Oleh Zeynita Gibbons
London 3/5 (Antara) - Layang-layang khas Bali karya I Made Yudha dan I Wayan Duduk, terdiri jenis Jangang, Naga, Pecukan, dan Bebean berbentuk ikan, mewakili Indonesia memeriahkan Festival Cerf Volant di kota Berck-sur-Mer, Prancis.
Karya kedua pelayang dari Bali itu dilengkapi "sendaren", alat berbentuk busur yang menghasilkan suara khas saat tertiup angin, dengan kerangka dari bambu berukuran 3,7 x 2,4 meter.
Menurut Koordinator Pensosbud KBRI Paris Henry Kaitjily, kepada Antara London, Minggu, kehadiran layang-layang ber-sendaren itu mampu mewarnai suasana awal musim panas pada festival yang berlangsung di kota berjarak sekitar 250 kilometer arah utara Prancis tersebut.
Dikatakannya pada festival layang-layang internasional ke-26 tersebut, panitia pelaksana berhasil menghadirkan para pelayang dari beberapa negara, antara lain RRT, India, Malaysia, Korea, Jepang, dan Indonesia yang diwakili dua pelayang dari Bali I Made Yudha dan I Wayan Duduk.
Ketua panitia penyelenggara Gerard Clement mengatakan bahwa pihaknya sengaja mendatangkan para pelayang dari Indonesia karena layang-layang yang ditampilkan memiliki keterkaitan yang kuat dengan seni dan budaya di negaranya.
Saat pengunjung memadati stan Indonesia, I Made Yudha dan I Wayan Duduk menjelaskan mengenai warna layang-layang Bebean yang memiliki makna khusus yaitu putih menandakan kelahiran, merah kehidupan, dan hitam berarti kematian.
Dijelaskan juga bahwa pembuatan layang-layang di Bali pada umumnya berlangsung setelah musim panen padi periode Juli-Oktober. Untuk menarik minat para pengunjung, keduanya juga membawa beberapa handicraft (kerajinan tangan) asal Bali untuk dipromosikan.
Dubes RI Paris, Dr Hotmangaradja Pandjaitan, yang hadir atas undangan Wali Kota Berck Sur Mer, menyampaikan apresiasi kepada pihak pemerintah kota dan panitia yang telah mengundang para pelayang Indonesia dan pada tahun berikutnya akan menjajagi partisipasi yang lebih banyak dari para pelayang daerah lain di Indonesia.
Hotmangaradja yang dikenal gigih dengan program "Menghadirkan Indonesia di Prancis" akan mengupayakan agar layang-layang Indonesia dapat tampil secara maksimal tidak saja pada festival di kota Berck Sur Mer tetapi juga dalam ajang festival layang-layang internasional terbesar di Eropa yang akan dilaksanakan pada Mei 2016 di kota Dieppe, Prancis.
Menurut Wali Kota Berck Sur Mer, Bruno Cousein, kegiatan internasional ini diperkirakan dihadiri oleh sekitar 750.000 pengunjung dari berbagai wilayah di Prancis termasuk wisatawan dari Eropa Barat. Khusus untuk tahun ini para peserta dari berbagai negara termasuk Indonesia diminta untuk memperagakan teknik pembuatan layang-layang.
Festival layang-layang yang berlangsung dari tanggal 18 hingga 26 April lalu itu juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti pameran, pelatihan membuat layang-layang, dan pelatihan koreografi layang-layang.
Gerard Clement juga menginformasikan kepada Dubes RI ketertarikan pihak penyelenggara untuk menghadirkan layang-layang daun yang dibuat oleh para pelayang di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Menurut catatan dari situs gua yang ada di kota Muna, layang-layang telah dimainkan oleh masyarakat Muna sekitar 4.000 tahun yang lalu dan keunikannya layang-layang daun dibuat dari daun Kelope dan saat ini hanya beberapa orang di Kabupaten Muna yang dapat membuat jenis layang-layang ini.
Berbagai jenis layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia yang semakin diminati oleh masyarakat di Prancis, kiranya perlu mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah termasuk Yayasan Masyarakat Layang-Layang Indonesia (YMLI) agar lebih banyak karya anak bangsa dapat tampil menghiasi langit Eropa.
Ber-diplomasi tidak selalu harus lewat kata-kata tetapi juga karya buah tangan para pelayang Indonesia mempromosikan Tanah Air di mancanegara khususnya Prancis yang setiap tahun didatangi oleh sekitar 85 juta turis mancanegara, demikian Henry Kaitjily. ***4***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 03-05-2015 14:58:52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar