Panut Hadisiswoyo yang tengah menyelesaikan pendidikan di Primate Conservation di Oxford Brookes University, kepada ANTARA, di London, Rabu mengatakan bahwa ia merupakan satu diantara 20 perwakilan universitas se-Inggris yang memperoleh penghargaan berupa Queen's Anniversary Award.
Menurut Vice-Chancellor, Oxford Brooks, Professor Janet Beer, terpilihnya Panut mewakili universitas menerima penghargaan langsung dari Ratu Inggris tidak terlepas dari kontribusinya terhadap program pelestarian primata di Indonesia khususnya orangutan Sumatera.
Panut Hadisiswoyo mengakui bahwa mungkin bagi sebagian orang terdengar sedikit aneh dan sensasional seorang ratu penguasa negara super power sangat tertarik dan berbicara tentang konservasi Primata.
Dikatakannya kepedulian Ratu Inggris ditunjukkan dengan pemberian penghargaan serta berbicara tentang urgensi pelestarian Primata dunia di hadapan 20 perwakilan universitas se-UK.
Menurut Panut, Queen Award merupakan salah satu penghargaan tertinggi dari ratu Inggris atas prestasi cemerlang dan inovatif yang diraih universitas yang memiliki kontribusi penting bagi perkembangan intelektualitas, ekonomi, sosial dan budaya, dan lingkungan.
Primata orangutan Sumatera merupakan species kunci dan memiliki peran penting bagi kelangsungan keanekaragaman hayati Indonesia, yang saat ini terancam punah populasinya karena hancurnya habitat yang disebabkan konversi hutan menjadi perkebunan yang tidak memperhatikan prinsip pelestarian lingkungan.
Dikatakannya penyelematan orangutan Sumatera berarti menyelamatkan species penting lainya dan juga menjaga stabilitas ekosistem yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi jasa ekologi yang tak ternilai harganya bagi kelangsungan kehidupan manusia.
Bermitra dengan SOS UK, sebuah LSM dengan visi penyelamatan orangutan Sumatera yang berbasis di Inggris, Panut dengan gencarnya melaksanakan program konservasi orangutan secara menyeluruh.
Diantaranya program yang dilakukan berupa pendidikan yang berkaitan dengan konservasi hutan untuk memerangi ancaman terhadap degradasi hutan dan populasi orangutan yang diakibatkan oleh perburuan liar, konversi lahan dan yang saat ini sedang marak terjadi di Indonesia "illegal logging".
"Merupakan suatu penghargaan bagi saya untuk dapat memasuki gedung Istana Buckingham untuk bertemu dengan Ratu Inggris secara pribadi dalam pertemuan yang sangat istimewa dan terhormat itu," ujarnya.
Makin yakin
Kepedulian Ratu inggris terhadap pelestarian Primata dunia membuatnya semakin yakin karena dengan profilnya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia, Ratu Elizabeth menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa pelestarian Primata saat ini menjadi iklim politik yang sangat penting.
Diakuinya saat ini hampir seluruh negara di dunia berbicara tentang pelestarian lingkungan untuk mencegah perubahan iklim dunia yang semakin dirasa oleh kita semua seperti adanya proses global warming akibat kehancuran hutan tropis dunia.
Negara mana saat ini yang tidak menempatkan kebijakan pencegahan perubahan iklim sebagai bagian kebijakan politiknya, ujarnya.
"Bila saja sejak dulu kita memberi kesempatan kepada bangsa Primata untuk tetap menjadi 'penjaga' hutan tropis, tentunya saat ini kita tidak perlu repot membicarakan perubahan iklim dan bencana alam besar lainnya," ujarnya.
Dengan memberi ruang bagi Primata untuk tetap hidup di hutan tropis berarti kita tetap menjaga keutuhan hutan tropis itu dan itu berarti kita akan mendapat jaminan kelangsungan keseimbangan iklim dan ekosistem, ujarnya.
"Bila saja seorang ratu penguasa sebuah negeri sudah peduli dengan bangsa primata Indonesia untuk tujuan konservasi alam, bagaimana dengan para penguasa negeri kita," tanyanya.
Diharapkannya dengan pemberian penghargaan ini, akan membawa pesan yang dapat mengugah pemimpin Indonesia untuk lebih peduli terhadap kekayaan sumber daya alam dan kembali manata pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia agar lebih efektif untuk kemakmuran bangsa dan kelangsungan hutan tropis Indonesia.(U-ZG) (T.H-ZG/B/E001/E001) 13-02-2008 17:21:52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar