Penulis asal Indonesia didaulat sebagai "Author of the day" oleh panitia London Book Fair
Seno kelahiran di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958 merupakan penulis dari generasi baru di sastra Indonesia itu adalah salah satu dari penulis Indonesia yang tampil dalam London Book Fair 2019,
Penulis asal Indonesia, Seno Gumira Ajidarma dinobatkan sebagai “Author of the day,” pada hari Rabu oleh panitia London Book Fair dan wajahnya pun terpampang di pintu masuk gedung Olympia tempat pameran buku dimana Indonesia menjadi Focus country digelar selama tiga hari dari 11 hingga 14 Maret 2019.
“Kayaknya main-main aja biasanya kan Author of the year tapi ya nggak apa-apa. Memang main-main nggak boleh “ tanya Seno kepada Antara London, Rabu siang waktu setempat.
Seno kelahiran di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958 merupakan penulis dari generasi baru di sastra Indonesia itu adalah salah satu dari penulis Indonesia yang tampil dalam London Book Fair 2019.
Diakuinya Indonesia sebagai Market Focus dalam London Book Fair 2019, ya cukup bagus, hanya saja dibandingkan dengan Frankfurt Book Fair, London Book Fair lebih strategis karena bahasa nya ya bahasa Inggris yang universal, ujarnya.
Menurut Seno, Indonesia sebagai Focus County di London Book Fair, cukup bagus dan sepertinya tampilan Indonesia pun sudah maksimal. Sesuai harapan karena semua ide sudah dikeluarkan, tambahnya.
Beberapa buku karya Seno adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Dia juga terkenal karena dia menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu.
Buku terakhir Seno berjudul Transit cuman idenya nggak perlu tahu. Meskipun sebagai penulis yang fenomenal Seno mengaku bahwa banyak tetangganya yang tidak tahu Seno. “Tetangga saya tidak tahu saya siapa,” ujarnya.
Menurutnya meskipun saat ini sosmed sangat mempengarui minat maca , tapi buku masih tetap akan dibaca meskipun banyak orang yang lebih senang membaca di sosmed atau ebook, tidak menjadi masalah, lanjutnya.
Seno Gumira Ajidarma sebelumnya juga pernah mendapatkan SEA Write Award (1987). Dinny O’Hearn Prize for Literary (1997), Khatulistiwa Literary Award 2005 dan menolak Ahmad Bakrie Award (2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar