ORANGTUA MUSLIM DI BARAT PUSING PERGAULAN REMAJA
Zeynita Gibbons London, 28/1 (Antara) - Kalangan orangtua keluarga Muslim di negara-negara Barat mengaku pusing dan khawatir terhadap kondisi pergaulan bebas kalangan remaja di negara mereka.
Hal itu terungkap dalam kajian oleh dosen STEI Tazkia yang sedang bertugas di University of Essex, Murniati Mukhlisin dan mahasiswa Pascasarjana di Durham University, Bazari Azhar Azizi yang juga Ketua PPI Durham serta Namira Samir Editor Media PPI Durham.
Ketua PPI Durham Bazari Azhar Azizi kepada Antara London, Sabtu menyebutkan kajian online dilakukan dalam menyikapi keprihatinan dari orang tua Muslim di Barat yang merasa pusing dengan pergaulan bebas remaja.
Pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan utama dalam kehidupan remaja pada era globalisasi dan kemajuan teknologi, gempuran informasi, kebebasan berpendapat, hak asasi, privasi serta liberalisasi pemikiran membayangi kehidupan remaja yang pada umumnya masih belajar serta mencari jati dirinya.
Kajian online dari kelompok pengajian yang diikuti oleh muslimah yang tersebar di berbagai lokasi di penjuru dunia mencoba membahas dan mengkaji fenomena pergaulan bebas serta sikap orang tua dalam menyikapinya.
Dikatakan dewasa ini, banyak kalangan muda yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang menjurus kepada penggunaan narkotika, obat-obatan terlarang, minuman keras, serta berbagai macam penyakit mental.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi orang tua yang anaknya hidup serta tumbuh berkembang di dunia Barat atau jauh dari orang tua dan keluarganya.
Pembahasan dimulai dari fenomena yang telah terjadi pada kehidupan remaja di negara-negara Barat, seperti Inggris, Jerman, Belanda, maupun Australia. Banyak remaja yang terdampak buruk terhadap pergaulan bebas.
Dalam kesempatan itu Murniati Mukhlisin menyampaikan terdapat tiga poin utama yang dibahas dalam kajian tersebut. Pertama, pentingnya peranan orang tua dalam membina serta mendidik pemahaman agama sedari dini kepada anak-anak.
Pendidikan di rumah merupakan 'madrasah' pertama yang dapat memberikan pemahaman akan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari serta batasan dan larangan yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam hal ini peranan orang tua menjadi vital. Selain itu, keteladanan yang baik dari ayah dan ibu bagi anaknya, dapat menjadi contoh baik dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Yang kedua adalah pentingnya lingkungan dalam membentuk serta pengaruhnya terhadap perkembangan remaja. Lingkungan yang Islami, serta turut terlibat dalam kegiatan keislaman bersama remaja dari berbagai macam latar belakang dapat membantu membentengi remaja di negara Barat terhadap pergaulan bebas.
Dampak lingkungan cukup signifikan dalam membentuk perilaku dan sikap remaja jika terlepas dari keluarganya. Sehingga orang tua perlu mengajak serta anak-anaknya untuk ikut kegiatan keislaman serta kegiatan lainnya yang positif.
Ketiga, perlunya 'self-control' dalam diri setiap remaja muslim. Self-control atau kontrol atas perilaku diri setiap individu remaja menjadi penting dalam menyikapi pergaulan bebas ini. Dengan adanya kontrol diri yang baik serta dibekali nilai-nilai Islam, maka setiap remaja yang hidup di negara minoritas dan jauh dari lingkungan yang Islami dapat membentengi dirinya dari pengaruh negatif lingkungan. Kontrol atas diri ini dapat dipupuk serta dilatih dalam keluarga serta lingkungan yang Islami dalam rumah tangga. Cara-cara seperti inilah yang dapat orang tua lakukan agar anak-anaknya yang beranjak remaja dapat bertahan dalam kondisi pergaulan bebas dewasa ini.***4**** (T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 28-01-2017 07:26:29
Zeynita Gibbons London, 28/1 (Antara) - Kalangan orangtua keluarga Muslim di negara-negara Barat mengaku pusing dan khawatir terhadap kondisi pergaulan bebas kalangan remaja di negara mereka.
Hal itu terungkap dalam kajian oleh dosen STEI Tazkia yang sedang bertugas di University of Essex, Murniati Mukhlisin dan mahasiswa Pascasarjana di Durham University, Bazari Azhar Azizi yang juga Ketua PPI Durham serta Namira Samir Editor Media PPI Durham.
Ketua PPI Durham Bazari Azhar Azizi kepada Antara London, Sabtu menyebutkan kajian online dilakukan dalam menyikapi keprihatinan dari orang tua Muslim di Barat yang merasa pusing dengan pergaulan bebas remaja.
Pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan utama dalam kehidupan remaja pada era globalisasi dan kemajuan teknologi, gempuran informasi, kebebasan berpendapat, hak asasi, privasi serta liberalisasi pemikiran membayangi kehidupan remaja yang pada umumnya masih belajar serta mencari jati dirinya.
Kajian online dari kelompok pengajian yang diikuti oleh muslimah yang tersebar di berbagai lokasi di penjuru dunia mencoba membahas dan mengkaji fenomena pergaulan bebas serta sikap orang tua dalam menyikapinya.
Dikatakan dewasa ini, banyak kalangan muda yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang menjurus kepada penggunaan narkotika, obat-obatan terlarang, minuman keras, serta berbagai macam penyakit mental.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi orang tua yang anaknya hidup serta tumbuh berkembang di dunia Barat atau jauh dari orang tua dan keluarganya.
Pembahasan dimulai dari fenomena yang telah terjadi pada kehidupan remaja di negara-negara Barat, seperti Inggris, Jerman, Belanda, maupun Australia. Banyak remaja yang terdampak buruk terhadap pergaulan bebas.
Dalam kesempatan itu Murniati Mukhlisin menyampaikan terdapat tiga poin utama yang dibahas dalam kajian tersebut. Pertama, pentingnya peranan orang tua dalam membina serta mendidik pemahaman agama sedari dini kepada anak-anak.
Pendidikan di rumah merupakan 'madrasah' pertama yang dapat memberikan pemahaman akan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari serta batasan dan larangan yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam hal ini peranan orang tua menjadi vital. Selain itu, keteladanan yang baik dari ayah dan ibu bagi anaknya, dapat menjadi contoh baik dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Yang kedua adalah pentingnya lingkungan dalam membentuk serta pengaruhnya terhadap perkembangan remaja. Lingkungan yang Islami, serta turut terlibat dalam kegiatan keislaman bersama remaja dari berbagai macam latar belakang dapat membantu membentengi remaja di negara Barat terhadap pergaulan bebas.
Dampak lingkungan cukup signifikan dalam membentuk perilaku dan sikap remaja jika terlepas dari keluarganya. Sehingga orang tua perlu mengajak serta anak-anaknya untuk ikut kegiatan keislaman serta kegiatan lainnya yang positif.
Ketiga, perlunya 'self-control' dalam diri setiap remaja muslim. Self-control atau kontrol atas perilaku diri setiap individu remaja menjadi penting dalam menyikapi pergaulan bebas ini. Dengan adanya kontrol diri yang baik serta dibekali nilai-nilai Islam, maka setiap remaja yang hidup di negara minoritas dan jauh dari lingkungan yang Islami dapat membentengi dirinya dari pengaruh negatif lingkungan. Kontrol atas diri ini dapat dipupuk serta dilatih dalam keluarga serta lingkungan yang Islami dalam rumah tangga. Cara-cara seperti inilah yang dapat orang tua lakukan agar anak-anaknya yang beranjak remaja dapat bertahan dalam kondisi pergaulan bebas dewasa ini.***4**** (T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 28-01-2017 07:26:29