OYAN SAFARI PROMOSI PULAU KOMODO-LABUANBAJO KE EROPA
Oleh Zeynita Gibbons
London, 8/2 (Antara) - Cuaca ekstrem dingin hingga minus 20 derajat Celsius, bahkan salju menerjang, tidak menghambat Oyan Kristian melakukan safari promosi objek wisata Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo dan Labuanbajo, ke berbagai negara di Eropa.
Pulau Komodo dan Labuanbajo kian populer di kalangan wisatawan mancanegara, khususnya Eropa, sebagai salah satu tujuan berwisata.
"Saya datang ke Eropa memang khusus mempromosikan destinasi NTT," ujarnya kepada Antara London, Jumat.
Sebagai Manager NTT Destination Management Company (DMC) Flores Komodo Tours, Oyan Kristian, yang meraih gelar Sarjana Teknik Pertambangan di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta itu, sejak tahun lalu melakukan safari ke berbagai negara di Eropa.
Ia mempromosikan objek wisata tidak saja NTT, akan tetapi juga destinasi lainnya di Indonesia.
Ia mendirikan perusahaan NTT DCM Flores Komodo Tour dengan inspirasi yang kuat untuk menjadi pemain langsung dan sebagai orang asli Flores yang berspesialisasi menjelajahi Pulau Flores dan Taman Nasional Komodo serta Sumba.
"Saya pribadi seorang pengembara di waktu senggang mengunjungi banyak tujuan wisata di Indonesia dan dunia, merasakan kebutuhan untuk mengakomodasi keinginan wisatawan lain menghabiskan waktu luang di Pulau Flores, Taman Nasional Komodo, dan Pulau Sumba," katanya.
Untuk itu, ia mendirikan biro pariwisata yang dijalankan oleh orang asli Flores dan Sumba, yang melayani dengan standar pariwisata sangat baik.
"Saya tidak lagi bekerja di perusahaan tambang dan sekarang waktu saya total untuk pariwisata," ujarnya.
Sebelum pameran pariwisata WTM di London, November tahun lalu dilanjutkan pameran Vakantiebeurs digelar awal Januari di Uthrect Belanda, pameran pariwisata Matka Nordic Travel Fair di Helsinki-Finlandia, dan Fitur Madrid-Spanyol sampai Riga, Latvia, pameran pariwisata Baltic Tour, Riga awal Februari, Oyan tidak henti-hentinya mempromosikan objek wisata tanah kelahirannya.
Insinyur tambang bawah tanah yang pernah bekerja di PT Freeport Indonesia itu, usai pameran di Riga Latvia ikut mempromosikan objek wisata NTT di Brusel Holiday Fair yang tengah berlangsung di Belgia sejak 7 hingga 10 Februari. Hal itu, kemudian dilanjutkan promosi BIT Milano, Milan-Italia, dan di Herning Kopenhagen, Denmark.
Safari dilakukan hampir selama lima bulan ia berada di Eropa, untuk mempromosikan Pulau Komodo, Flores, dan Sumba meskipun sempat kembali ke Tanah Air untuk merayakan Natal.
"Berkesan, ada banyak yang suka dan berminat tentang destinasi ditawarkan," ujar Oyan.
Pengalaman menarik saat musim dingin, khususnya saat salju menerjang Eropa pada pameran pariwisata di Riga, Latvia, membuat dia merasa kangen makanan Indonesia dan suasana panas di Tanah Air.
Menurut Oyan, pengalamannya di pameran pariwisata Baltic Tour, Riga prospeknya sangat bagus. Banyak yang sudah pernah ke Bali dan mereka ingin kembali ke Bali serta mendatangi destinasi lainnya, selain Bali.
Selain wisatawan mancanegara liburan ke Bali, kata dia, objek wisata Komodo di Pulau Flores juga berhasil menarik perhatian masyarakat Eropa.
Oyan Kristian mengaku banyak mendapat pertanyaan mengenai berbagai objek yang ditawarkannya.
Diakuinya bahwa dalam menjual berbagai objek wisata di NTT, Pulau Komodo, serta Labuanbajo ke berbagai negara di Eropa seperti di Fitur Spanyol, dibutuhkan "seller" yang fasih berbahasa Spanyol dan sekaligus pemandu wisata yang bisa menjelaskan dengan baik tentang objek wisata yang ditawarkan.
Begitu pun di negara Eropa lainnya yang bukan berbahasa Inggris, seperti di Kopenhagen dan di Brusel, serta di ITB Berlin yang berbahasa Jerman.
Dalam berbagai kesempatan, Oyan Kristian juga melakukan penjajakan dengan pihak universitas guna menawarkan mahasiswa magang perusahaan dalam upaya mengoptimalkan pelayanan kepada calon wisatawan dari berbagai negara.
Diakuinya bahwa tidak mudah menawarkan objek wisata di NTT. Untuk itu, ia memadukan dengan Bali sebagai objek turistik.
"Banyak yang sudah tahu Komodo dan juga suka serta ingin langsung bisa melihat binatang langka yang hanya ada di Indonesia, khususnya di Pulau Komodo," ujar Oyan.
Namun, ada hal yang mengganjal dalam hatinya dengan adanya berita yang mengatakan bahwa pemerintah akan menutup total Komodo National Park serta akan dinaikkannya harga tiket.
Ia berharap dengan promosinya ke berbagai pameran di Eropa itu, membuat pemerintah tidak menutup total Taman Nasional Pulau Komodo sehingga tamu tetap bisa datang ke destinasi yang ditawarkan.
Ia juga berharap, tiket masuk tidak dinaikkan secara drastis.
Oyan pun mengakui bahwa promosi yang mulai dilakukannya di berbagai negara di Eropa itu tidak sia-sia.
Prioritas
Berbagai pameran pariwiata di berbagai negara di Eropa, sudah menjadi prioritas Kementerian Pariwisata bersama Perwakilan Indonesia di Eropa untuk mengikutinya.
Hal itu diakui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya kepada Antara London, baru-baru ini, bahwa masyarakat di berbagai negara di Eropa mencari informasi untuk liburan pada musim panas mendatang.
Hal itu bisa dimaklumi karena masyarakat Eropa keranjingan berwisata. Mereka biasanya sudah merencanakan sejak jauh hari.
Oleh karena itu, Kemenpar pada awal tahun mengikuti pameran pariwisata yang diadakan berbagai negara di Eropa.
Selain ikut dalam Fitur, katanya, Indonesia juga hadir untuk berpromosi di Belanda, Luksemburg, Austria, Finlandia, dan Jerman.
Pada Maret mendatang, Kemenpar mengikuti pameran pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, yang biasanya sebelumnya dilakukan "sales mission", seperti di Munich dan negara lainnya.
"Saya berharap bisa ikut dalam 'sales mission' dan juga ITB Berlin, Jerman," ujar Oyan yang juga anggota Perhimpunan Pemandu Tur Indonesia dan Asosiasi Agen Perjalanan dan Wisata Indonesia itu.
Dalam setiap perjalanan promosi, Oyon mengaku harus merogoh kocek untuk biaya tiket dan akomodasi. Bahkan, ia pun harus mencetak brosur sendiri.
"Diharapkan adanya bantuan dari Pemerintah Daerah NTT," ucapnya.
Ia mengatakan biasanya Kemenpar memfasilitasi "venue" yang artinya mereka mendaftarkan dirinya ke berbagai pameran pariwisata.
Kesempatan itu memberi peluang untuk melakukan pembangunan jejaring.
Banyaknya calon wisatawan yang bertanya dan ingin mendapatkan brosur, membuat dirinya cukup kewalahan melayani mereka.
"Jadinya saya catat manual email dan nomor Whatsapp mereka di notebook saya untuk nanti bisa saya 'follow up' lebih lanjut," ucapnya.
Animo masyarakat Eropa untuk berlibur ke Indonesia, disebutnya, sebagai sangat besar akan tetapi informasi yang mereka peroleh relatif terbatas.
Selama mengikuti pameran, Oyan bertemu dengan para pengurus asosiasi operator wisata untuk membicarakan peluang menjual pariwisata Indonesia.
"Ada beberapa 'travel agency' yang sudah pernah datang ke Flores dan mereka ingin datang lagi," ujarnya.
Sebenarnya, banyak yang sudah tahu tentang Indonesia, tetapi belum berani melalukan perjalanan ke Indonesia karena umumnya masyarakat di Eropa, khususnya Latvia atau di wilayah Nordic, bukanlah tipe turis yang jalan tanpa rencana.
"Mereka maunya semua sudah di-'arrange' dan umumnya lama tinggal cukup panjang," demikian Oyan Kristian.
Cukup tingginya minat wisman dari Eropa berkunjung ke berbagai objek wisata menarik di Indonesia sudah pasti menjadi peluang berharga untuk direspons dengan serius, terutama pemerintah dan para pelaku pariwisata di Tanah Air.
Target kunjungan wisman tahun ini yang dipatok pemerintah berjumlah 20 juta orang, sebagai tantangan menarik dalam merealiasikannya. Hal itu, demi kemajuan pariwisata Indonesia dan kesejahteraan masyarakat melalui sektor itu. ***1*** (ZG).
(T.H-ZG/B/M.H. Atmoko/M.H. Atmoko) 08-02-2019 15:55:43
London, 8/2 (Antara) - Cuaca ekstrem dingin hingga minus 20 derajat Celsius, bahkan salju menerjang, tidak menghambat Oyan Kristian melakukan safari promosi objek wisata Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo dan Labuanbajo, ke berbagai negara di Eropa.
Pulau Komodo dan Labuanbajo kian populer di kalangan wisatawan mancanegara, khususnya Eropa, sebagai salah satu tujuan berwisata.
"Saya datang ke Eropa memang khusus mempromosikan destinasi NTT," ujarnya kepada Antara London, Jumat.
Sebagai Manager NTT Destination Management Company (DMC) Flores Komodo Tours, Oyan Kristian, yang meraih gelar Sarjana Teknik Pertambangan di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta itu, sejak tahun lalu melakukan safari ke berbagai negara di Eropa.
Ia mempromosikan objek wisata tidak saja NTT, akan tetapi juga destinasi lainnya di Indonesia.
Ia mendirikan perusahaan NTT DCM Flores Komodo Tour dengan inspirasi yang kuat untuk menjadi pemain langsung dan sebagai orang asli Flores yang berspesialisasi menjelajahi Pulau Flores dan Taman Nasional Komodo serta Sumba.
"Saya pribadi seorang pengembara di waktu senggang mengunjungi banyak tujuan wisata di Indonesia dan dunia, merasakan kebutuhan untuk mengakomodasi keinginan wisatawan lain menghabiskan waktu luang di Pulau Flores, Taman Nasional Komodo, dan Pulau Sumba," katanya.
Untuk itu, ia mendirikan biro pariwisata yang dijalankan oleh orang asli Flores dan Sumba, yang melayani dengan standar pariwisata sangat baik.
"Saya tidak lagi bekerja di perusahaan tambang dan sekarang waktu saya total untuk pariwisata," ujarnya.
Sebelum pameran pariwisata WTM di London, November tahun lalu dilanjutkan pameran Vakantiebeurs digelar awal Januari di Uthrect Belanda, pameran pariwisata Matka Nordic Travel Fair di Helsinki-Finlandia, dan Fitur Madrid-Spanyol sampai Riga, Latvia, pameran pariwisata Baltic Tour, Riga awal Februari, Oyan tidak henti-hentinya mempromosikan objek wisata tanah kelahirannya.
Insinyur tambang bawah tanah yang pernah bekerja di PT Freeport Indonesia itu, usai pameran di Riga Latvia ikut mempromosikan objek wisata NTT di Brusel Holiday Fair yang tengah berlangsung di Belgia sejak 7 hingga 10 Februari. Hal itu, kemudian dilanjutkan promosi BIT Milano, Milan-Italia, dan di Herning Kopenhagen, Denmark.
Safari dilakukan hampir selama lima bulan ia berada di Eropa, untuk mempromosikan Pulau Komodo, Flores, dan Sumba meskipun sempat kembali ke Tanah Air untuk merayakan Natal.
"Berkesan, ada banyak yang suka dan berminat tentang destinasi ditawarkan," ujar Oyan.
Pengalaman menarik saat musim dingin, khususnya saat salju menerjang Eropa pada pameran pariwisata di Riga, Latvia, membuat dia merasa kangen makanan Indonesia dan suasana panas di Tanah Air.
Menurut Oyan, pengalamannya di pameran pariwisata Baltic Tour, Riga prospeknya sangat bagus. Banyak yang sudah pernah ke Bali dan mereka ingin kembali ke Bali serta mendatangi destinasi lainnya, selain Bali.
Selain wisatawan mancanegara liburan ke Bali, kata dia, objek wisata Komodo di Pulau Flores juga berhasil menarik perhatian masyarakat Eropa.
Oyan Kristian mengaku banyak mendapat pertanyaan mengenai berbagai objek yang ditawarkannya.
Diakuinya bahwa dalam menjual berbagai objek wisata di NTT, Pulau Komodo, serta Labuanbajo ke berbagai negara di Eropa seperti di Fitur Spanyol, dibutuhkan "seller" yang fasih berbahasa Spanyol dan sekaligus pemandu wisata yang bisa menjelaskan dengan baik tentang objek wisata yang ditawarkan.
Begitu pun di negara Eropa lainnya yang bukan berbahasa Inggris, seperti di Kopenhagen dan di Brusel, serta di ITB Berlin yang berbahasa Jerman.
Dalam berbagai kesempatan, Oyan Kristian juga melakukan penjajakan dengan pihak universitas guna menawarkan mahasiswa magang perusahaan dalam upaya mengoptimalkan pelayanan kepada calon wisatawan dari berbagai negara.
Diakuinya bahwa tidak mudah menawarkan objek wisata di NTT. Untuk itu, ia memadukan dengan Bali sebagai objek turistik.
"Banyak yang sudah tahu Komodo dan juga suka serta ingin langsung bisa melihat binatang langka yang hanya ada di Indonesia, khususnya di Pulau Komodo," ujar Oyan.
Namun, ada hal yang mengganjal dalam hatinya dengan adanya berita yang mengatakan bahwa pemerintah akan menutup total Komodo National Park serta akan dinaikkannya harga tiket.
Ia berharap dengan promosinya ke berbagai pameran di Eropa itu, membuat pemerintah tidak menutup total Taman Nasional Pulau Komodo sehingga tamu tetap bisa datang ke destinasi yang ditawarkan.
Ia juga berharap, tiket masuk tidak dinaikkan secara drastis.
Oyan pun mengakui bahwa promosi yang mulai dilakukannya di berbagai negara di Eropa itu tidak sia-sia.
Prioritas
Berbagai pameran pariwiata di berbagai negara di Eropa, sudah menjadi prioritas Kementerian Pariwisata bersama Perwakilan Indonesia di Eropa untuk mengikutinya.
Hal itu diakui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya kepada Antara London, baru-baru ini, bahwa masyarakat di berbagai negara di Eropa mencari informasi untuk liburan pada musim panas mendatang.
Hal itu bisa dimaklumi karena masyarakat Eropa keranjingan berwisata. Mereka biasanya sudah merencanakan sejak jauh hari.
Oleh karena itu, Kemenpar pada awal tahun mengikuti pameran pariwisata yang diadakan berbagai negara di Eropa.
Selain ikut dalam Fitur, katanya, Indonesia juga hadir untuk berpromosi di Belanda, Luksemburg, Austria, Finlandia, dan Jerman.
Pada Maret mendatang, Kemenpar mengikuti pameran pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, yang biasanya sebelumnya dilakukan "sales mission", seperti di Munich dan negara lainnya.
"Saya berharap bisa ikut dalam 'sales mission' dan juga ITB Berlin, Jerman," ujar Oyan yang juga anggota Perhimpunan Pemandu Tur Indonesia dan Asosiasi Agen Perjalanan dan Wisata Indonesia itu.
Dalam setiap perjalanan promosi, Oyon mengaku harus merogoh kocek untuk biaya tiket dan akomodasi. Bahkan, ia pun harus mencetak brosur sendiri.
"Diharapkan adanya bantuan dari Pemerintah Daerah NTT," ucapnya.
Ia mengatakan biasanya Kemenpar memfasilitasi "venue" yang artinya mereka mendaftarkan dirinya ke berbagai pameran pariwisata.
Kesempatan itu memberi peluang untuk melakukan pembangunan jejaring.
Banyaknya calon wisatawan yang bertanya dan ingin mendapatkan brosur, membuat dirinya cukup kewalahan melayani mereka.
"Jadinya saya catat manual email dan nomor Whatsapp mereka di notebook saya untuk nanti bisa saya 'follow up' lebih lanjut," ucapnya.
Animo masyarakat Eropa untuk berlibur ke Indonesia, disebutnya, sebagai sangat besar akan tetapi informasi yang mereka peroleh relatif terbatas.
Selama mengikuti pameran, Oyan bertemu dengan para pengurus asosiasi operator wisata untuk membicarakan peluang menjual pariwisata Indonesia.
"Ada beberapa 'travel agency' yang sudah pernah datang ke Flores dan mereka ingin datang lagi," ujarnya.
Sebenarnya, banyak yang sudah tahu tentang Indonesia, tetapi belum berani melalukan perjalanan ke Indonesia karena umumnya masyarakat di Eropa, khususnya Latvia atau di wilayah Nordic, bukanlah tipe turis yang jalan tanpa rencana.
"Mereka maunya semua sudah di-'arrange' dan umumnya lama tinggal cukup panjang," demikian Oyan Kristian.
Cukup tingginya minat wisman dari Eropa berkunjung ke berbagai objek wisata menarik di Indonesia sudah pasti menjadi peluang berharga untuk direspons dengan serius, terutama pemerintah dan para pelaku pariwisata di Tanah Air.
Target kunjungan wisman tahun ini yang dipatok pemerintah berjumlah 20 juta orang, sebagai tantangan menarik dalam merealiasikannya. Hal itu, demi kemajuan pariwisata Indonesia dan kesejahteraan masyarakat melalui sektor itu. ***1*** (ZG).
(T.H-ZG/B/M.H. Atmoko/M.H. Atmoko) 08-02-2019 15:55:43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar