Indonesia Ajak Pebisnis Skotlandia Investasi di Sektor Prioritas
News ID: 1254118
London (ANTARA) -
Indonesia mengajak pelaku usaha Skotlandia untuk meningkatkan investasi di Indonesia khususnya sektor-sektor prioritas seperti energi terbarukan, ilmu pengetahuan, industri kreatif dan fintech.
Ajakan ini disampaikan Kuasa Usaha KBRI London, Adam M. Tugio dalam acara webinar tema Focus on ASEAN: Indonesia, diadakan kerja sama the Asia Scotland Institute dengan KBRI London (16/7).
Optimisme terhadap perekonomian Indonesia sangat baik. Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia berupaya menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri, sekaligus mengupayakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021, ujarnya.
Selain itu, justru terjadi anomali positif dimana ekspor Indonesia ke positif, terakselerasinya industri domestik Indonesia dan independensi dari ketergantungan impor (terutama yang berkaitan dengan produk kesehatan dan medis), meningkatnya ekonomi internet Indonesia, dan berlanjutnya pembangunan infrastruktur di Indonesia
Dalam merespon pandemi global Covid-19, Indonesia dengan cepat mengambil kebijakan dengan menyediakan stimulus ekonomi sebesar Rp 695.2 triliun yang memprioritaskan sektor kesehatan, jaminan sosial, insentif bisnis, UMKM, pembiayaan korporasi dan dukungan bagi Pemerintah Daerah.
Salah satu contoh perkembangan yang dicapai pada masa pademi adalah pengembangan industri kesehatan dalam negeri. Indonesia berhasil memproduksi alat pelindung diri (APD).
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia London, Dicky Kartikoyono, menyampaikan Indonesia berupaya menjaga stabilitas perekonomian. Saat ini pertumbuhan GDP Indonesia diperkirakan di antara 0.9% - 1.9%, namun demikian kondisi Indonesia saat ini lebih baik jika dibandingkan negara lain.
Bank Indonesia senantiasa bermitra dengan pemerintah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dengan menjaga iklim investasi di Indonesia sekaligus memajukan perdagangan,” ujar Dicky.
Ketua BritCham Indonesia dan Utusan Perdagangan Pemerintah Skotlandia untuk Indonesia, Ainsley Mann, mengakui Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar. Jumlah populasi dan angkatan kerja yang besar merupakan faktor pendukung bagi perekonomian Indonesia.
Apalagi Indonesia termasuk negara yang stabil di pasar keuangan global. Dengan performa perekonomian ini, Skotlandia perlu memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia.
Ainsley Mann menyebut salah satu peluang kemitraan di bidang pengelolaan sampah yang dapat mendukung pengembangan energi terbarukan.
Skotlandia merupakan negara konstituen dari Inggris Raya. Edinburgh sebagai ibu kota Skotlandia adalah salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa. Banyak perusahaan keuangan besar yang berlokasi di Edinburgh diantaranya Llyod Banking Group, Royal Bank of Scotland dan Standard Life.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Jumat menyebutkan webinar KBRI London bersama dengan the Asia Scotland Institute merupakan salah satu upaya diplomasi untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, terutama promosi perdagangan dan investasi. (ZG)
Indonesia mengajak pelaku usaha Skotlandia untuk meningkatkan investasi di Indonesia khususnya sektor-sektor prioritas seperti energi terbarukan, ilmu pengetahuan, industri kreatif dan fintech.
Ajakan ini disampaikan Kuasa Usaha KBRI London, Adam M. Tugio dalam acara webinar tema Focus on ASEAN: Indonesia, diadakan kerja sama the Asia Scotland Institute dengan KBRI London (16/7).
Optimisme terhadap perekonomian Indonesia sangat baik. Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia berupaya menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri, sekaligus mengupayakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021, ujarnya.
Selain itu, justru terjadi anomali positif dimana ekspor Indonesia ke positif, terakselerasinya industri domestik Indonesia dan independensi dari ketergantungan impor (terutama yang berkaitan dengan produk kesehatan dan medis), meningkatnya ekonomi internet Indonesia, dan berlanjutnya pembangunan infrastruktur di Indonesia
Dalam merespon pandemi global Covid-19, Indonesia dengan cepat mengambil kebijakan dengan menyediakan stimulus ekonomi sebesar Rp 695.2 triliun yang memprioritaskan sektor kesehatan, jaminan sosial, insentif bisnis, UMKM, pembiayaan korporasi dan dukungan bagi Pemerintah Daerah.
Salah satu contoh perkembangan yang dicapai pada masa pademi adalah pengembangan industri kesehatan dalam negeri. Indonesia berhasil memproduksi alat pelindung diri (APD).
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia London, Dicky Kartikoyono, menyampaikan Indonesia berupaya menjaga stabilitas perekonomian. Saat ini pertumbuhan GDP Indonesia diperkirakan di antara 0.9% - 1.9%, namun demikian kondisi Indonesia saat ini lebih baik jika dibandingkan negara lain.
Bank Indonesia senantiasa bermitra dengan pemerintah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dengan menjaga iklim investasi di Indonesia sekaligus memajukan perdagangan,” ujar Dicky.
Ketua BritCham Indonesia dan Utusan Perdagangan Pemerintah Skotlandia untuk Indonesia, Ainsley Mann, mengakui Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar. Jumlah populasi dan angkatan kerja yang besar merupakan faktor pendukung bagi perekonomian Indonesia.
Apalagi Indonesia termasuk negara yang stabil di pasar keuangan global. Dengan performa perekonomian ini, Skotlandia perlu memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia.
Ainsley Mann menyebut salah satu peluang kemitraan di bidang pengelolaan sampah yang dapat mendukung pengembangan energi terbarukan.
Skotlandia merupakan negara konstituen dari Inggris Raya. Edinburgh sebagai ibu kota Skotlandia adalah salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa. Banyak perusahaan keuangan besar yang berlokasi di Edinburgh diantaranya Llyod Banking Group, Royal Bank of Scotland dan Standard Life.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Jumat menyebutkan webinar KBRI London bersama dengan the Asia Scotland Institute merupakan salah satu upaya diplomasi untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, terutama promosi perdagangan dan investasi. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar