ANTARA) -
Sri Astari Rasjid memandang Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara sebagai tanah budaya di Eropa Timur. Tidak heran, saat menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di Sofia, ia menjalankan "Diplomasi Budaya untuk Mendorong Perdamaian dan Harmoni" sebagai misi strategisnya.
Di akhir masa tugasnya sebagai Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Bulgaria merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia Utara, Sri Astari Rasjid meluncurkan buku "Art of Diplomacy". Buku ini berisi perjalanan kehidupan profesional dan pribadinya sampai ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Sofia di Bulgaria dan prestasinya saat menjabat.
Dalam buku "Art of Diplomacy", Dubes Sri Astari Rasjid menceritakan keberhasilan Diplomasi Budaya yang dilakukan oleh KBRI Sofia di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara selama periode 2016-2020.
Buku yang diterbitkan dalam tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris dan Bulgaria, ini juga memuat foto-foto kegiatan Duta Besar Astari saat menjalani diplomasi di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara, serta foto karya seninya.
Sri Astari Rasjid adalah seorang seniman Duta Besar, itulah mengapa bukunya berjudul "Art of Diplomacy”, Sri Astari menceritakan bagaimana menjalankan diplomasi secara artistik.
“Saya selalu memberikan yang terbaik, baik sebagai seorang seniman maupun Dubes,” ujar Dubes Astari kepada Antara London, Sabtu.
Dikatakannya Diplomasi juga merupakan seni melukis perdamaian dan harmoni, keindahan dan toleransi, di atas kanvas hubungan internasional untuk kepentingan negara dan umat manusia, ujarnya.
Buku "Art of Diplomacy” menceritakan perjalanan hidup seorang anak perempuan Indonesia, anak kelima dari seorang diplomat yang ditugaskan di India dan Burma.
Astari menjalani kehidupannya menjadi pemimpin redaksi majalah fashion di usia 19, belajar fashion di London, perancang busana, sekaligus ibu dan istri pengusaha, serta seniman professional, hingga akhirnya menjadi Dubes Indonesia untuk Bulgaria, Makedonia Utara dan Albania.
Buku ini bercerita dengan cara yang sangat menarik, meskipun hanya berawal sebagai sebuah kompilasi dari berbagai wawancara Sri Astari Rasjid dengan Jurnalis Bulgaria dan Indonesia.
Tentang kehidupan dan kebahagiaan, Sri Astari menulis, "Ketika kita jatuh terpuruk, kata mereka, di sanalah letak harta kita!
Jadi, rasakan sakitnya, temukan permata kasih sayang dan makna maaf yang sesungguhnya. Bangkit dan hadapilah dunia dengan semangat baru. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang!
Mungkin mereka akan memanggil kita untuk menjadi Duta Besar!"
Bagian paling menarik dari buku ini adalah karya seninya yang masih relevan dan bermakna dalam tugas diplomasi yang dijalani Sri Astari Rasjid saat ini. Karya seni yang dapat ditemukan dalam buku ini berasal dari 30 tahun terakhir kreasi seninya sebagai seniman profesional.
Buku terdiri dari delapan bab. Setiap bab dari buku ini judulnya diambil dari salah satu karya seninya. Seperti Bab pertama bercerita tentang masa kecil. Bab diberi judul “Still Strong in My Memory”, sesuai dengan judul lukisan Sri Astari menggambarkan ia dan Ayah Ibunya, dibuat tahun 2008.
Pada Bab kedua berjudul "Ever Ready Secretary", bercerita tentang proses persiapan dan pembelajaran Sri Astari dalam menjalankan tugas. Bab ini mencakup cerita kehidupannya sebagai seorang seniman, pendidikan, karier, keluarga, yang paling penting tentang pahlawan menginspirasinya serta tentang orang-orang menarik yang ditemui dalam hidupnya.
Dalam bab ini dia menyatakan: “Saya mengenang Benazir Bhutto dari Pakistan, dengan kekaguman dan rasa sakit di hati. Pada hari dia dibunuh, saya meneteskan air mata."
Sementara pada Bab ketiga yang diberi judul "Loyally Holding", bercerita tentang misinya sebagai seorang Duta Besar. Dalam bab ini Sri Astari Rasjid bercerita mengenai pemikiran artistiknya tentang tugas Dubes.
Dia menuliskan “Ketika saya ditugaskan sebagai Duta Besar di Bulgaria, saya melihat Presiden Joko Widodo memiliki pemahaman mendalam tentang wilayah ini, karena ia memilih seorang seniman untuk mewakili Indonesia di tanah budaya ini."
Pada Bab keempat dari buku ini bercerita tentang tanah air Indonesia yang amat Sri Astari cintai. Judul bab ini berasal dari karya seninya: “Tension Between Reality and Illusion”, yang dilukis pada tahun 1999.Ketika seorang jurnalis bertanya kepadanya, ‘Sebagai artis, bagaimana Ia melukiskan Indonesia? Sri Astari menjawab “Saya melukis jiwa negara saya dalam banyak warna, karena sumber dari semua warna itu satu! Itulah arti sebenarnya dari ‘Bhinneka Tunggal Ika’."
Bab kelima, “Dancing the Wild Seas”, bercerita tentang negara menjadi akreditasi di mana ia ditugaskan di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara. Tentang Bulgaria Astari menulis, "Meskipun kecil, Bulgaria memiliki jiwa besar. Dengan pelestarian tradisi dan pola pikir yang fleksibel, dalam jangka panjang bangsa Bulgaria akan bangkit lebih kuat dan lebih berani dalam kerja sama internasional."
Di Bab keenam buku “Art of Diplomacy”, Sri Astari menceritakan tentang metode penerapan strategi misinya sebagai Dubes dan hasil diplomasi budaya yang ia lakukan. Bab ini diberinya judul "Every Wall is A Door".
Sri Astari adalah penggagas Asian Festival di Bulgaria di tahun 2017. Dalam buku menceritakan ide di balik pelaksanaan Asian Festival di Sofia untuk pertama kalinya. “Negara-negara Asia memiliki semangat ketimuran yang serupa, menjadi kekuatan utama di masa depan. Menyatukan mereka bersama berarti menaburkan benih-benih persatuan, toleransi, harmoni, dan kedamaian.
“Ini adalah tujuan saya untuk dalam menggagas Asian Festival,” ujar Astari.
Asian Festival berhasil menyatukan India dan Pakistan, Iran dan Saudi dalam satu acara.
Dikatakannya pada tahun 2017, kami semua di sini menyaksikan Duta Besar Korea Utara dan Korea Selatan duduk bersama membahas Asian Festival, jauh sebelum kedua pemimpin negara bertemu di perbatasan kedua negara tersebut. Pertemuan ini juga disaksikan Presiden Bulgaria Roman Radev.
Berbicara tentang ekonomi dan perdagangan bilateral, menarik untuk diperhatikan pertumbuhan perdagangan antara Bulgaria dan Indonesia pada 2018 meningkat 330%. Pada caturwulan pertama tahun 2020, yang merupakan tahun pandemi, nilai perdagangan justru meningkat 500%, dibandingkan dengan di tahun-tahun sebelumnya.
Dalam buku “Art of Diplomacy”, Sri Astari menjelaskan bahwa pencapaian ekonomi ini adalah hasil jangka pendek dari diplomasi kebudayaan yang ia lakukan, sedangkan hasil jangka panjang diplomasi kebudayaan akan bertahan selamanya, ujarnya.
“Angka peningkatan ini adalah hasil jangka pendek dari diplomasi budaya, yang bisa dilihat dalam bentuk kuantitatif. Hasil jangka panjang Diplomasi Budaya, yakni rasa saling percaya yang telah terbangun, akan bertahan seumur hidup.”
Di Bab ketujuh berjudul "No U Turn", di mana Sri Astari menceritakan visinya mengenai masa depan Indonesia, Uni Eropa, dan isu-isu penting lainnya. Sementara pada Bab kedelapan berisi wawancara komprehensif Duta Besar Sri Astari dengan Jurnalis Bulgaria ternama, Olya Al-Ahmad, yang dilakukan pada tahap awal Pandemi Covid-19.
Bab yang diberi judul “The Healer”, diambil dari judul lukisannya dibuat pada 1999. Sri Astari menulis dalam bab ini “Kita harus selalu ingat bahwa setelah musibah, akan ada hal-hal baru yang lebih baik di dunia ini. “Kita semua akan bisa melewati ini semua, dengan aman dan sehat, jika orang-orang di sekeliling kita aman dan sehat.”
Bab sembilan berjudul "Cultural Diplomacy" berisi pidato Sri Astari saat mengisi acara Tedx Vitosha pada Maret tahun lalu. Pidato tersebut berisi topik yang inspiratif dan memperluas wawasan. Bab ini menyerap inti dari bab sebelumnya, yang dirangkumkan dengan baik.
Sri Astari menyatakan dalam bab ini, “Saya ingin orang-orang melihat, mendengar, menyentuh, dan merasakan Indonesia. Melalui diplomasi budaya kami menghubungkan bangsa, untuk merayakan "Unity of Humanity", seperti yang dikatakan orang Indonesia: "Bhinneka Tunggal Ika."
Buku “Art of Diplomacy” diterbitkan dalam tiga bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Bulgaria dengan editor di Bulgaria, Nabiollah Massoumi, sedangkan editor di Indonesia Sekar Ayu Asmara.
Buku setebal 192 halaman dirancang Mr. Lans Brahmantyo "After Hours Books" di Indonesia, dan diterbitkan serta dicetak di kota Sofia, Bulgaria. “Saya berterima kasih kepada semua tim buku saya yang berada di Bulgaria dan di Indonesia atas kerja keras yang luar biasa untuk mewujudkan buku ini," kata Duta Besar Astari kepada Antara London, Sabtu.
Wakil Presiden Bulgaria Iliyana Yotova hadir sebagai tamu kehormatan dalam acara peluncuran buku “Art of Diplomacy” serta Dubes dari negara sahabat, diplomat dan pejabat tinggi dari pemerintah dan friends of Indonesia.
Dalam peluncuran Dubes Sri Astari Rasjid menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Presiden Bulgaria, atas bintang penghargaan yang diberikannya, serta kepada jajaran pemerintah Bulgaria, atas dukungannya. “Atas nama Pemerintah Indonesia, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada Pemerintah Bulgaria atas bintang penghargaan “Madara Horseman – 1st Degree” Bangga sekali saya menerima penghargaan ini, yang disematkan langsung oleh Presiden Bulgaria Rumen Radev di kantornya 25 Juni 2020," ujar Sri Astari.
Pada acara peluncuran buku, Wakil Presiden Iliana Yotova menyatakan penghargaannya kepada Dubes Sri Astari Rasjid, atas keberhasilan dalam menyatukan Kedutaan Besar Asia di Sofia melalui inisiatif untuk mengadakan Festival Asia secara tahunan sejak 2017.
Wakil Presiden Iliana Yotova mengakui keberhasilan Diplomasi Budaya yang dilakukan oleh KBRI Sofia selama periode 2016-2020 dalam membawa Indonesia dan Bulgaria lebih dekat. "Bagi saya, peran Duta Besar Astari sebagai seorang seniman-Duta Besar yang mempromosikan Diplomasi Budaya ini sangat tepat untuk mewakili Indonesia, sebuah negara yang kaya akan budaya," ujarnya.
Diplomasi Budaya ini juga membuka peluang untuk peningkatan kerja sama bilateral di bidang Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi antara kedua negara, salah satunya terbukti dengan peningkatan nilai perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria sebesar 400% pada tahun 2019, dan peningkatan 500% pada caturwulan pertama tahun 2020, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mengenai buku "Art of Diplomacy", Wakil Presiden Iliana Yotova memandang buku ini lebih dari sekadar "formal report on the ambassadorship", tetapi menjadi bacaan inspirasional. Dia juga mengucapkan terima kasih karena Sri Astari bercerita tentang Bulgaria di dalam bukunya.
Berkat keberhasilan di bidang ekonomi dan perdagangan ini, Dubes Astari juga menerima penghargaan dari Ketua Kamar Dagang dan Industri Bulgaria, Svetan Simeonov. Penghargaan Diploma diberikan atas kolaborasi aktif Duta Besar Sri Astari dengan Kamar Dagang dan Industri Bulgaria serta atas kontribusinya pada pengembangan kerja sama ekonomi antara Bulgaria dan Indonesia selama masa jabatannya.
Pada acara peluncuran buku ini, KBRI Sofia mempromosikan Koleksi Permanen Indonesia yang berada di Aula 20 Galeri Nasional Bulgaria, dengan mengundang para tamu melihat koleksi tersebut. Koleksi Permanen Indonesia ini diresmikan Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Kebudayaan Bulgaria pada bulan September 2019.
Kedutaan Besar Indonesia di Sofia juga menggunakan kesempatan ini untuk mempromosikan pariwisata Indonesia melalui pameran foto-foto pariwisata Indonesia di lokasi acara, pemutaran film-film pariwisata Wonderful Indonesia di tiga layar yang berbeda, pertunjukan tari dan lagu Indonesia, hingga kuliner Indonesia.
Pensosbud KBRI Sofia Aisha Fauzia, mengatakan kepada Antara London, Jumat KBRI Sofia menjadi Kedutaan Besar pertama di Sofia yang mengadakan acara pada masa pandemi sambil tetap mematuhi peraturan kesehatan Pemerintah Bulgaria.
Dengan pemantauan protokol kesehatan yang ketat seperti pemeriksaan suhu tubuh, penggunaan pembersih tangan, pembagian masker, penjagaan jarak aman satu meter di antara kursi-kursi yang disediakan, pembatasan jumlah tamu hingga setengah dari kapasitas normal lokasi kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan di luar ruangan berhasil menginspirasi Kedutaan lain untuk mengadakan kegiatan serupa.
Duta Besar Sri Astari, yang selalu tampil dalam balutan busana nasional pada acara resmi, berhasil menerima penghargaan "Code Fashion Award 2019" atas partisipasinya mempromosikan fashion Indonesia di Bulgaria.
Di akhir masa tugasnya, Dubes Sri Astari memberikan hadiah kejutan untuk Presiden dan Wakil Presiden Bulgaria berupa lukisan potret keduanya sebagai hadiah perpisahan yang ia lukis. (ZG)
Sri Astari Rasjid memandang Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara sebagai tanah budaya di Eropa Timur. Tidak heran, saat menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di Sofia, ia menjalankan "Diplomasi Budaya untuk Mendorong Perdamaian dan Harmoni" sebagai misi strategisnya.
Di akhir masa tugasnya sebagai Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Bulgaria merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia Utara, Sri Astari Rasjid meluncurkan buku "Art of Diplomacy". Buku ini berisi perjalanan kehidupan profesional dan pribadinya sampai ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Sofia di Bulgaria dan prestasinya saat menjabat.
Dalam buku "Art of Diplomacy", Dubes Sri Astari Rasjid menceritakan keberhasilan Diplomasi Budaya yang dilakukan oleh KBRI Sofia di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara selama periode 2016-2020.
Buku yang diterbitkan dalam tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris dan Bulgaria, ini juga memuat foto-foto kegiatan Duta Besar Astari saat menjalani diplomasi di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara, serta foto karya seninya.
Sri Astari Rasjid adalah seorang seniman Duta Besar, itulah mengapa bukunya berjudul "Art of Diplomacy”, Sri Astari menceritakan bagaimana menjalankan diplomasi secara artistik.
“Saya selalu memberikan yang terbaik, baik sebagai seorang seniman maupun Dubes,” ujar Dubes Astari kepada Antara London, Sabtu.
Dikatakannya Diplomasi juga merupakan seni melukis perdamaian dan harmoni, keindahan dan toleransi, di atas kanvas hubungan internasional untuk kepentingan negara dan umat manusia, ujarnya.
Buku "Art of Diplomacy” menceritakan perjalanan hidup seorang anak perempuan Indonesia, anak kelima dari seorang diplomat yang ditugaskan di India dan Burma.
Astari menjalani kehidupannya menjadi pemimpin redaksi majalah fashion di usia 19, belajar fashion di London, perancang busana, sekaligus ibu dan istri pengusaha, serta seniman professional, hingga akhirnya menjadi Dubes Indonesia untuk Bulgaria, Makedonia Utara dan Albania.
Buku ini bercerita dengan cara yang sangat menarik, meskipun hanya berawal sebagai sebuah kompilasi dari berbagai wawancara Sri Astari Rasjid dengan Jurnalis Bulgaria dan Indonesia.
Tentang kehidupan dan kebahagiaan, Sri Astari menulis, "Ketika kita jatuh terpuruk, kata mereka, di sanalah letak harta kita!
Jadi, rasakan sakitnya, temukan permata kasih sayang dan makna maaf yang sesungguhnya. Bangkit dan hadapilah dunia dengan semangat baru. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang!
Mungkin mereka akan memanggil kita untuk menjadi Duta Besar!"
Bagian paling menarik dari buku ini adalah karya seninya yang masih relevan dan bermakna dalam tugas diplomasi yang dijalani Sri Astari Rasjid saat ini. Karya seni yang dapat ditemukan dalam buku ini berasal dari 30 tahun terakhir kreasi seninya sebagai seniman profesional.
Buku terdiri dari delapan bab. Setiap bab dari buku ini judulnya diambil dari salah satu karya seninya. Seperti Bab pertama bercerita tentang masa kecil. Bab diberi judul “Still Strong in My Memory”, sesuai dengan judul lukisan Sri Astari menggambarkan ia dan Ayah Ibunya, dibuat tahun 2008.
Pada Bab kedua berjudul "Ever Ready Secretary", bercerita tentang proses persiapan dan pembelajaran Sri Astari dalam menjalankan tugas. Bab ini mencakup cerita kehidupannya sebagai seorang seniman, pendidikan, karier, keluarga, yang paling penting tentang pahlawan menginspirasinya serta tentang orang-orang menarik yang ditemui dalam hidupnya.
Dalam bab ini dia menyatakan: “Saya mengenang Benazir Bhutto dari Pakistan, dengan kekaguman dan rasa sakit di hati. Pada hari dia dibunuh, saya meneteskan air mata."
Sementara pada Bab ketiga yang diberi judul "Loyally Holding", bercerita tentang misinya sebagai seorang Duta Besar. Dalam bab ini Sri Astari Rasjid bercerita mengenai pemikiran artistiknya tentang tugas Dubes.
Dia menuliskan “Ketika saya ditugaskan sebagai Duta Besar di Bulgaria, saya melihat Presiden Joko Widodo memiliki pemahaman mendalam tentang wilayah ini, karena ia memilih seorang seniman untuk mewakili Indonesia di tanah budaya ini."
Pada Bab keempat dari buku ini bercerita tentang tanah air Indonesia yang amat Sri Astari cintai. Judul bab ini berasal dari karya seninya: “Tension Between Reality and Illusion”, yang dilukis pada tahun 1999.Ketika seorang jurnalis bertanya kepadanya, ‘Sebagai artis, bagaimana Ia melukiskan Indonesia? Sri Astari menjawab “Saya melukis jiwa negara saya dalam banyak warna, karena sumber dari semua warna itu satu! Itulah arti sebenarnya dari ‘Bhinneka Tunggal Ika’."
Bab kelima, “Dancing the Wild Seas”, bercerita tentang negara menjadi akreditasi di mana ia ditugaskan di Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara. Tentang Bulgaria Astari menulis, "Meskipun kecil, Bulgaria memiliki jiwa besar. Dengan pelestarian tradisi dan pola pikir yang fleksibel, dalam jangka panjang bangsa Bulgaria akan bangkit lebih kuat dan lebih berani dalam kerja sama internasional."
Di Bab keenam buku “Art of Diplomacy”, Sri Astari menceritakan tentang metode penerapan strategi misinya sebagai Dubes dan hasil diplomasi budaya yang ia lakukan. Bab ini diberinya judul "Every Wall is A Door".
Sri Astari adalah penggagas Asian Festival di Bulgaria di tahun 2017. Dalam buku menceritakan ide di balik pelaksanaan Asian Festival di Sofia untuk pertama kalinya. “Negara-negara Asia memiliki semangat ketimuran yang serupa, menjadi kekuatan utama di masa depan. Menyatukan mereka bersama berarti menaburkan benih-benih persatuan, toleransi, harmoni, dan kedamaian.
“Ini adalah tujuan saya untuk dalam menggagas Asian Festival,” ujar Astari.
Asian Festival berhasil menyatukan India dan Pakistan, Iran dan Saudi dalam satu acara.
Dikatakannya pada tahun 2017, kami semua di sini menyaksikan Duta Besar Korea Utara dan Korea Selatan duduk bersama membahas Asian Festival, jauh sebelum kedua pemimpin negara bertemu di perbatasan kedua negara tersebut. Pertemuan ini juga disaksikan Presiden Bulgaria Roman Radev.
Berbicara tentang ekonomi dan perdagangan bilateral, menarik untuk diperhatikan pertumbuhan perdagangan antara Bulgaria dan Indonesia pada 2018 meningkat 330%. Pada caturwulan pertama tahun 2020, yang merupakan tahun pandemi, nilai perdagangan justru meningkat 500%, dibandingkan dengan di tahun-tahun sebelumnya.
Dalam buku “Art of Diplomacy”, Sri Astari menjelaskan bahwa pencapaian ekonomi ini adalah hasil jangka pendek dari diplomasi kebudayaan yang ia lakukan, sedangkan hasil jangka panjang diplomasi kebudayaan akan bertahan selamanya, ujarnya.
“Angka peningkatan ini adalah hasil jangka pendek dari diplomasi budaya, yang bisa dilihat dalam bentuk kuantitatif. Hasil jangka panjang Diplomasi Budaya, yakni rasa saling percaya yang telah terbangun, akan bertahan seumur hidup.”
Di Bab ketujuh berjudul "No U Turn", di mana Sri Astari menceritakan visinya mengenai masa depan Indonesia, Uni Eropa, dan isu-isu penting lainnya. Sementara pada Bab kedelapan berisi wawancara komprehensif Duta Besar Sri Astari dengan Jurnalis Bulgaria ternama, Olya Al-Ahmad, yang dilakukan pada tahap awal Pandemi Covid-19.
Bab yang diberi judul “The Healer”, diambil dari judul lukisannya dibuat pada 1999. Sri Astari menulis dalam bab ini “Kita harus selalu ingat bahwa setelah musibah, akan ada hal-hal baru yang lebih baik di dunia ini. “Kita semua akan bisa melewati ini semua, dengan aman dan sehat, jika orang-orang di sekeliling kita aman dan sehat.”
Bab sembilan berjudul "Cultural Diplomacy" berisi pidato Sri Astari saat mengisi acara Tedx Vitosha pada Maret tahun lalu. Pidato tersebut berisi topik yang inspiratif dan memperluas wawasan. Bab ini menyerap inti dari bab sebelumnya, yang dirangkumkan dengan baik.
Sri Astari menyatakan dalam bab ini, “Saya ingin orang-orang melihat, mendengar, menyentuh, dan merasakan Indonesia. Melalui diplomasi budaya kami menghubungkan bangsa, untuk merayakan "Unity of Humanity", seperti yang dikatakan orang Indonesia: "Bhinneka Tunggal Ika."
Buku “Art of Diplomacy” diterbitkan dalam tiga bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Bulgaria dengan editor di Bulgaria, Nabiollah Massoumi, sedangkan editor di Indonesia Sekar Ayu Asmara.
Buku setebal 192 halaman dirancang Mr. Lans Brahmantyo "After Hours Books" di Indonesia, dan diterbitkan serta dicetak di kota Sofia, Bulgaria. “Saya berterima kasih kepada semua tim buku saya yang berada di Bulgaria dan di Indonesia atas kerja keras yang luar biasa untuk mewujudkan buku ini," kata Duta Besar Astari kepada Antara London, Sabtu.
Wakil Presiden Bulgaria Iliyana Yotova hadir sebagai tamu kehormatan dalam acara peluncuran buku “Art of Diplomacy” serta Dubes dari negara sahabat, diplomat dan pejabat tinggi dari pemerintah dan friends of Indonesia.
Dalam peluncuran Dubes Sri Astari Rasjid menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Presiden Bulgaria, atas bintang penghargaan yang diberikannya, serta kepada jajaran pemerintah Bulgaria, atas dukungannya. “Atas nama Pemerintah Indonesia, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada Pemerintah Bulgaria atas bintang penghargaan “Madara Horseman – 1st Degree” Bangga sekali saya menerima penghargaan ini, yang disematkan langsung oleh Presiden Bulgaria Rumen Radev di kantornya 25 Juni 2020," ujar Sri Astari.
Pada acara peluncuran buku, Wakil Presiden Iliana Yotova menyatakan penghargaannya kepada Dubes Sri Astari Rasjid, atas keberhasilan dalam menyatukan Kedutaan Besar Asia di Sofia melalui inisiatif untuk mengadakan Festival Asia secara tahunan sejak 2017.
Wakil Presiden Iliana Yotova mengakui keberhasilan Diplomasi Budaya yang dilakukan oleh KBRI Sofia selama periode 2016-2020 dalam membawa Indonesia dan Bulgaria lebih dekat. "Bagi saya, peran Duta Besar Astari sebagai seorang seniman-Duta Besar yang mempromosikan Diplomasi Budaya ini sangat tepat untuk mewakili Indonesia, sebuah negara yang kaya akan budaya," ujarnya.
Diplomasi Budaya ini juga membuka peluang untuk peningkatan kerja sama bilateral di bidang Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi antara kedua negara, salah satunya terbukti dengan peningkatan nilai perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria sebesar 400% pada tahun 2019, dan peningkatan 500% pada caturwulan pertama tahun 2020, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mengenai buku "Art of Diplomacy", Wakil Presiden Iliana Yotova memandang buku ini lebih dari sekadar "formal report on the ambassadorship", tetapi menjadi bacaan inspirasional. Dia juga mengucapkan terima kasih karena Sri Astari bercerita tentang Bulgaria di dalam bukunya.
Berkat keberhasilan di bidang ekonomi dan perdagangan ini, Dubes Astari juga menerima penghargaan dari Ketua Kamar Dagang dan Industri Bulgaria, Svetan Simeonov. Penghargaan Diploma diberikan atas kolaborasi aktif Duta Besar Sri Astari dengan Kamar Dagang dan Industri Bulgaria serta atas kontribusinya pada pengembangan kerja sama ekonomi antara Bulgaria dan Indonesia selama masa jabatannya.
Pada acara peluncuran buku ini, KBRI Sofia mempromosikan Koleksi Permanen Indonesia yang berada di Aula 20 Galeri Nasional Bulgaria, dengan mengundang para tamu melihat koleksi tersebut. Koleksi Permanen Indonesia ini diresmikan Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Kebudayaan Bulgaria pada bulan September 2019.
Kedutaan Besar Indonesia di Sofia juga menggunakan kesempatan ini untuk mempromosikan pariwisata Indonesia melalui pameran foto-foto pariwisata Indonesia di lokasi acara, pemutaran film-film pariwisata Wonderful Indonesia di tiga layar yang berbeda, pertunjukan tari dan lagu Indonesia, hingga kuliner Indonesia.
Pensosbud KBRI Sofia Aisha Fauzia, mengatakan kepada Antara London, Jumat KBRI Sofia menjadi Kedutaan Besar pertama di Sofia yang mengadakan acara pada masa pandemi sambil tetap mematuhi peraturan kesehatan Pemerintah Bulgaria.
Dengan pemantauan protokol kesehatan yang ketat seperti pemeriksaan suhu tubuh, penggunaan pembersih tangan, pembagian masker, penjagaan jarak aman satu meter di antara kursi-kursi yang disediakan, pembatasan jumlah tamu hingga setengah dari kapasitas normal lokasi kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan di luar ruangan berhasil menginspirasi Kedutaan lain untuk mengadakan kegiatan serupa.
Duta Besar Sri Astari, yang selalu tampil dalam balutan busana nasional pada acara resmi, berhasil menerima penghargaan "Code Fashion Award 2019" atas partisipasinya mempromosikan fashion Indonesia di Bulgaria.
Di akhir masa tugasnya, Dubes Sri Astari memberikan hadiah kejutan untuk Presiden dan Wakil Presiden Bulgaria berupa lukisan potret keduanya sebagai hadiah perpisahan yang ia lukis. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar