Hidup dalam bayangan Covid-19
News ID: 974225
London (ANTARA) -
Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di London, Inggris Fairuz Abadi Alwi (47) sudah sejak dua minggu melakukan karantina mandiri karena sejak akhir bulan Maret sepulang dari tempat bekerja badannya merasa lemas dan nafasnya ngos-ngosan dan bahkan untuk berdiri selama satu menit sudah tidak tahan.
“Saya merasa mulai kena virus Covid-19 pada hari Senin tanggal 30 Maret, saat bangun pagi badan terasa sakit semua kepala pusing,”ujar Fairuz kepada Antara London, Kamis.
Setelah melakukan karantina mandiri selama lebih dari 10 hari, Fairuz dalam akun facebook yang dikenal dengan nama Agam Fairuz DeBrandan pun menulis dalam laman facebook nya.
“Kawan-kawanku yang baik dan Budiman di manapun kalian berada. Sudah berjalan 11 hari badan terasa letih sakit semua susah bernafas kepala pusing dengan panas yang tinggi dan ini terus berlangsung sampai sekarang entah apa apa ini namanya? Apakah itu flu biasa atau covid-19 karena tidak ada tes sama sekali tapi anggaplah covid-19 karena gejalanya mengarah kepada covid-19.
“Saya hanya minta doa mudah-mudahan penyakit ini segera diangkat dan dikembalikan kesehatan semula seperti sedia kala.
“Saya juga berpesan buat kalian semua jaga diri baik-baik hindari berkumpul bila tidak perlu, keluar rumah bila tidak perlu karena sekali kena ???!!! habis badan kita dimakan karena tidak akan masuk satu butir nasi pun ke dalam tubuh dan gendang nya cuma dua hidup atau mati.
Demikian tulis Fairuz di Facebook yang dikenal dengan sapaan Agam dan mendapat banyak sambutan dan doa dan minta rekan-rekannya untuk tetaplah di rumah jaga diri dan keluarga dari virus berbahaya ini doakan cepat berlalu. Tetaplah berpikiran positif dan jangan lupa penuhi nutrisi dan vitamin.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, tulisnya.
Ternyata bayangan terkena virus Corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan itu membuat hati seorang Fairuz berbadan tegab itu pun merasa ciut, bagaimana tidak jumlah orang di Inggris yang kena Covid-19 dan meninggal
dunia dalam satu hari bisa mencapai ratusan orang. Sampai saat ini di Inggris yang meninggal dunia karena Covid-19 sudah mencapai 12 ribu orang dan tampaknya akan terus bertambah.
Bahkan virus yang bisa mematikan ini tidak pandang bulu seorang putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan PM Menteri Inggris Boris Johnson pun terkena virus Corona yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pendemi.
Senior Lecturer in Public Health, University of Derby, UK, Dono Widiatmoko kepada Antara London, menyebutkan COVID-19 sudah menjadi bencana global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tanggal 11 Maret 2020 mendeklarasikan penyakit COVID-19 sebagai penyakit global, ujar Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Penyakit disebabkan oleh virus SARS-COV-2, yang awamnya disebut penyakit Corona. Bermula dari tingginya kasus pneumonia yang dilaporkan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 yang lalu, penyakit ini sudah menyebar ke berbagai penjuru di dunia.
Sejak Fairuz memposting
kisah nya doa dan dukungan pun berdatangan kelaman facebook, ayah dua putra yang masih kecil dari hasil perkawinannya dengan perempuan asal Perancis pun semakin semangat untuk hidup.
“Teman teman, mohon Doa nya ya, buat sahabat kami, Agam Fairuz DeBrandan, semoga beliau dapat melalui masa-masa krisis nya melawan covid -19 ... Semoga lekas sembuh beliau dalam masa isolasinya di UK,London, tulis rekan nya dari Indonesia.
Agam Fairuz DeBrandan, nak bacakan ayat2 Yasin ini sebanyak kemampuan, kemudian tadahkan kedua tanganmu ' mulai bermohon kesembuhan oleh Allah swa.
Tetap lawan ya— feeling sad with Agam Fairuz DeBrandan. Tulis rekan Agam tampaknya dari Malaysia.
“Ya Allah,Tuhanku, Tuhan manusia, Saya Memohon Kepada-MU hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan kepada Agam Fairuz DeBrandan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri. Tulis rekan Agam lainnya.
Rekan-rekan Fairuz pun mengharapkan kesembuhan dan menyampaikan pesan-pesan yang menyemagati Fairuz yang bekerja sebagai key worker di kota London yang bersinggungan dengan masyarakat di kota yang cukup sibuk itu untuk cepat sembuh.
Menceritakan perasaan saat-saat menghadapi kritis, Fairuz pun merasa ciut juga.
“Bagi saya ada dua pilihan yang harus saya lewati di masa masa krisis dengan penyakit yang mungkin juga Covid-19 menyebabkan banyak kematian ini atau kalau tidak Survive atau selamat sama sekali saya yang kalah dan berakhir kematian,” ujar anak kedua dari empat bersaudara.
Pria berdarah Aceh-Jawa yang dirumah biasa dipanggil Agam yang hijrah ke Inggris sejak November 2006, lulusan fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta ini sebelum hijrah ke Inggris pernah bermain film di serial Angling Darma dan Misteri Gunung Merapi dan
membintangi beberapa iklan televisi dan cetak.
“Waktu itu saya masih terikat kontrak dengan MD production striping untuk sinetron lepas 200 episode Rahasia ILAHI, ujar Agam yang menikah dan bergabung dengan sang istri akhirnya meninggalkan dunia gemerlap di tanah air untuk menempuh hidup baru dan dunia baru bersama sang istri di Inggris.
“Saya tetap optimis karena satu-satunya yang dapat mengalahkan sakit ini adalah optimisme dalam diri bahwa kita mampu melawan virus penyakit ini,” ujar Agam dengan memperbanyak asupan vitamin dan makanan walaupun selera makan jauh berkurang dan bahkan berat badannya turun sampai tujuh kilo.
Apalagi seminggu setelah badannya meriang kemudian suhu badan mulai naik antara 39 dan 40 batuk sedikit berdahak kecoklat-coklatan. Pada tahap ini kepala berat sekali sampai untuk berdiri satu menit pun tidak sanggup dan nafas mulai pendek satu persatu. Pada hari ke-7 juga nafsu makan perlahan-lahan sudah mulai hilang, ujar Agam yang sempat menghubungi rumah sakit.
Sayangnya rumah sakit di kota London sudah sibuk dengan terus bertambahnya penderita yang terjangkit virus corona yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan.
Petugas National Health Service (NHS) di Inggris yang memberikan layanan
Kesehatan secara Nasional sistem perawatan kesehatan di Inggris, saat dihubungi Agam , petugas NHS hanya minta ia melakukan isolasi diri dan untuk mengatasi panas badan ia diminta minum paracetamol.
“Alhamdulillah berkat doa sahabat-sahabat semua hari ini saya sudah mulai menunjukkan gejala sedikit lebih baik dari kemarin tapi yang tertinggal badan rasanya masih lemas bahkan untuk berdiri satu menit saja masih ngos-ngosan,” ujar Agam.
Satgas Covid-19 dari KBRI London pun sempat menghubungi Agam dan memberi dukungan moral.
“Saya dihubungi dan tetap memberikan update dari Satgas Covid-10 KBRI,” ujar Agam yang mengaku dari KBRI menawarkan bantuan baik moril maupun materiil berupa obat-obatan alat-alat sanitasi masker dan lain-lain.
Menurut Agam, Satgas Covid-19 KBRI London juga menawarkan bantuan obat-obatan dokter tersedia bila ingin konsultasi. “Tapi mereka juga punya standar operasional prosedur tidak bisa langsung mendatangi pasien karena untuk keamanan.
Padahal sebelumnya Agam juga sudah sempat menghubungi hotline 111 yang mengatakan bahwa memang tidak ada tes selama dua bulan ini dari pemerintah Inggris. Secara pasti Agam masih tidak tahu apakah ini Covid-19 atau bakteri, tapi kalau dilihat dari gejalanya kurang lebih sama dengan penderita Covid-19. Apalagi sejak 30 tahun lalu Agam tidak pernah sakit baru kali ini ia memderita dan sakit yang luar biasa dihantam tak bangkit dari tempat tidur, ujarnya.
Agam mengaku sebagai key worker sudah menjadi risiko terkena virus Corona apalagi ia bekerja di salah satu Stasiun tersibuk di kota London yang tetap melayani Key worker yang lain. Di Inggris sejak diberlakukan lockdown hanya key worker seperti petugas melayani masyarakat, pegawai di supermarket, apotik dan termasuk pekerja di panti jompo yang hanya boleh tetap bekerja sementara pekerja lain diminta untuk tetap bekerja di rumah. (ZG)
Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di London, Inggris Fairuz Abadi Alwi (47) sudah sejak dua minggu melakukan karantina mandiri karena sejak akhir bulan Maret sepulang dari tempat bekerja badannya merasa lemas dan nafasnya ngos-ngosan dan bahkan untuk berdiri selama satu menit sudah tidak tahan.
“Saya merasa mulai kena virus Covid-19 pada hari Senin tanggal 30 Maret, saat bangun pagi badan terasa sakit semua kepala pusing,”ujar Fairuz kepada Antara London, Kamis.
Setelah melakukan karantina mandiri selama lebih dari 10 hari, Fairuz dalam akun facebook yang dikenal dengan nama Agam Fairuz DeBrandan pun menulis dalam laman facebook nya.
“Kawan-kawanku yang baik dan Budiman di manapun kalian berada. Sudah berjalan 11 hari badan terasa letih sakit semua susah bernafas kepala pusing dengan panas yang tinggi dan ini terus berlangsung sampai sekarang entah apa apa ini namanya? Apakah itu flu biasa atau covid-19 karena tidak ada tes sama sekali tapi anggaplah covid-19 karena gejalanya mengarah kepada covid-19.
“Saya hanya minta doa mudah-mudahan penyakit ini segera diangkat dan dikembalikan kesehatan semula seperti sedia kala.
“Saya juga berpesan buat kalian semua jaga diri baik-baik hindari berkumpul bila tidak perlu, keluar rumah bila tidak perlu karena sekali kena ???!!! habis badan kita dimakan karena tidak akan masuk satu butir nasi pun ke dalam tubuh dan gendang nya cuma dua hidup atau mati.
Demikian tulis Fairuz di Facebook yang dikenal dengan sapaan Agam dan mendapat banyak sambutan dan doa dan minta rekan-rekannya untuk tetaplah di rumah jaga diri dan keluarga dari virus berbahaya ini doakan cepat berlalu. Tetaplah berpikiran positif dan jangan lupa penuhi nutrisi dan vitamin.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, tulisnya.
Ternyata bayangan terkena virus Corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan itu membuat hati seorang Fairuz berbadan tegab itu pun merasa ciut, bagaimana tidak jumlah orang di Inggris yang kena Covid-19 dan meninggal
dunia dalam satu hari bisa mencapai ratusan orang. Sampai saat ini di Inggris yang meninggal dunia karena Covid-19 sudah mencapai 12 ribu orang dan tampaknya akan terus bertambah.
Bahkan virus yang bisa mematikan ini tidak pandang bulu seorang putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan PM Menteri Inggris Boris Johnson pun terkena virus Corona yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pendemi.
Senior Lecturer in Public Health, University of Derby, UK, Dono Widiatmoko kepada Antara London, menyebutkan COVID-19 sudah menjadi bencana global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tanggal 11 Maret 2020 mendeklarasikan penyakit COVID-19 sebagai penyakit global, ujar Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Penyakit disebabkan oleh virus SARS-COV-2, yang awamnya disebut penyakit Corona. Bermula dari tingginya kasus pneumonia yang dilaporkan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 yang lalu, penyakit ini sudah menyebar ke berbagai penjuru di dunia.
Sejak Fairuz memposting
kisah nya doa dan dukungan pun berdatangan kelaman facebook, ayah dua putra yang masih kecil dari hasil perkawinannya dengan perempuan asal Perancis pun semakin semangat untuk hidup.
“Teman teman, mohon Doa nya ya, buat sahabat kami, Agam Fairuz DeBrandan, semoga beliau dapat melalui masa-masa krisis nya melawan covid -19 ... Semoga lekas sembuh beliau dalam masa isolasinya di UK,London, tulis rekan nya dari Indonesia.
Agam Fairuz DeBrandan, nak bacakan ayat2 Yasin ini sebanyak kemampuan, kemudian tadahkan kedua tanganmu ' mulai bermohon kesembuhan oleh Allah swa.
Tetap lawan ya— feeling sad with Agam Fairuz DeBrandan. Tulis rekan Agam tampaknya dari Malaysia.
“Ya Allah,Tuhanku, Tuhan manusia, Saya Memohon Kepada-MU hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan kepada Agam Fairuz DeBrandan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri. Tulis rekan Agam lainnya.
Rekan-rekan Fairuz pun mengharapkan kesembuhan dan menyampaikan pesan-pesan yang menyemagati Fairuz yang bekerja sebagai key worker di kota London yang bersinggungan dengan masyarakat di kota yang cukup sibuk itu untuk cepat sembuh.
Menceritakan perasaan saat-saat menghadapi kritis, Fairuz pun merasa ciut juga.
“Bagi saya ada dua pilihan yang harus saya lewati di masa masa krisis dengan penyakit yang mungkin juga Covid-19 menyebabkan banyak kematian ini atau kalau tidak Survive atau selamat sama sekali saya yang kalah dan berakhir kematian,” ujar anak kedua dari empat bersaudara.
Pria berdarah Aceh-Jawa yang dirumah biasa dipanggil Agam yang hijrah ke Inggris sejak November 2006, lulusan fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta ini sebelum hijrah ke Inggris pernah bermain film di serial Angling Darma dan Misteri Gunung Merapi dan
membintangi beberapa iklan televisi dan cetak.
“Waktu itu saya masih terikat kontrak dengan MD production striping untuk sinetron lepas 200 episode Rahasia ILAHI, ujar Agam yang menikah dan bergabung dengan sang istri akhirnya meninggalkan dunia gemerlap di tanah air untuk menempuh hidup baru dan dunia baru bersama sang istri di Inggris.
“Saya tetap optimis karena satu-satunya yang dapat mengalahkan sakit ini adalah optimisme dalam diri bahwa kita mampu melawan virus penyakit ini,” ujar Agam dengan memperbanyak asupan vitamin dan makanan walaupun selera makan jauh berkurang dan bahkan berat badannya turun sampai tujuh kilo.
Apalagi seminggu setelah badannya meriang kemudian suhu badan mulai naik antara 39 dan 40 batuk sedikit berdahak kecoklat-coklatan. Pada tahap ini kepala berat sekali sampai untuk berdiri satu menit pun tidak sanggup dan nafas mulai pendek satu persatu. Pada hari ke-7 juga nafsu makan perlahan-lahan sudah mulai hilang, ujar Agam yang sempat menghubungi rumah sakit.
Sayangnya rumah sakit di kota London sudah sibuk dengan terus bertambahnya penderita yang terjangkit virus corona yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan.
Petugas National Health Service (NHS) di Inggris yang memberikan layanan
Kesehatan secara Nasional sistem perawatan kesehatan di Inggris, saat dihubungi Agam , petugas NHS hanya minta ia melakukan isolasi diri dan untuk mengatasi panas badan ia diminta minum paracetamol.
“Alhamdulillah berkat doa sahabat-sahabat semua hari ini saya sudah mulai menunjukkan gejala sedikit lebih baik dari kemarin tapi yang tertinggal badan rasanya masih lemas bahkan untuk berdiri satu menit saja masih ngos-ngosan,” ujar Agam.
Satgas Covid-19 dari KBRI London pun sempat menghubungi Agam dan memberi dukungan moral.
“Saya dihubungi dan tetap memberikan update dari Satgas Covid-10 KBRI,” ujar Agam yang mengaku dari KBRI menawarkan bantuan baik moril maupun materiil berupa obat-obatan alat-alat sanitasi masker dan lain-lain.
Menurut Agam, Satgas Covid-19 KBRI London juga menawarkan bantuan obat-obatan dokter tersedia bila ingin konsultasi. “Tapi mereka juga punya standar operasional prosedur tidak bisa langsung mendatangi pasien karena untuk keamanan.
Padahal sebelumnya Agam juga sudah sempat menghubungi hotline 111 yang mengatakan bahwa memang tidak ada tes selama dua bulan ini dari pemerintah Inggris. Secara pasti Agam masih tidak tahu apakah ini Covid-19 atau bakteri, tapi kalau dilihat dari gejalanya kurang lebih sama dengan penderita Covid-19. Apalagi sejak 30 tahun lalu Agam tidak pernah sakit baru kali ini ia memderita dan sakit yang luar biasa dihantam tak bangkit dari tempat tidur, ujarnya.
Agam mengaku sebagai key worker sudah menjadi risiko terkena virus Corona apalagi ia bekerja di salah satu Stasiun tersibuk di kota London yang tetap melayani Key worker yang lain. Di Inggris sejak diberlakukan lockdown hanya key worker seperti petugas melayani masyarakat, pegawai di supermarket, apotik dan termasuk pekerja di panti jompo yang hanya boleh tetap bekerja sementara pekerja lain diminta untuk tetap bekerja di rumah. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar