Minggu, 11 Mei 2014

BREMEN


PESONA BATIK INDONESIA DI BREMEN JERMAN

          London, 7/5 (Antara) - Pameran Batik Indonesia dengan tema "Batik Alte Tradition aus Indonesien" atau "Batik Tradisi Lama dari Indonesia" milik pribadi dari dua  kolektor berkebangsaan Jerman,  Annegret Haake dan Rudolf Smend dipamerkan di Musem Istana Schönebeck, Bremen, Jerman.

         Pameran yang diselenggarakan "Ikatan Heimat- und Museumsverein für Vegesack und Umgebung"  berlangsung selama enam minggu, hingga 15 Juni mendatang menampilkan berbagai jenis kain batik pilihan yang berasal dari  seluruh daerah di Indonesia,  demikian Konsul Penerangan, Sosial, dan Budaya Konsulat Jenderal RI Hamburg, Indri Rasad kepada Antara London, Rabu.

         Sekitar 70 jenis kain batik pilihan dari berbagai daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Lasem, Semarang, Cirebon, yang  diproduksi antara tahun 1930 - 1960 dipajang secari apik di ruang pameran yang berlokasi di lantai pertama Gedung Musem Schloss Schönebeck, Bremen.  

    Selain kain batik, juga dipajang berbagai foto tentang kehidupan Keraton Jawa serta sejumlah ornamen berupa puluhan koleksi wayang kulit yang menggambarkan berbagai tokoh Mahabrata dalam budaya pewayangan Jawa, mulai dari Arjuna hingga Yudistira.  

     Annegret Haake pakar batik Indonesia berkebangsaan Jerman, tinggal di Kronberg (dekat Frankfurt), yang sejak tahun 1970 menekuni batik Indonesia dan telah menulis beberapa buku, di antaranya "Javanische Batik : Methode ¿ Symbolik - Geschichte".    

    Sedangkan Rudolf Smend adalah seorang kolektor khusus batik yang sejak tahun 1970 mengoleksi berbagai jenis batik Indonesia, terutama batik yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali.    

    Pemilik "Galerie Smend" yang berlokasi kota Koeln, Jerman juga  menulis berbagai buku mengenai Batik Indonesia, salah satunya berjudul : "The Rudolf G. Smend Collection : BATIK  75 Selected Masterpieces."  

    Acara pembukaan dihadiri sekitar 70 tamu undangan, antara lain terdiri dari pelaku usaha di bidang industri tekstil, pencinta seni, Friends of Indonesia, dan masyarakat setempat yang menaruh minat terhadap seni batik Indonesia.   

    Dalam sambutannya, Annegret Haake dan Rudolf Smend menyampaikan mengenai riwayat pesiar (excursion) pertamanya menjelajahi Benua Australia dan Asia hingga akhirnya tiba di Indonesia tahun 1970-an, awal ketertarikan terhadap batik Indonesia yang memiliki nilai seni dan daya pikat yang luar biasa.  

    Ibu Haake menyampaikan bahwa kecintaannya terhadap batik berawal dari perkenalannya dengan keluarga Winotosastro di Yogyakarta.

         Sebagai pecinta tekstil dirinya jatuh cinta pada batik karena melihat begitu banyak terdapat motif simetris pada batik traditional tersebut, dan sejak saat itu dirinya mulai mendalami dan menekuni batik.    

    Menurut Annegret Haake, keindahan batik dapat diihat melalui jiwa atau filosofisnya, yaitu keindahan yang diperoleh karena bentuk motif dan susunan arti lambang ornamen-ornamennya.    

    Hal senada juga disampaikan  Rudolf Smend bahwa Batik Indonesia merupakan salah satu yang tertua di dunia dan memiliki ciri khas sangat khusus yang tidak dapat ditiru atau dibandingkan dengan negara lain.

         Batik Indonesia dengan aneka warna dan motifnya sarat dengan makna. Setiap garis dan gambar batik Indonesia memiliki arti dan falsafah, dan pemakainnya pun ada aturannya, ujar Smend.

         Sementara itu Konjen RI di Hamburg, M. Estella Anwar, menyampaikan penghargaan  kepada pihak penyelenggara, Ibu Annegret Haake, dan Rudolf Smend  berinisiatif menyelenggarakan pameran dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kepada masyarakat Jerman, khususnya Bremen.    

    Konjen M. Estella Anwar, mengemukakan  sejak mendapatkan pengakuan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO Musem Schloss Schönebeck ¿ Bremen pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik semakin bergaung di dalam maupun di luar negeri.    

    Berbagai upaya untuk lebih menduniakan batik terus dilakukan,  termasuk oleh KJRI Hamburg  yang  menyelenggarakan beberapa kali pameran Batik, baik dalam skala besar maupun kecil, dan salah satunya juga melibatkan peran aktif Ibu Annegrete Haake.

         Melalui pameran ini diharapkan pengetahuan dan kecintaan  masyarakat Jerman terhadap batik yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia semakin meningkat, ujar M. Estella Anwar Bey

    Walaupun usianya  menginjak 80 tahun, namun Ibu Haake nampak gesit menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan pengunjung. Dengan penuh semangat Ia  menjelaskan mengenai sejarah, detail-detail pengelompokan pola batik, serta nama-nama daerah darimana koleksi batiknya berasal.  

    Para pengunjung nampak  tertarik dengan penjelasan yang disampaikan Ibu Haake dan menyatakan sangat terpesona atas keindahan corak, keeksotisan, dan kualitas batik Indonesia.

         Konjen RI menyampaikan kekagumannya bukan hanya terhadap koleksi kain batik yang dipamerkan, namun terlebih pada keahlian kedua kolektor berkebangsaan Jerman yang  mencintai dan tekun mendalami. ***3***(ZG
(T.H-ZG/B/Z. Abdullah/Z. Abdullah) 07-05-2014 18:03:

Tidak ada komentar: