PENGAMAT NILAI POLEMIK DUBES OSAMA DAN SIRADJ DAPAT DIAKHIRI
Zeynita Gibbons
Jakarta, 7/12 (Antara) - Pengamat masalah internasional Yasmi Adriansyah Phd mengakui polemik pernyataan Dubes Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi terkait Reuni 212, yang berujung pada permintaan Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj agar Dubes Osama dipulangkan ke negaranya, dapat diakhiri dalam ishlah atau damai.
Hal itu disampaikan Dosen Hubungan Internasional Universitas Al Azhar Indonesia, Yasmi Adriansyah Phd kepada Antara, Jumat, sehubungan dengan pernyataan Dubes Saudi Arabia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi terkait kegiatan Reuni 212.
Menurut mantan diplomat ini, ketidaknyamanan sahabat-sahabat dari NU dapat dipahami. Pernyataan di akun twitter Dubes Osama bisa jadi ada mispersepsi dari sang Dubes terhadap pelaku dari pembakaran bendera berisikan kalimat Tauhid.
Guna mengklarifikasi mispersepsi tersebut, tidak ada salahnya dilakukan pertemuan, formal maupun informal, antara Dubes Osama dan pimpinan NU sebagai ikhtiar tabayyun atas apa yang dimaksud dalam pesan di lini masa Dubes Osama.
Yasmi Adriansyah yang pernah belajar "diplomatic studies class" di Oxford University mengatakan, secara praktik diplomasi banyak hal dapat diselesaikan ketika dilakukan pertemuan secara langsung, tidak melalui ranah media massa dan apalagi jalur sosial media.
Di sisi lain, ujar peraih PhD Program di International Relations Class di Australkan National University ini, selaku umat Muslim di Indonesia perlu juga melakukan introspeksi terkait kasus pembakaran bendera Tauhid.
"Tentu kita amat menghargai kebesaran jiwa pihak Banser dan juga pimpinan NU meminta maaf tatkala kasus pembakaran bendera merebak," ucapnya.
Namun, bisa jadi permintaan maaf ini belum sampai kepada pihak yang sebenarnya juga terlukai dengan kasus tersebut, ujar Yasmi Adriansyah.
Ia menambahkan jika diamati pernyataan dari berbagai tokoh dunia, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, banyak warga Muslim dunia menyesalkan kasus yang terjadi di Indonesia ini.
Arab Saudi bisa jadi adalah salah satu negara yang merasa terlukai. Karena negara ini jelas-jelas meletakkan kalimat Tauhid di dalam benderanya.
"Saya menduga, pernyataan Dubes Osama adalah luapan sesaat apresiasi atas ditinggikannya kembali kalimat Tauhid melalui pengibaran bendera yang masif dalam Reuni 212, 2 Desember lalu," ujarnya.
Terkait seruan agar Dubes Osama dipulangkan, Yasmi Adriansyah mengatakan sebaiknya Pemerintah RI dan berbagai pihak terkait di Indonesia menimbang dengan jernih serta memperhatikan dimensi yang lebih luas.
Tidak saja berdampak pada hubungan RI dan Arab Saudi yang selama ini terbilang solid, hal ini juga berdampak pada hubungan emosional antara kaum muslimin di Indonesia dengan negeri yang menjaga dua kota suci umat Islam dunia, Mekkah dan Madinah.**2*** (ZG)
(T.H-ZG/B/C. Hamdani/C. Hamdani) 07-12-2018 08:30:10
Zeynita Gibbons
Jakarta, 7/12 (Antara) - Pengamat masalah internasional Yasmi Adriansyah Phd mengakui polemik pernyataan Dubes Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi terkait Reuni 212, yang berujung pada permintaan Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj agar Dubes Osama dipulangkan ke negaranya, dapat diakhiri dalam ishlah atau damai.
Hal itu disampaikan Dosen Hubungan Internasional Universitas Al Azhar Indonesia, Yasmi Adriansyah Phd kepada Antara, Jumat, sehubungan dengan pernyataan Dubes Saudi Arabia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi terkait kegiatan Reuni 212.
Menurut mantan diplomat ini, ketidaknyamanan sahabat-sahabat dari NU dapat dipahami. Pernyataan di akun twitter Dubes Osama bisa jadi ada mispersepsi dari sang Dubes terhadap pelaku dari pembakaran bendera berisikan kalimat Tauhid.
Guna mengklarifikasi mispersepsi tersebut, tidak ada salahnya dilakukan pertemuan, formal maupun informal, antara Dubes Osama dan pimpinan NU sebagai ikhtiar tabayyun atas apa yang dimaksud dalam pesan di lini masa Dubes Osama.
Yasmi Adriansyah yang pernah belajar "diplomatic studies class" di Oxford University mengatakan, secara praktik diplomasi banyak hal dapat diselesaikan ketika dilakukan pertemuan secara langsung, tidak melalui ranah media massa dan apalagi jalur sosial media.
Di sisi lain, ujar peraih PhD Program di International Relations Class di Australkan National University ini, selaku umat Muslim di Indonesia perlu juga melakukan introspeksi terkait kasus pembakaran bendera Tauhid.
"Tentu kita amat menghargai kebesaran jiwa pihak Banser dan juga pimpinan NU meminta maaf tatkala kasus pembakaran bendera merebak," ucapnya.
Namun, bisa jadi permintaan maaf ini belum sampai kepada pihak yang sebenarnya juga terlukai dengan kasus tersebut, ujar Yasmi Adriansyah.
Ia menambahkan jika diamati pernyataan dari berbagai tokoh dunia, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, banyak warga Muslim dunia menyesalkan kasus yang terjadi di Indonesia ini.
Arab Saudi bisa jadi adalah salah satu negara yang merasa terlukai. Karena negara ini jelas-jelas meletakkan kalimat Tauhid di dalam benderanya.
"Saya menduga, pernyataan Dubes Osama adalah luapan sesaat apresiasi atas ditinggikannya kembali kalimat Tauhid melalui pengibaran bendera yang masif dalam Reuni 212, 2 Desember lalu," ujarnya.
Terkait seruan agar Dubes Osama dipulangkan, Yasmi Adriansyah mengatakan sebaiknya Pemerintah RI dan berbagai pihak terkait di Indonesia menimbang dengan jernih serta memperhatikan dimensi yang lebih luas.
Tidak saja berdampak pada hubungan RI dan Arab Saudi yang selama ini terbilang solid, hal ini juga berdampak pada hubungan emosional antara kaum muslimin di Indonesia dengan negeri yang menjaga dua kota suci umat Islam dunia, Mekkah dan Madinah.**2*** (ZG)
(T.H-ZG/B/C. Hamdani/C. Hamdani) 07-12-2018 08:30:10
Sent from Yahoo Mail for iPhone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar