan alam persis seperti Indonesia, ujarnya.

Para pengurus dan amggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Roma dipimpin Ny. Lona Hutape memperagakan busana beragam jenis kain dan pakaian Indonesia dalam desain tradisional maupun modern yang mendapatkan apresiasi dari mahasiswa mode.

Sebagian mahasiswa yang hadir tampak serius mempelajari padu pada kain, cara dan seni memakai kain batik yang disampaikan Dubes Esti Andayani.

Direktur Sekolah Mode KOEFIA, Profesor Giovanni Di Pasquale menyampaikan apresiasinya atas kesempatan bagi para mahasiswanya untuk lebih dalam mengenal kain Indonesia, “Indonesia menghasilkan produk-produk yang sangat indah, kolaborasi antara kain Indonesia dengan kreasi dan tradisi Italia akan menghasilkan produk akhir yang luar biasa,” ujarnya.

Sementara itu Bianca Lami, dosen senior yang pernah beberapa kali menjadi juri di Indonesia Fashion Week di Jakarta mengatakan mahasiswa telah mendapatkan pengalaman yang sangat autentik, memasuki atmosfer cahaya, kostum, warna, dan teknik kain Indonesia.

Hal ini merupakan landasan referensi yang penting untuk menciptakan koleksi yang bermakna sebagai meeting point Indonesia dan Italia, terutama dalam rangkaian Peringatan 70 Tahun hubungan kedua negara.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Hendra Agusta

ITALIA

Ini yang dipelajari mahasiswa sekolah mode Italia tentang Indonesia
Rabu, 27 Maret 2019 22:54 WIB

1AB22E70-0E76-49F1-B155-F77A2BF8A0F5.jpeg
Sejumlah 40 mahasiswa dan tenaga pengajar sekolah Mode KOEFIA di Roma mempelajari wastra Indonesia dan berkreasi membuat rancangan dengan menggunakan ragam wastra nusantara dan karya terpilih akan ditampilkan pada Rome Fashion Week / Altaroma Juli mendatang.
London (ANTARA) - Sejumlah 40 mahasiswa dan tenaga pengajar sekolah Mode KOEFIA di Roma mempelajari wastra Indonesia dan berkreasi membuat rancangan dengan menggunakan ragam wastra nusantara dan karya terpilih akan ditampilkan pada Rome Fashion Week/Altaroma Juli 2019.

Dalam acara yang diadakan di KBRI Roma, Italia pada hari Selasa (26/3) dibuka secara resmi Dubes Indonesia di Roma, Esti Andayani, demikian Pensosbud KBRI Roma ,Veronika Vonny kepada Antara London, Rabu.

Dalam sambutannya Dubes mengatakan kerja sama dengan KOEFIA kali ini sangat tepat waktu, seiring dengan momentum Peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia–Italia, dengan tema perayaan adalah promosi kerja sama industri kreatif dan UKM. “Fashion dan desain adalah salah satu elemen penting ekonomi kreatif, menjadi tema utama dari Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik RI–Italia tahun ini,” ujarnya.

Dubes berharap mahasiswa KOEFIA dapat terinspirasi dari acara ini untuk proses kreatif selanjutnya, menghadirkan interpretasi atas nilai dan warisan budaya kain Indonesia dalam rancangan busana.

Pada kesempatan ini, Wakil Kepala Perwakilan RI, J.S. George Lantu mempresentasikan beragam wastra Indonesia termasuk batik, tenun, dan ikat. Ia menyebutkan sejarah, jenis, arti dan nilai-nilai penting dari wastra Indonesia dan mahasiswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang dan mencermati berbagai wastra yang tersedia.

Sementara demo membatik dilakukan Ranty Yustina Dewi, mahasiswi program Master dari Universitas Calabria.

Para mahasiswa antusias mencoba membuat gambar dengan canting dan malam di atas sehelai kain. “Menakjubkan sekali mempelajari pembuatan batik, cara pemakaian, serta arti yang berbeda dari berbagai motif.” ujar Caterina, salah seorang mahasiswa.

Sementara Adna, siswa lainnya mengakui belajar membatik ternyata sangat menyenangkan, batik penuh dengan warna dan keindahan alam persis seperti Indonesia, ujarnya.

Para pengurus dan amggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Roma dipimpin Ny. Lona Hutape memperagakan busana beragam jenis kain dan pakaian Indonesia dalam desain tradisional maupun modern yang mendapatkan apresiasi dari mahasiswa mode.

Sebagian mahasiswa yang hadir tampak serius mempelajari padu pada kain, cara dan seni memakai kain batik yang disampaikan Dubes Esti Andayani.

Direktur Sekolah Mode KOEFIA, Profesor Giovanni Di Pasquale menyampaikan apresiasinya atas kesempatan bagi para mahasiswanya untuk lebih dalam mengenal kain Indonesia, “Indonesia menghasilkan produk-produk yang sangat indah, kolaborasi antara kain Indonesia dengan kreasi dan tradisi Italia akan menghasilkan produk akhir yang luar biasa,” ujarnya.

Sementara itu Bianca Lami, dosen senior yang pernah beberapa kali menjadi juri di Indonesia Fashion Week di Jakarta mengatakan mahasiswa telah mendapatkan pengalaman yang sangat autentik, memasuki atmosfer cahaya, kostum, warna, dan teknik kain Indonesia.

Hal ini merupakan landasan referensi yang penting untuk menciptakan koleksi yang bermakna sebagai meeting point Indonesia dan Italia, terutama dalam rangkaian Peringatan 70 Tahun hubungan kedua negara.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Hendra Agusta