Oleh Zeynita Gibbons
Colchester, 27/4 (Antara)- Sebuah naskah kuno menunjukkan bahwa selain kaum sufi, ada golongan lain yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, demikian menurut peneliti dan dosen Bahasa Arab UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Siti Aisyah.
"Berdasarkan karakteristik (naskah), tafsir ini tidak bernuansa sufistik walaupun aliran sufi sedang berkembang di nusantara. Hal ini menggiring pada suatu kesimpulan bahwa selain kaum sufi ada golongan lain yang menyebarkan Islam di Nusantara," ujar Aisyah dalam diskusi dengan para pelajar Indonesia yang tergabung dalam PPI Essex yang diadakan di kampus Universitas Essex, Colchester.
Seperti yang diceritakan kembali oleh pengurus PPI Essex Yuslenita Muda kepada Antara London, Senin, pada sesi pertama Siti Aisyah menyampaikan materi dengan judul "A Philological Study of the Oldest Known Quranic Exegesis of the Malay World" yang berisi informasi tentang keberadaan naskah kuno yang hanya berisi tafsir surat Al-Kahfi.
Naskah tafsir Alquran Melayu tertua itu merupakan milik Thomas Erphenius atau Thomas Van Erve (1584-1624), seorang profesor dari Leiden University, Belanda.
Sepeninggal Thomas Erphenius, beberapa koleksi termasuk tafsir tersebut menjadi koleksi Cambridge University.
Dalam pemeriksaan terhadap naskah, salah satu "watermark" (penanda) dalam naskah itu merupakan simbol dari unicornwhole yang menunjukkan bahwa kertas itu diproduksi di Eropa pada tahun 1594.
Diduga bahwa naskah tersebut ditulis antara tahun 1594 hingga tahun 1624 atau antara tahun produksi kertas dan tahun dimana Erphenius meninggal dunia atau pada akhir abad 16 atau awal abad 17.
Akan tetapi hal ini masih menimbulkan pertanyaan karena naskah yang ada itu adalah naskah salinan dari naskah aslinya dan bukan naskah asli.
Sedangkan mengenai penulis naskah, hingga saat ini masih menjadi misteri karena belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Pieter Williensz Van Elbinck sebagai penulis naskah sebagaimana disebutkan dalam hasil penelitian sebelumnya.
Hal itu antara lain dilihat dari karakteristik tulisannya yang jauh berbeda dengan tulisan Elbinck lainnya.
Aisyah menyebutkan naskah itu disalin saat berkembangnya tradisi tulis dan giatnya kegiatan penerjemahan di nusantara.
Berdasarkan karakteristiknya, tafsir itu tidak bernuansa sufistik walaupun aliran sufi sedang berkembang di nusantara saat itu.
Hal itu kemudian menggiring pada suatu kesimpulan bahwa selain kaum sufi ada komunitas Islam lain yang berkembang di nusantara.
Siti Aisyah kembali memaparkan temuan penting tentang naskah kuno lainnya yang baru ditemukan sendiri olehnya bersama Mahyudin Syukri, M.Ag pada tahun 2008.
Naskah itu merupakan koleksi karangan dan tulisan Engku Bahaloedin (1905-1983), seorang guru agama dan pedagang yang berasal dari Kampar, salah satu kabupaten yang ada di Riau.
Tajuk kedua itu cukup menyita perhatian peserta karena merupakan temuan baru dan diberi judul "Religious and Commercial Networks in the Early 20th: Interpreting a Unique Quadrilingual Manuscript".
Koleksi naskah yang ditemukan tersebut terdiri dari Urdu Basic yang menggunakan bahasa Urdu, Tajwid menggunakan bahasa Arab, Malay grammar ditulis dalam bahasa Arab dan Hikayat Hadharat Imam Syafii yang ditulis dalam empat bahasa, yakni Arab, Melayu, Urdu Dasar dan Tamil.
Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa Kampar yang selama ini tidak banyak disebut dalam sejarah ternyata juga memiliki peran penting dalam jaringan agama dan perdagangan pada awal abad 20.
Hal itu nampak dari keterlibatan penulisnya yang berhubungan dengan para pedagang dari Arab, pedagang dari Nusantara dan pedagang dari India, baik India Utara maupun India Selatan dengan wilayah perjalanan meliputi Penang, Tamil Nadu, Colombo dan India Utara, demikian Siti Aisyah. (ZG)
(T.H-ZG/B/A. Novarina/A. Novarina) 27-04-2015 16:29:59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar