Minggu, 28 Januari 2018

PERANCIS

PUSAT ARKEOLOGI NASIONAL- UNIVERSITAS BORDEAUX JALIN KERJASAMA


Zeynita Gibbons
      London,26/1 (Antara) -  Kepala Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas), Kemdikbud, Drs I Made Geria, menandatangani kerjasama dengan wakil dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Universitas Bordeaux (CNRS), Nicolas Teyssandier, tentang kerjasama Ilmiah dengan unit riset Unit Penelitian Campuran (PACEA) Prasejarah  Budaya, Lingkungan dan Antropologi) Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS), di Talence, Perancis.
         Penandatangan kerjasama itu disaksikan Dubes RI di Perancis, Kepangeranan Monaco dan Andora Hotmangaradja Pandjaitan, dan Rektor Universitas Bordeaux, Manuel Tunon de Lara, demikian Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Paris, Surya Rosa Putra, kepada Antara London, Jumat.
         Penandatangan MoU berlaku selama tiga tahun menyangkut pertukaran dosen, mahasiswa, peneliti muda dalam lingkup pekerjaan koleksi benda-benda arkeologi dan etno-arkeologi, kunjungan ke situs-situs arkeologi dan presentasi.
         Seluruh hasil riset dan penggalian di Indonesia akan menjadi milik pemerintah Indonesia dan tidak diperkenankan di bawa ke luar negeri, kecuali untuk kebutuhan analisis, dan harus ada dalam perjanjian terpisah.
          Selain itu juga diadakan pertukaran material akademik dan publikasi ilmiah, pengorganisasian pertemuan ilmiah bersama dan pengimplementasian proyek, publikasi bersama, dan peluang beasiswa untuk peneliti Indonesia.
          Sementata itu Universitas Bordeaux dan CNRS akan menyediakan sumber daya pendukung  untuk merealisasikan program kerjasama, yakni anggaran dan program riset spesifik dan kolaborasi internasional dengan Indonesia, termasuk fee, biaya akomodasi, transportasi, dan konsumsi untuk para staf ARKENAS yang terlibat.
          Dalam sambutannya, Kepala Pusat Arkenas, menyatakan implementasi dari MoU ini sangat bermanfaat dalam mendukung riset-riset Arkenas, terutama dalam mewujudkan program Rumah Peradaban di Indoneisa.    
      Representatif dari CNRS menyambut baik MoU dalam kaitannya memperkaya riset tentang kaitan antara lingkungan dan peradaban. Di lain sisi, Rektor Universitas Bordeaux mengapresiasi kerjasama bilateral dalam bidang ilmiah ini, dan berharap dapat melahirkan kerjasama ilmiah lain.
          Mewakili pemerintah Indonesia, Dubes mengucapkan terima kasih kepada pihak Perancis, dalam hal ini Universitas Bordeaux dan CNRS, atas kesediaan bekerjasama dan Dubes berharap kerjasama yang menguntungkan kedua pihak dan menjadi salah satu motor penggerak hubungan bilateral Indonesia- Perancis. Khusus untuk Indonesia, pelibatan para ahli Perancis sangat membantu mengungkap peradaban prasejarah Indonesia yang sangat kaya dan belum tergali sampai saat ini.
          Dalam kesempatan itu juga diisi dengan presentasi proyek kerjasama oleh Anne Delagnes, Direktur PACEA - UMR 5199 dan Marian Vanhaeren, peneliti PACEA yang juga Co-direktur proyek. Kerjasama ini merupakan kelanjutan dari riset terhadap peninggalan purba Papua, di daerah  Eipomek, Pegunungan Bintang, perbatasan Papua Nugini.
           Riset juga dilakukan DR. Marian Vanhaeren dan Prof. Wulf Scifenhôvel dari Max Planck Institute, Jerman,  mitra PACE. Di antara hasil yang menarik adalah peradaban prasejarah Papua tidak berbeda jauh dengan peradaban prasejarah Eropa. Sekitar 20 ribu tahun lalu, masyarakat Eropa dan Papua sudah mengenal tekonologi batu dan bercocok tanam.
           Dalam diskusi terpisah, Profesor Wulf yang meneliti Papua sejak 1960-an mengatakan hasil risetnya merupakan cermin bagi masyarakat Pegunungan Bintang, yang dulu merupakan masyarakat yang maju.   
      Untuk itu, Profesor Wulf dengan bantuan pemerintah Jerman telah mendirikan semacam museum di lokasi penelitian untuk dipelajari masyarakat sekitarnya. Menurut, Wulf, hasil riset  memotivasi anggota masyarakat melanjutkan pendidikan tinggi di universitas di Indonesia.
         KBRI mengusulkan  untuk mengadakan pameran bersama, serta menampilkan budaya dan seni Papua di Bordeaux. Usulan ini disambut baik, karena sangat berarti untuk memberikan citra positif Papua sebagai bagian dari Indonesia di mata masyarakat Perancis. Menurut rencana awal, pameran akan digelar sekitar Mei mendatang.(ZG)*****4****

(T.H-ZG/B/M. Dian A/M. Dian A) 26-01-2018 07:37:10

Tidak ada komentar: